Jumat, 21 Desember 2012

Hidupku Mengalir

Sepi ini buatku teringat
Bak membuka album hidupku
Menikmati masa lalu
Menyimak rintih tawa


Betapa banyakku lewati
Segala gelak ketika berkawan
Segala tetes air mata ketika dirundung mala
Segala peluh keringat letih dan cemas

Beginilah hidupku
Hidupku yang telah tergariskan
Jalanku yang telah dituntun
Tanganku yang telah dipapah

Walau kisah cinta yang pupus
Ketika hati tak lagi bergeming
Aku putuskan aku melihatnya dari nun jauh di sana
Biarkan bisikin air laut ini yang menjangkaunya

Aku mengalir
Mengalir bak sungai yang tenang
Mengalir bak alunan biola
Hidupku mengalir

Apapun itu
Siapapun itu
Bagaimanapun itu
Hidupku tetap mengalir

Menjalin, 21 Desember 2012
Poli Umum







 

Minggu, 09 Desember 2012

Membara Lagi Belajar Bahasa Korea

Memang, sayanakui, bara belajar Bahasa Korea saya amat meredup pasca liburan di Korea tahun lalu. Namun rasa itu kembali lagi setelah beberapa minggu terakhir ini saya tiba-tiba terpincut untuk menonton streaming Running Man. Pasti Anda bertanya, apakah saya benar lagi PTT, kok bisa-bisanya streaming? Yeah, beberapa minggu ini sinyal Telkomsel di Menjalin tercinta ini sudah menjadi 3G. Dan saya pun leluasa untuk berstreaming ria.

Annyong!
 

Ya, Running Man. Saya terpincut karena lelucon-lelucon yang ada di dalamnya. Amat sangat menghibur di tengah di desa ini. Bahkan dalam 2-3 minggu terakhir ini saya sudah mencapai 60 episodenya. Wow *koprol*. Dari acara Running Man inj saya terpapar lagi banyak tulisan hangeul dan ucapan-ucapan bahasa Korea yang menggelitik saya untuk kembali membuka buku bahasa Korea. Untungnya saya masih menyimpan ebook Teach Yourself Korean dalam iBook dan podcast belajar Bahasa Korea.

 

Dan guratan hangeul dalam lembaran kertas pun kembali bergulir...

 

Kamis, 06 Desember 2012

Sulitnya Merujuk Pasien

Pernahkah kita bayangkan hal ini terjadi pada kita? Ketika kita ingin mendapatkan pelayanan bedah harus menempuh jarak ratusan kilometer, memikirkan biaya-biaya, dan lainnya? Mungkin kita sendiri ketika hanya batuk pilek bisa dengan leluasanya mencari pelayanan medis sekunder yaitu dokter spesialis -walaupun ini keliru-. Tapi bagi masyarakat desa, hal ini terkadang amat sulit.

Inilah yang saya rasakan. Hari ini saya menerima pasien anak laki-laki, 1 tahun, dengan diagnosis kerja hernia inguinalis dextra reponibilis. Dari saya menerima pasin pada pukul 18:00 sore. Pada akhirnya pasien pulang ke rumah pada pukul 20:00. Banyak hal yang mewarnai. Padahal tujuannya hanya satu, bagaimana anak itu dirujuk ke rumah sakit di Pontianak untuk mendapat pelayanan dokter bedah.

Mobil Pusling yang juga dipakai sebagai ambulans
Banyak hal yang saya alami yang seringkali menjadi hambatan dalam proses merujuk. Padahal, dalam keadaan medi, terutama keadaan gawat darurat, waktu adalah nyawa.

  1. Sulitnya biaya. Masalah ini klasik dari Sabang sampai Merauke. Sistem penjaminan kesehatan di negeri ini yang carut marut. Jamkesmas memang menjadi cara namun proses klaim yang berbelit. Pasien saya yang masih bayi, masih belum ada penjaminan Jamkesmas sehingga tidak bisa mendapat pembiayaan ini. Jamkesda, untuk daerah saya, mandek di tengah jalan. Uang pribadi pun sudah bisa dihitung, berapa persen dan seberapa banyak dapat mengguncang ekonomi keluarga.
  2. Masalah jarak. Untuk daerah saya Menjalin, sebenarnya relatif dekat dengan ibukota kabupaten tetangga, Mempawah, dan bahkan ibukota propinsi. Ini memang bisa menjadi suatu keuntungan bagi daerah ini, namun bagaimana dengan daerah yang lebih pedalaman di dusun atau desa nan jauh?
  3. Masalah keluarga. Ketika mau merujuk biasanya bagi warga kecamatan saya, perlu mengumpulkan dulu keluarga besar mereka dari kakek sampai om sang pasien. Dan tak jarang juga harus menunggu dulu kedatangan mereka dari tempat yang jauh, sementara jarum jam terus berderit.
  4. Masalah kebiasaan dan kepercayaan. Saya sebagai tenaga medis, memang seringkali mendapat masalah pasien di ranah kesehatan tradisional. Biasanya mereka mencoba mencari pertolongan dari dukun baik dukun dalam arti dengan kekuatan ilmu gaib sampai dukun klinisi seperti dukun tulang atau dukun beranak.
  5. Transportasi. Hal ini tak menjadi masalah di puskesmas saya, karena sudah ada mobil puskesmas keliling yang disulap untuk membawa pasien. Supir dan tenaga medis serta paramedis siap berjaga kapanpun.
Walau demikian, keluarga pasien harus, kalau bisa, tetap dilayani dengan senyum (lebih tepat: tabah) apapun keputusan mereka. Kami, sebagai tenaga medis, menjelaskan dan memberi informasi sebaik-baiknya demi kebaikan pasien dan memang keputusan tetap di keluarga pasien.

 

Dan dalam kisah awal saya tadi, dua jam tersebut saya habiskan untuk menjelaskan dengan tabah dan sukarela kepada orang-orang yang dianggap pemberi keputusan dan menunggu kepastian keputusan dari keluarga pasien.