Beberapa pengalaman belajar bahasa asing sudah pernah saya tuliskan di blog ini misalkan di Belajar Logika dan Sejarah dengan Berbahasa. Dan kali ini saya terpikir untuk membahas mengenai buku bahasa yang saya punya.
Ketika saya memandang rak saya, saya tersadar bahwa koleksi buku bahasa saya tidak wajar. Pernahkah Anda melihat rak buku orang dengan deretan buku bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Prancis, Belanda, Jerman, Italia, Mandarin, Kanton, bahkan Latin, Tagalog, Thai. Di benak Anda mungkin, apakah iya ia belajar semua ini?
Saya akan menjawab iya, namun tidak semua saya dalami. Seperti bahasa Thai, saya hanya sambil lalu saja, mempelajari salam seperti Sawadhee krap! (Jangan katakan Sawadhee kha! Ini untuk perempuan). Demikian juga bahasa Perancis, Italia. Yang pernah saya dalami benar adalah bahasa Indonesia (tentu), bahasa Inggris, Mandarin, Jerman. Ini yang saya pernah dapatkan secara formal.
Sedangkan lain-lainnya hanyalah karena rasa ingin tahu saja. Seperti bahasa Korea, saya penasaran bagaimana mereka membacanya. Untuk bahasa Latin, saya penganut Katolik rasa-rasanya bagai kopi tanpa susu kalau tidak tahu sedikit soal Latin. Bahasa Mandarin ya paling tidak untuk nilai plus bagi saya yang bahasa ibu Tiociu dan Hakka-nya tak lancar. Bahasa Kanton, karena saya keturunan dari Kanton dan punya saudara di Hong Kong. Bahasa Tagalog? Sudah saya jelaskan di tulisan sebelumnya :)
Buku seperti apa?
Ada beberapa jenis buku yang saya sukai secara pribadi, yaitu menjelaskan sejarah bahasa, tata bahasa, tulisan bahasa, kultur, dan cara pengucapan. Saya sadar bahwa saya sangat lemah di bahasa berirama, telinga saya sulit menangkap bahasa tonal, maka dari itu bahasa-bahasa Indochina seperti Mandarin, Thai, Lao, Vietnam, Khmer tidak cocok bagi saya, walaupun saya penasaran dengan di balik guratan tulisannya. Namun saya tetap berusaha di Mandarin dan Kanton, paling tidak sudah berusaha ya :D.
Buku bahasa Indonesia?
Belajar bahasa Indonesia, bukan berarti kita balik ke SD. Namun saya pun berpikir, apakah bahasa Indonesia saya sudah sampai ke tingkat mahir? Benarkah penggunaan kata-kata saya? Walaupun mungkin dalam bahasa cakapan hal ini tidak menjadi masalah yang besar. Namun ini menjadi bom ketika kita disuruh untuk membuat bahasa tulisan. Dalam bahasa tulisan, orang lain akan lebih mudah menilai kita. Karena saya merasa bahasa Indonesia saya tidak cukup mahir, maka dari itu saya akhirnya membelu buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia dari Balai Pustaka. Saya pun memiliki satu kopi Ejaan yang Disempurnakan.
Saya kira jangan malu untuk terus menerus belajar bahasa Indonesia. =)
Buku bahasa Latin dan Tagalog
Kedua bahasa ini tidak populer di Indonesia. Mungkin populer di kalangan seminari (calon pastor) untuk bahasa Latin, atau pada mereka yang mau studi ke Filipina untuk belajar bahasa Tagalog. Semua ini sebenarnya berasal dari keisengan dan ternyata bahwa kedua bahasa menarik. Latin adalah bahasa hampir mati namun digunakan dalam sains dan agama Katolik, dan kalau Tagalog sebenarnya saya sempat memiliki rencana belajar ke Filipina namun saya tunda. Saat belajar Tagalog, saya juga menemukan komunitas online yang ingin mengajarkan bahasa ini, ini juga yang akhirnya membuat saya ada percikan api untuk belajar.
Kemudian di balik deretan buku ini, saya memiliki mimpi untuk melahapnya. Bahkan saya juga ingin menambahkannya dengan koleksi buku bahasa unik lainnya seperti Rusia dan bahkan Ibrani dan Arab. =D
0 buah diagnosa diferensial telah diberikan:
Posting Komentar
Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: