Senin, 27 Agustus 2012

Semilir Angin Manyalitn


Kala pagi, mentari hendak beranjak
Aku menikmati angin
Angin nan semilir
Melewati segala muka kulitku
Beri kesejukan damai tak berbalas

Angin nan semilir
Angin bersumber dari tenangnya Samabue
Gagah kokoh tak bergeming

Angin nan semilir
Padi hijau menguning bergayung sambut
Berbuah berbulir tak berangkuh

Tanpa deru riuh rintihan kota
Ku nikmati semilir angin Manyalitn
Melepas lelah tak berbeban

Menjalin, 24 Agustus 2012

Pemandangan Desa Lamoanak, Menjalin

Senin, 20 Agustus 2012

Memimpikan Sushi

Ya, saya tidak tahu apa yang terjadi pagi ini. Entah mimpi jenis apa yang terjadi.
Saya terbangun dengan perasaan yang tidak seperti biasa.
Saya tersadar, dengan mulut yang begitu kering dan pahit, layaknya orang yang kelaparan.

Saya beranjak duduk dan tiba-tiba terlintas.
Ya ampun, saya baru bermimpi.
Mimpi yang cukup aneh, bermimpi bersantapkan sushi.
Menikmati nikmat pedasnya wasabi bercampur soyu.
Renyahnya kulit salmon.
Gurihnya unagi.
Serunya menggerogoti edamame.

Memang sudah hampir enam bulan saya tidak menyantap sushi.
Saya masih ingat, ketika di Jakarta, di depan meja sushi inilah saya tak jarang menghabiskan waktu.
Ketika masa galau tiba, ketika menyantap sushi, kegalauan terasa sirna.
Di depan meja sushi pula segala kisah kasih bertaut.
Di depan meja sushi all-you-can-eat juga banyak canda dan tawa bersama kawan di Jakarta.

Saya merindukan Sushi.
Saya merindukan Jakarta.



Untuk semua kawan makan sushi saya.
Ellen, Stevani, Teteh Ester, Handy, Julius, Rifky, Andy, Nicky, Eric, Debby, Patsy, Bim2, Ninu.

Minggu, 19 Agustus 2012

Tujuh Belasan di Menjalin


Tujuh belas Agustusan kali ini terasa berbeda. Pertama, karena tempatnya di Kecamatan Menjalin, Kabupaten Landak, tempat saya bekerja. Kedua, karena untuk pertama kalinya sejak mungkin tujuh tahun lalu saya terakhir upacara bendera saat di Kanisius dulu. Ketiga, saya pertama kalinya upacara dengan duduk santai di tribun undangan. Hehehe....

Sebelumnya saya sudah diwanti-wanti oleh Kepala Puskesmas, dr. Didi bahwa upacara 17an harus diikuti, apalagi beliaulah ketua panitia 17an di Kecamatan Menjalin. Saya pun sudah bersiap-siap dengan batik puskesmas (soalnya tidak ada baju  dinas :P) dan saya sempat mencari-cari celana kain hitam. Ternyata oh ternyata tertinggal di Pontianak. Pada akhirnyalah, saya berupacara dengan blue jeans. :D  

Sambil membawa mobil ambulans untuk siaga kalau ada yang perlu dirujuk ke Puskesmas, saya pergi ke lapangan Seboro, lapangan rumah adat dan lapangan bola di Kecamatan Menjalin. Saya pikir saya akan berdiri di belakang barisan PNS. Ternyata saya disuruh untuk duduk di tribun undangan, dan tidak tanggung-tanggung, di tribun terdepan. Satu baris dengan Pak Camat, Kapolsek, Komandan Kodim, dan para isterinya. Saya sudah kepalang kagok, dan yang membuat saya senang adalah pandangan saya ke depan, dimana terlihat barisan siswa dan PNS yang bejejer di depan. Ya ampun, selama ini saya yang berdiri di depan, ternyata bisa juga duduk manis di tribun dan tidak kena terik matahari.    

