Senin, 08 Oktober 2007

Aku Tiga Tahun Lagi

Akhirnya ujian selesai sudah. Ujian tengah semester yang sebenarnya tidak terlalu melelahkan. Di tengah masa ujian ini juga harus berpacu dengan pekerjaan lain seperti mengerjakan proyek PHK dan pengawasan STROMA. Hehehe....


Hari ini pula menjadi malam terakhir di Jakarta sebelum saya berbalik ke Pontianak besok subuh. Ah, sudah lama tidak berjumpa, namun rasa hati pun tak kalah besar untuk kembali ke Jakarta kelak.


Ah, mau tulis apa lagi ya? ^^


Eh, ada satu hal yang menarik tadi yang sempat diperbicangkan oleh rekan-rekan saya ketika makan sambil bercengkerama di Kantin setelah berjuang di Ujian Patologi Anatomi II...


Salah satu rekan saya membicarakan kisahnya ketika membeli apartemen di Kelapa Gading bersama tunangannya. (Udah tunangan loh, gw aja sendiri yang masih jojoba >_____<>


Ketika orang lain mungkin masih berbasa-basi mengenai cinta. Tiba dalam satu tahap keseriusan dan menorehkan markah jalan ke depan.


Teman yang lainnya berceletuk, "Hau kok bengong. Loe juga lagi mikirin masa depan loe?" Gw cuma mengangguk biasa. Yup, kata itu terpikirkan.


Ketika tiba saatnya gw menorehkan jejak adalah suatu hal yang tidak main-main. Sama saja ketika gw memutuskan untuk masuk Kanisius dan Fakultas Kedokteran. Sebuah keputusan yang akan tercatat dalam riwayat hidup gw.


Kini pun gw harus berpikir untuk masa yang akan gw ketuk dan jejaki kaki. Ketika gw pun tak bisa masuk ke dalam aliran biasa, bahkan di kampus sekalipun. Walaupun gw tahu gw akan menjadi dokter misalnya, muncul pertanyaan: dokter seperti apa? Pertanyaan tiada akhir.


Ketika gw pun berpikir untuk mulai menabung, mulai bekerja, untuk masa depan gw. Ketika gw pun harus memiliki rumah sendiri untuk keluarga gw. Ketika gw pun kelak memiliki tanggung jawab untuk menghidup anak istri kelak. Hehehe... Walau itu mungkin tidak akan terjadi sebelum gw lulus dari ko-asisten, 3 tahun lagi lah. Namun suatu saat, masa itu akan datang....

Rabu, 09 Mei 2007

Maaf Akan Tidur yang Membabi

Dengan ini saya memohon maaf sebesar-besarnya kepada rekan:
- Gunterus Evans
- Yonathan Adrian Suparman
- Handy Putra


atas kelalaian saya tidak mengikuti kegiatan tensi di PIK karena tidur yang terlalu membabi dan tidak menyadari miscall Evans hingga 20 kali miscall. Hal yang seyogyanya bangun pada pukul 5.00 menjadi pukul 06.30. Memohon maaf pada Evans karena telah memaksa menunggu di luar dan miscall yang ternyata tidak mampu membangunkan saya dari lelapnya tidur. Kepada Yona yang mencak-mencak sehari sebelum tensi. Begitu pula dengan Handy.


Oleh karena itu saya memohon maaf sebesar-besarnya ye....
Terima kasih atas perhatian Saudara.

Jumat, 30 Maret 2007

Pada Akhirnya... Aku pun Kecewa

Ketika hari yang dulu cerah
menjadi gelap dan berdebu
Matahari yang lampaunya tertawa
kini hanya diam dan terbisu


Sejak hati telah tercoreng
ketika senyum tak lagi merekah
Sejak itu pula mata terbutakan
semua itu karena cintakah?


Melepaskan untaian tangan
kasih dan persahabatan yang lama terjalin
Melepaskan senyum yang akhirnya segan
menatap mata dan berkata maya pun berkelit


Aku pun menjadi diam dan mulai terbutakan pula
melihat dunia yang kian hitam dan gelap
Ketika putih dan hitam pun menjadi kelabu
di manakah sang kebenaran itu?


Ketika hati diam, melihat kawan
ketika hasrat damai menjadi kacau
Ketika semua kian gempar dan gelegar
pada akhirnya aku pun kecewa


*Dipersembahkan bagi dua kawan dengan problemanya masing-masing....

Senin, 19 Maret 2007

The Andy's Invitation

Hari ini adalah hari raya Nyepi alias Tahun Baru Saka bagi umat Hindu di Indonesia. bagi yang merayakan, selamat tahun baru! Hm, hari ini tidak menyepi tepatnya... Gw diundang untuk mengikuti berbagai perayaan dan menikmati akhir dari libur yang lumayan panjang, walau tidak panjang sebenarnya.


Hen Lei de Li Bai Liu
Mengapa saya katakan tidak panjang? Sabtu kemarin selain harus menghadiri rapat di Rumah Sakit Atma, saya mengikuti acara ngamen di Muara Karang. Ya, walau raga terasa letih karena harus bangkit darisejak jam 6 pagi hingga jam menunjukkan 10 malam. Mengelilingi Muara Karang memang bukan hal mudah tetapi lebih menghebohkan, nkita mengamen dengan begitu gaya dan menyanyi di depan banyak orang yang sedang bersantap. Bukan hal yang mudah. Pada hati terdalam, memang ini bukanlah cara terbaik menurut saya untuk mendapatkan kucuran dana. Masih banyak jalan menuju Roma. Yup, namun sekali lagi ini adalah kausa kebersamaan. Saya sendiri meminta maaf untuk teman-teman Retret karena hari itu adalah kali pertama saya dalam menyumbangkan suara, karena waktu saya memang amat padat dan tidak sempat untuk mengamen di malam hari. -.- Entschuldigung, Herren und Damen.... Na shi hen lei de li bai liu.... (Itu merupakan hari Sabtu yang amat meletihkan...)


Sonntag, kein Problem
Hari Minggu, tidak ada masalah... Saking tertidurnya saya, saya melewati ke Gereja... (Gomen, Tuhan...) lalu saya terbangun pukul 12 siang oleh si Jeffri yang kemarin Sabtu tidak mengatakan pasti bahwa akan bertandang ke rumah. Huehue... akhirnya dia harus menunggu di luar setengah jam akhirnya dibukakan pintu.


Hau: Lo jadi datang Jep? (Gw terkaget dari tidur)
Jeffri: Loh, loe baru bangun ya? Gw kan udah SMS loe?
Hau: SMS, Ng...
(Saya keluar dan membukakan komputer)
(Saya kembali ke kamar dan melihat HP)
Hau: Oh ada SMS dari loe Jep, -lalu saya membcakan isi pesan itu-
Jeffri: Gw udah SMS loe kan?
Hau: Loe SMS gw tadi jam 9, Jep.. Gw masih tidur... -.-!


pertemuan itu berlangsung sekitar 3 jam, hingga pukul 15:30 WIB. Si Jeffri membawa buku Basic Pathology yang mau dijual ke saya dan mengembalikan berbagai harta benda (hehehe) dan merampok beberapa file, mendownload berbagai Kings of Convenience dan majalah... Si Jeffri bergegas karena ada acara keluarga menanti.


Akhirnya... gw melanjutkan hibernasi.


Nyepi dan Party
Hari Senin tiba. Gw membaca SMS dari Andy dan memastikan bahwa makan-makan jadi di The Buffet Plaza Semanggi jam 12:00. Bergegas-bergegas. Lalu datang saudara sepupu yang akan menggunakan komputer saya. Jam sudah menunjukkan 11:00 lebih dikit. Bergegas-bergegas.


melewati rute yang sama di hari biasa.... Kopadaja 27 dan Kopami 02. Kopaja 27 hari ini lama banget datangnya.... Hampir 20 menit mungkin ada. Di Kopami 02, HP sellau bergetar-getar. Getar-getar. Pikir saya, kalau buka HP di Kopami, riskan. Akhirnya saya memutuskan untuk membaca pesan di Busway. Dengan pede, turun di depan Beos, dan mengejar Busway... 3500, cing. Di bus, saya buka HP.. dan mulai ngeq (kata pronomina dari SWT atau Sweat yang diperkenalkan Handy hari ini).


Handy menulis: Hau, kata Andy hari ini diganti ke Hanamasa MM. Di pikiran gw: Oh-my-God. OH-MY-GOD. Untungnya gw baru sampai Olimo. Bagaimana kalau sampai di Semanggi? Meningingat kocek saya, tinggal 3000 perak di kantong. Soalnya hari ini saya tidak banyak membawa uang, pikir sudah cukup sampai ke Semanggi dan baru tarik tunai di sana....


Akhirnya gw harus melewati halte Olimo ke arah Kota, kembali ke Kota dan naik 02 lagi... Alhasil gw mengeluarkan 5500 dengan tanpa hasil... -.-!


Di Hanamasa kembali menyemangati saya... soalnya hitung2 belum pernah menginjakkan kaki ke restoran berlambang sapi (oposisi dari PDI-P?). Soalnya sehari2, Hanamasa hanya menjadi guyonan untuk traktiran yang super mewah. Memang mewah, 70.000++ bisa keluar dari kocek.


Dsc01388Makan-makan tiba, makan daging, salad, menikmati enaknya Thai Iced Tea (mirip Teh Tarik di Malaysia). Lama banget di Hanamasa, dari 12:30 sampai 17:00. ya hitung-hitung sampai 2-3 tamu disamping sudah berganti orang. Selain itu menunggu Debby dan SW yang menyusul untuk ambil bagian.


Si Debby yang berpakaian feminim hari ini (Loe jadi cewek hari ini, Deb? Wakakak). Lalu yang gw heran, kita mau bikin kejutan buat Andy. Ya kue lah untuk tiup lilin. Tetapi dengan santainya Debby dan SW menjawab telponan Andy.


Andy: Deb, loe di mana?
Debby: Di Bread Talk, di.
Handy dan Hau: Si Debby... Rrrr...


Akhirnya SW dan Debby muncul dan makan-makan dilanjutkan terus. Sampai gaster saya pun akhirnya meminta berhenti. Lalu timbul wacana, nonton yuk. Nonton 300 di MM. Film tinggal 10 menit dan ketika lihat pemesanan tiket, wush.... Kuris berlima hanya tinggal di lajur K alias paling depan. Tapi kita mengiyakan saja, sampai Mbak Twenty-one sekali lagi bertanya: Paling depan loh Pak?


Menikmati film paling depan, dan menonton dengan mendongak. Agak pegel, memang. Tapi filmnya bagus banget... dan banyak bloody hell. Tapi gw terpukau dengan filsafat yang diajarkan... Walau dengan jumlah yang sedikit, namun bisa mengalahkan berbagai hal besar dengan strategi, semangat dan kebersamaan yang kokoh. Walaupun pada akhirnya kita gagal, namun selama itu dilakukan dengan teguh hati, nisacaya semua tidak akan sia-sia, dan kisah masa lalu itu akan berbuah kemenangan di generasi yang akan datang. Tidak ada yang sia-sia dari kerja keras.


Tidak ada yang sia-sia dari kerja keras.


Kamis, 08 Maret 2007

Semester 4 dan... AToMA 2007-2008

Hari ini adalah hari pertama di Semester 4... semester yang mulai patologis. Ya memang, patologis. karena inilah gw masuk ke departemen Patologi Klinik (Klinpat), Patologi Anatomi... Selain itu ada Metodologi Penelitian, Ilmu Penyakit Mata, Ilmu Gizi, dan Fisiologi III.


Hari ini baru masuk di Ilmu Gizi dan Fisiologi III. Di Gizi agak membosankan karena bahannya mirip sekali dengan Kimia Kedokteran dan Biokimia... T_T


Ya sudahlah....


Siang atau sorenya mengadakan rapat super penting yaitu evaluasi WonDER, kemudian penentuan pengurus AToMA 2007-2008. Pengurus yang kali ini cukup palngsng dan agak obsitas di bagian anggota. ^^ Ya, semoga di AToMA tahun ini bisa berjalan dengan baik dan lancar.


Welcome to "Technological Support for Medical Education"

Jumat, 02 Maret 2007

Haurissa di Deviantart

Akhirnya gw meng-upload beberapa karya digital ke Deviantart. Yup, akhirnya setelah beberapa lama kepingin. Beberapa koleksi sudah dipakai di kampus seperti nametag, poster, ada beberapa pamflet.


Kalo ada waktu, sila berkunjung di Deviant ArtL http://haurissa.deviantart.com


It's fun for art.

