Ketika kemarin malam saya menjawab beberapa konsultasi dan otak sudah mulai minta ditiduri -dalam arti kata sebenarnya- Saya mendapati berita-berita bahagia, yaitu pertunangan. Ya, sudah banyak teman-teman saya bertunangan, dari sejak SMA, teman senangkatan, kakak kelas, hingga adik kelas! Sepertinya harusnya ini adalah kabar yang sukacita dan ya… berita yang harus ditanggapi dengan senang hati. Tapi tiba-tiba saya merasa saya ada di dalam aura kegelapan dan memantik tuas yang ada di sanubari saya. Saya berteriak dalam hati, "Bagaimana dengan saya?"
Yang menjadi pikiran bagi saya, apakah saya yang terlambat? Mengapa semua orang begitu sibuknya mengurus hal-hal berkaitan dengan pertunangan atau pernikahan. Kok saya masih begini-begini saja? Apakah saya yang lamban bak siput, tidak ada progresnya sampai saat ini? Pikir dipikir, saya memang tidak memasukkan hal-hal itu dalam prioritas saya, paling tidak untuk detik ini.
Di balik ketidakacuhan itu, seperti tadi yang disebutkan, saya tersentil. Saya memikirkan juga bagaimana dengan saya? Bagaimana progres saya mengenai hal ini? Di balik saya anggota Ijo Lumut (Ikatan Jomblo Nunggu Sampai Lumutan), ada secercah keinginan untuk bisa mencapai batu pijakan itu juga.Tapi entah kapan? Karena ini sudah berbicara masalah hati, namun saya tetap ingin mengawinkan dengan kerasionalan saya. Entah ini konsep yang benar, atau tidak?
Namun di satu sisi saya juga perlu memperhatikan "tuntutan" orang tua. Ya, tuntutan dalam tanda petik, walau saya yakin orang tua saya tak memaksa, namun saya juga ingin mereka bisa menikmati pernikahan saya yang bahagia, paling tidak dengan cucu mereka.
Wew, semuanya begitu berkomplikasi dan kronis. Tolooooonggg!
0 buah diagnosa diferensial telah diberikan:
Posting Komentar
Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: