tag:blogger.com,1999:blog-3775244119187912309.post1990383847384319188..comments2023-10-26T20:43:49.558+07:00Comments on Catatan Koas: Renungan PTT Bulan Ke-3: Biaya Jasa Konsultasi Dokter yang Terlupakanhaurissahttp://www.blogger.com/profile/00410356488294383188noreply@blogger.comBlogger2125tag:blogger.com,1999:blog-3775244119187912309.post-61903642784145285102012-07-13T07:46:34.282+07:002012-07-13T07:46:34.282+07:00Yup, terima kasih dr. Pram atas pendapatnya :)Yup, terima kasih dr. Pram atas pendapatnya :)haurissahttps://www.blogger.com/profile/00410356488294383188noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3775244119187912309.post-53048560912207183882012-07-07T16:12:29.212+07:002012-07-07T16:12:29.212+07:00Hahhaa...... tetap semangat dr.Hau....
Memang ter...Hahhaa...... tetap semangat dr.Hau....<br /><br />Memang terkadang jasa konsultasi menjadi seakan-akan pudar atau hilang dari suatu transaksi, terutama bila pasien membayar jasa dokter sekaligus bersamaan dengan biaya obat.... Pasien secara tak langsung pasti akan berpikiran "loh, kog biaya obatnya mahal ya ? Padahal kalau seandainya tidak diberikan obat mungkin akan jauh lebih murah...."<br /><br />Mungkin satu contoh yang dr.Hau paparkan belum bisa digeneralisasikan bahwa pasien tidak menghargai jasa konsultasi dengan dokter. Sebagai gambaran bahwa kebanyakan pasien yang berobat ke dokter "tanpa obat" atau harus membeli obat di apotek, secara spontan pasti akan bertanya, "dok, berapa biaya/jasa dokternya ?"<br /><br />Menurut saya itu salah satu dari wujud penghargaan pasien terhadap jasa konsultasi dokter... Mungkin memang agak rancu/pudar bila "pembayarannya" dijadikan satu dengan obat....<br /><br />Itu menurut pendapat saya saja, mohon maaf bila kurang berkenan...Pramantahttps://www.blogger.com/profile/18084570747277499690noreply@blogger.com