Selasa, 29 November 2011

Annyeonghaseyo! 안녕하세요!

Dalam minggu-minggu ini, saya mungkin akan meninggalkan sejenak studi Tagalog saya dan mulai melirik bahasa Korea alias 한국 (Han-guk).

Sebenarnya saya dulu cukup penasaran dengan bahasa Korea. Saya sudah memiliki buku tata bahasa Korea sekitar 2 tahun lalu, tapi saya hanya pakai untuk mengerti penulisan Hangeul setelah itu bablas sudah. Namun karena saya berencana ingin ke Korea pada akhir tahun ini, tak ada salahnya juga bukan untuk paham bahasa mereka?

Ya, sebenarnya cukup menarik melihat tulisan a la Korea ini, dan ternyata tulisan ini adalah tulisan yang agak unik. Cara penulisannya berbeda dengan kanji Mandarin atau kana Jepang. Jika kanji Mandarin satu abjadnya adalah satu pengucapan, atau pada kana Jepang adalah satu suku kata, namun berbeda dengan abjad Hangul Korea. Ia memang satu suku kata seperti Jepang, tetapi penulisannya sebenarnya ada gabungan huruf-huruf seperti alfabet Latin.

Misalnya, 한국, sebearnya berasal dari ㅎ (h) ㅏ(a) ㄴ (n), dan ㄱ (g) ㅜ (u) ㄱ (k). Jadi, sangat-sangat mirip dengan aksara Latin. Kalau dalam aksara Latin semua dituliskan dalam bentuk memanjang, di sini penulisannya dengan gaya Kanji. Sungguh luar biasa hasil karya Raja Sejong ini. Memang dulu, sebelum abad ke-15, masyarakat Korea masih menggunakan kanji Mandarin (Hanja) dan akhirnya diganti dengan Hangul.

Selain itu, saya juga merasa tertantang untuk bisa membaca Hangul. Ya, kalau untuk membaca tulisan Latin atau sedikit kanji Mandarin mungkin saya bisa, namun untuk Hangul? Jangan salah, lumayan sulit untuk lancar membacanya. Apalagi kalau ingin membaca secara fasih seperti membaca Latin.

Yang tidak kalah buat saya penasaran adalah pengucapannya. Kalau selama ini saya menonton film Korea, mereka tampak bergumam-gumam penuh arti, atau dengan nada-nada cadelnya, atau berkata "Ne..." "Anio..." "Aboji..." atau kalau wanita-wanita suka berteriak, "Opaa.... Saranghae...." :)

Sungguh menarik tentu dan bisa menjadi pengalaman tersendiri dalam belajar bahasa Korea. Dan kini saya tengah memantapkan membaca Hangul :) Semoga saya mendapat sesuatu dalam belajar bahasa Korea.

Selasa, 22 November 2011

Maniak Buku Bahasa Asing

Saat itu saya tengah melakukan koas di Sukabumi, Jawa Barat, Tanah Parahyangan. Saat tiba di sebuah plaza, saya langsung ke toko buku. Apa yang saya cari? Kamus Bahasa Indonesia-Sunda. Dan rekan-rekan saya yang lain pun kebingungan melihat saya.

Beberapa pengalaman belajar bahasa asing sudah pernah saya tuliskan di blog ini misalkan di Belajar Logika dan Sejarah dengan Berbahasa. Dan kali ini saya terpikir untuk membahas mengenai buku bahasa yang saya punya.

Ketika saya memandang rak saya, saya tersadar bahwa koleksi buku bahasa saya tidak wajar. Pernahkah Anda melihat rak buku orang dengan deretan buku bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Prancis, Belanda, Jerman, Italia, Mandarin, Kanton, bahkan Latin, Tagalog, Thai. Di benak Anda mungkin, apakah iya ia belajar semua ini? 

Saya akan menjawab iya, namun tidak semua saya dalami. Seperti bahasa Thai, saya hanya sambil lalu saja, mempelajari salam seperti Sawadhee krap! (Jangan katakan Sawadhee kha! Ini untuk perempuan). Demikian juga bahasa Perancis, Italia. Yang pernah saya dalami benar adalah bahasa Indonesia (tentu), bahasa Inggris, Mandarin, Jerman. Ini yang saya pernah dapatkan secara formal.

Sedangkan lain-lainnya hanyalah karena rasa ingin tahu saja. Seperti bahasa Korea, saya penasaran bagaimana mereka membacanya. Untuk bahasa Latin, saya penganut Katolik rasa-rasanya bagai kopi tanpa susu kalau tidak tahu sedikit soal Latin. Bahasa Mandarin ya paling tidak untuk nilai plus bagi saya yang bahasa ibu Tiociu dan Hakka-nya tak lancar. Bahasa Kanton, karena saya keturunan dari Kanton dan punya saudara di Hong Kong. Bahasa Tagalog? Sudah saya jelaskan di tulisan sebelumnya :)

Buku seperti apa?

Ada beberapa jenis buku yang saya sukai secara pribadi, yaitu menjelaskan sejarah bahasa, tata bahasa, tulisan bahasa, kultur, dan cara pengucapan. Saya sadar bahwa saya sangat lemah di bahasa berirama, telinga saya sulit menangkap bahasa tonal, maka dari itu bahasa-bahasa Indochina seperti Mandarin, Thai, Lao, Vietnam, Khmer tidak cocok bagi saya, walaupun saya penasaran dengan di balik guratan tulisannya. Namun saya tetap berusaha di Mandarin dan Kanton, paling tidak sudah berusaha ya :D.

Buku bahasa Indonesia?

Belajar bahasa Indonesia, bukan berarti kita balik ke SD. Namun saya pun berpikir, apakah bahasa Indonesia saya sudah sampai ke tingkat mahir? Benarkah penggunaan kata-kata saya? Walaupun mungkin dalam bahasa cakapan hal ini tidak menjadi masalah yang besar. Namun ini menjadi bom ketika kita disuruh untuk membuat bahasa tulisan. Dalam bahasa tulisan, orang lain akan lebih mudah menilai kita. Karena saya merasa bahasa Indonesia saya tidak cukup mahir, maka dari itu saya akhirnya membelu buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia dari Balai Pustaka. Saya pun memiliki satu kopi Ejaan yang Disempurnakan.

Saya kira jangan malu untuk terus menerus belajar bahasa Indonesia. =)

Buku bahasa Latin dan Tagalog

Kedua bahasa ini tidak populer di Indonesia. Mungkin populer di kalangan seminari (calon pastor) untuk bahasa Latin, atau pada mereka yang mau studi ke Filipina untuk belajar bahasa Tagalog. Semua ini sebenarnya berasal dari keisengan dan ternyata bahwa kedua bahasa menarik. Latin adalah bahasa hampir mati namun digunakan dalam sains dan agama Katolik, dan kalau Tagalog sebenarnya saya sempat memiliki rencana belajar ke Filipina namun saya tunda. Saat belajar Tagalog, saya juga menemukan komunitas online yang ingin mengajarkan bahasa ini, ini juga yang akhirnya membuat saya ada percikan api untuk belajar.

Kemudian di balik deretan buku ini, saya memiliki mimpi untuk melahapnya. Bahkan saya juga ingin menambahkannya dengan koleksi buku bahasa unik lainnya seperti Rusia dan bahkan Ibrani dan Arab. =D