Ketika mengakses NEJM tadi pagi, saya tidak sengaja mendapatkan artikel-artikel di rubrik Perspective. Saya tertarik membaca bagaimana dokter-dokter di luar negeri memberikan refleksi dan pemahaman terhadap keprofesian dan masalah kedokteran, baik ditinjau dari sisi politik, etika, dan pendidikan.
Saya mendapat kutipan: "Osler said, "It is much more important to know what sort of a patient has a disease than what sort of a disease a patient has." We have to know even a little bit about a patient's life. Lose that knowledge, and we risk becoming more technician than clinician. (N Engl J Med 2009; 361:442-443)"
Kalau dialihbahasakan, kurang lebih demikian: "Osler mengatakan bahwa lebih penting untuk tahu hal mengenai diri pasien yang sakit itu daripada mengenai penyakit apa yang dia derita. Kita mungkin perlu tahu sedikit kehidupan pasien. Kalau kita tak tahu, kita akan lebih menjadi teknisi daripada seorang klinisi."
Mungkin bagi seseorang merasa tak penting untuk tahu nenek renta yang akan menjalani operasi katarak ini sudah punya berapa cucu. Mungkin kita kadang merasa bertanya apa makanan kesukaan seorang bapak-bapak adalah membuang waktu. Namun ini sangat berarti, apalagi bagi mereka kaum geriatri.
Kita mungkin baru akan menyadari bahwa ketika nenek itu tertawa dan bersemangat menceritakan kenakalan cucunya, akan menghibur hatinya yang tengah takut karena akan dioperasi. Kita mungkin baru merasakan ketika pasien bapak-bapak tersebut menanyakan sebaliknya dan ia membawakan makanan kesukaan kita dengan sukarela pada saat kunjungan berikutnya.
Dengan mengenal diri pasien, saya sebagai dokter kelak pun mudah-mudahan bisa menjalani keprofesian ini.
0 buah diagnosa diferensial telah diberikan:
Posting Komentar
Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: