Minggu, 22 Mei 2005

Bila Kau Ada

Setiap hari kulewati dan kulewati.
Sesuatu yang terus kusadari dalam hidup.
Aku semakin tua dan aku akan terus berhadapan dengan ujung hidup.
Rangkaian jalan yang akan kulewati, tak mudah.
Hidup penuh tajaman dan hujaman.
Tiada tersirat rasa ragu dalam pikiranku.

Aku tahu dan merasakan.
Sebuah yang terus menggelisahkan.
Sesuatu yang terus membuatku termenung.
Bilik hati tiada batas.


Seringkali aku melihat ke dalam sisi.
Sisi samping hidup dan sisi bilik citaku.
Alunan itu terus datang dan aku, gelisah.
Itu terus mengekspresikan jiwaku.


Bila kau ada di sampingku,
Kau yang ada di sana.


Bila kau ada di sampingku,
Kau membuat aku dapat tertawa.


Bila kau ada di sampingku,
Kau buat hidupku terus bergeming.


Bila kau ada di sampingku,
Kau buat aku tak merasakan ketuaanku.


Bila kau ada di sampingku,
Bersama kita hampiri sang waktu hingga ujung hidup.


Bila kau ada....


Jakarta, 22 Mei 2005.
Ditujukan untuk yang diujung kalbu.

Sabtu, 14 Mei 2005

Emisivitas Hidup

Kini tiada hari dapat kujalani dengan rasa lepas
Aku hanya mampu bersandar dalam keorganisiran
Tanpa mampu menoktahkan catatan hidup lekas
Hidup yang akan kupandang dalam dimensi depan


Sang masa terus berlari ke depan hendak terburu
Engahan hidup masih terasa kurang untuk dikejar
Dalam relungan hendak kuteriak, "Masa kembalilah kau!"
Ia tak mampu mengerti dan menutup segala indera dengar


Aku berhenti dalam sugesti ketidakmampuan
Rasa endotermik menyergai segala raga
Aku tersesak dan menghendaki kelimpahan
Tiada rasa yang dapat mebangkitkan jiwa


Aku terdiam dan terpikirkan selintas benak
Mencoba untuk menemukan sang arti dan makna
"Lihatlah itu maka kau akan berkehendak"
Aku melihat dan menemukan sebuah kata


"Emisivitas"
Tak hanya sebuah difrak hitam dan putih
Tak hanya sebuah tekanan kontinuitas
Sesuatu yang membangunkan satu konstruksi


Bilangan boolean hidup satu dan bulat
Antara kebangkitan hidup dan kehampaan mati
Aku tiada mungkin hidup sempurna sesaat
Sadar tinggal berada di tengah lini


Ketika aku tetap terdiam dalam keterpurukan
Kaki hendak bergerak tanpa hendak berhenti
Kontraksinya tidak dapat tertahankan
Motorikku terus bergerak reseptor tiada berdaya meski


Ia datang dan memberikanku sebuah langkah baru
Ia datang dan memberikan topangan ketiga bagiku
Ia datang tanpa kenal segala semua kealpaanku
Aku merasa aku tidak pantas ia membimbingku
Aku sering tak mengindahkannya dan melepaskan diriku
Namun ia tetap datang dan memberikan senyuman biru


Ia mengantarkanku ke sebuah emisivitas nol
Tiada lagi hidup yang terus hitam legam
Tiada lagi hidup yang terus teradiktifkan metanol
Aku tak lagi menemukan hidupku dalam tumpukan sekam


Emisivitasku telah bangkit dan tiada layu
Aku telah dapat bergerak dan melangkah lagi
Berlari dan menemukan sang masa yang terus berlalu
Hanya kata yang terucap, "Hai Waktu, Kita bertemu lagi!"


Dituliskan dalam tinggalan Jakarta
Jakarta, 14 Mei 2005 14:25 WIB


Keterangan:
Emisivitas = Konstanta tak bersatuan yang digunakan untuk mengukur kertransparanan suatu benda hingga benda hitam dalam perhitungan daya radiasi.
Endotermik = Reaksi yang menghasilkan energi kalor dari sistem menuju lingkungan.
Kontinuitas = Kesenimbangan terus menerus
Boolean = Bilangan yang menyatakan True atau False atau yang sering disimbolisasikan dengan bilangan 0 atau 1.
Motorik = Rangkaian sel saraf yang meneruskan impuls saraf dari pusat saraf menuju indera.
Metanol = Senyawa karbinol yang memiliki rumush CH3OH atau memiliki nama derifat metil alkohol. Metanol dikenal juga sebagai alkohol sehari-hari secara trivial.


Kamis, 12 Mei 2005

Senandung Tengah Malam

Ah...
Berkas digital itu telah menunjukkannya
Sesuatu yang mengagetkan dan menarik perhatianku
Aku telah melewati sepersekian pikosekon dari perjalanan hidup
Aku tak tahu hendak ke mana aliran ini akan berlanjut


Alpha dan Omega
Di antara siapa aku melangkahkan jejak hidup
Kappa ataukah Lambda?
Surga ataukah Neraka?


Dalam pikiranku terus bergejolak hebat
Padahal adrenal tiada bergeming
Ia seakan-akan ingin membisikkan sesuatu
Tiada tertangkap oleh koklea nurani


Hidup memang tiada setimbang
Segala peruraian terjadi
Segala alpha terbukti
Hingga ia menuju setimbang itu


Kapankah aku mampu meraihnya
Tatkala aku kini dalam pergerakan jatuh bebas
Tanpa gravitasi atau gesekan
Tanpa mu dan tau hidup.


Harapan itu terus berjalan
Selama timus masih berdamping dengan pulmo
Ketika renal tetap setia kepada adrenalnya
Kini aku apa?


Apakah harapan itu terus berdetak?
Tetapkah aorta waktu memberikan maknanya?
Aku berharap itu.
Itu yang terjadi dalam diastola hidupku.


Senandung Tengah Malam
0:41 Dini Hari 12 Mei 2005

Jakarta.

Kamis, 05 Mei 2005

Kebosanan Absolut

Entah kenapa tiba-tiba kata ini yang terpikirkan dalam pikiranku. Terlintas secara tidak sengaja dan tidak terkehndaki. Mengingat semua perihal yang telah terjadi dan tidak akan pernah terjadi lagi. Absolut.


Masa-masa pelajar pasti akan tertinggal di belakang ketika aku mulai menginjakkan kakiku di sebuah lingkungan yang baru. Aku harus membuka pintu yang berlabel 'mahasiswa' dan meninggalkan jejak yang bernama 'siswa'. Memang 14 tahun aku lewati jejak itu dan kini harus kujalani semua yang harus terjalani.


kebosanan absolut itulah yang kini tiba-tiba menghampiriku. Semua yang kujalani dua hibngga tiga minggu belakangan ini memang seharusnya cukup berarti namun entah kenapa malah menemuka sebuah tiik kejenuhan. Itulah Ksp bila kita hubungan dengan ilmu kemis. Aku telah berada dalam titik Qsp yang jauh melebihi titik Ksp. Kulminasi telah terjadi.


Tapi kuharapkan kulminasi akan menjadikan sebuah prestasi dan yang tidak membuat depresi.


Semoga.


Jakarta, 5 Mei 2005
Hari Kenaikan Yesus Kristus ke Surga