View lapangan

Saya (berbaju merah), bersama Pak Camat (Pak Theotimus), Pak Kapolsek, Kepala Desa, Kepala Puskesmas dan Staf Polsek Menjalin

Kalau mengenang upacara ini, saya memang tidak asing soal upacara. Saya sejak TK di Immanuel, saya menjadi komandan upacara. Ketika di SD Suster, "kasta" menurun dulu dari pembaca doa, dan pernah juga menjadi pembaca susunan acara upacara. Di SMP Suster saya menjadi tim rekorder pengiring mengheningkan cipta dan di kelas III menjadi komandan upacara. Saya masih ingat, tim kelas kami IIIA SMP dulu kelas kami menjadi kelas terbaik dalam lomba upacara dan saya menjadi komandan upacara terbaik. Senangnya!  

Upacara memang selayaknya diikuti untuk mempertinggi kecintaan terhadap negeri ini. Tapi jangan contohi saya yang sudah tujuh tahun tidak upacara bendera hehehehe.... 

Jumat, 10 Agustus 2012

Selamat Jalan, Pit!

Saya masih tidak percaya. Sungguh tak percaya. Hidup ini begitu banyak dengan lika-liku ceritanya.

Saya tengah di Jalan Lintas Kalimantan, tengah dalam tugas beberapa hari di kabupaten tetangga. Di tengah sinyal yang hilang timbul, saya mendapat kabar lelayu dari status-status rekan di FKUAJ.

Sahabat saya, rekan saya di Atma Jaya, Peter Wijaya telah berpulang pada hari ini pukul 14.55, setelah berjibaku dengan hidupnya.

Pada pagi hari ini memang saya ada mendapat kabar bahwa ia kemarin malam mengalami kecelakaan bermotor di Yogyakarta, dan kemudian mengalami perdarahan di kepalanya serta patah tulang, hingga ia tak sadar. Saya baru dapat kabar itu pada pagi hari.

Kabar begitu cepat, kemudian pada pukul 15an setelah saya mendapat sinyal, dan kabar lelayu itu muncul. Seketika saya terdiam tak percaya. Dan segala sangkalan berkecamuk. Mengapa dia Tuhan?

Saya dan Peter memang sempat banyak berinteraksi, terutama sejak kami dalam satu stase di Kebidanan. Kemudian dia sempat bergabung dalam Tim Editorial TanyaDokterAnda.com. Yup, kami sempat wara-wiri bersama selama 2-3 bulan itu, bersama-sama meliput acara, rapat dan lainnya. Ia pun banyak bercerita tentang rencana hidupnya, ambisi hidupnya, yang disebut cita-cita. Ia sangat mendambakan menjadi seorang geriatri. Ia amat bersemangat dalam berusaha mewujudkannya.

Sebagai seorang sahabat, ia begitu baik, tidak pernah marah atau mengambek. Selalu senyum dalam segala keadaan. Orang yang mungkin awalnya kesal pun pada akhirnya tak jadi berangkara. Yang saya kenang juga humorisnya yang begitu tinggi dan lugunya yang membuatnya apa adanya. Terutama pula rasa ingin tahunya, tentang segala hal yang memperluas wawasannya.

Terakhir saya bertemu dengannya ketika saya dan rekan-rekan mengikuti pelatihan Hiperkes di Yogyakarta pada Maret lalu. Memang pada Mei atau Juni lalu, ia sempat ke Kalimantan Barat dalam rangka bakti sosial dari RS Bethesda, Yogyakarta. Tapi kami tak sempat bertemu.

Waktu begitu cepat Pit. Terlalu cepat lu kembali ke surga. Gua masih ga percaya bahwa lu sudah nggak di sini. Terlalu muda untuk lu meninggalkan kami. Tapi dengan semua apa yang sudah lu jalani, kami percaya lu, dokter yang baik, akan tetap bahagia di sisi Bapa di Surga.

Selamat jalan Peter. Sampai jumpa sahabat.

Saya bersama Peter saat kami bersenda gurau saat koas kebidanan di RS Atma Jaya. Foto diambil 31 Januari 2011, menjelang jaga malam.

*Sebuah tulisan di Tayan.