Kamis, 01 Maret 2007

Berhati Kedokteran

Ilmu kedokteran, suatu ilmu yang penuh resiko sebenarnya. Ilmu yang berat dan perlu ketekunan ekstra dibandingkan ketika kita mempelajari ilmu lainnya. Sekali lagi untuk ke sekian kalinya saya katakan di blog ini, kedokteran itu berat.


Terlatih Hati dan Kebersamaan


Namun seberat-beratnya kedokteran, di sinilah kita seharusnya terlatih untuk memiliki hati. Seberat-beratnya kedokteran, apakah kita masih bisa menggunakan hati dan memperhatikan lingkungan sekitar? Ilmu kedokteran dan pendidikannya berpotensi besar untuk meningkatkan intensitas ego individu semakin tinggi dan pada akhirnya akan meninggalkan sesuatu yang bernama kebersamaan.


Walaupun dalam masa orientasi (maha)siswa, dikoar-koarkan "Kita sebagai kolega harus selalu bersama", tampaknya hanya menjadi wacana sekian hari pasca orientasi. Orientasi yang untuk sekejap. Setelahnya semakin pudar dan lenyap.


Kedokteran adalah profesi luhur, tidak banyak profesi seperti ini selain dokter, notaris, pengacara, pastur. (Bertens & Gunawan, 2004, Diktat Etika dan Hukum Kedokteran). Profesi yang berhubungan dengan manusia apapun. Bisakah kita berhubungan dengan manusia tanpa hati? Bisa, namun kita kelak hanyalah substansi robotik yang cukup mengambil data "eritema kronik migran" atau "relapsing fever" dari basis data penyakit bakterial, kemudian meliriskan berbagai perawatan dari basis data lain pula. Sebuah algoritma kaku dan kita hanya robot.


Memang mungkin algoritma kaku bisa terjadi pada kasus penyakit puskesmas (pusing, sakit kepala, masuk angin) -yang padahal sebenarnya hal simtomatik, bukan penyakit.


Tetapi ketika kita mulai berpikir dengan diagnosa kita pada seorang anak 10 tahun dengan obesitas, sakit jantung, timbul luka pada badan, kemudian ada pilihan untuk mastektomi. Apakah kita akan secepat itu melakukan operasi mastektomi? Pada anak 10 tahun? Walaupun memang ada pilihan itu, apakah kita yakin? Ketika kita memiliki hati dan menunda mastektomi dan berpikir lebih jauh, ternyata ini adalah Sindroma Cushing yang disebabkan tumor di otak di dekat daerah sinus kavernosus. (House MD, episode 16, "Heavy"). Beranikah dokter memiliki hati?


Dokter Berpikir


Berpikir sebenarnya adalah sifat dasar manusia, itulah yang membedakan kita dengan rekan-rekan lain seperti Felis domestica (Kucing, daat sebagai penyebab dari Toksokariasis hingga Oksiuriasis), hingga Paragonimus westermanii (salah satu anggoata cacing daun).


Namun akanakah kita terus berpikir hanya mengenai ilmu kedokteran saja? Mungkin inilah yang selalu tertanam dalam benak para mahasiswa kedokteran yang terlalu sering menghabiskan waktunya di depan buku teks tebal, Sherwood's Human Physiology, misalnya. Dalam pikirannya mungkin hanya akan tertanam "kedokteran, kedokteran". Sehingga tiada lagi spasi yang bisa untuk berpikir lainnya. Belajar yang begitu terpadatkannya, mengubah diri seseorang.


Berikanlah tempat untuk berpikir luas, masa depan masih panjang, dan kita tidak menghabiskan hidup hanya untuk kedokteran saja. Tidakkah kita memiliki kehidupan yang akbar?


Sabtu, 27 Januari 2007

Blog Saya Menakutkan?

Sedikit menanggapi Andy dari komentarnya di "bertinja Ria di Parasitologi". Huehuehue.... hasil blog ini adalah suatu... mmm... apa yang tepat disebutkan, representasi mungkin dari kehidupan di FK. Perasaan bergidik dengan tinja anjing (faeses canis), menakut-nakuti dengan kadaver anatomi yang semstinya tidak dapat bangun seperti zombie di Resident Evil, bukanlah tujuan primer dari tulisan ini. Ya, sedikit menceritakan kisah dan lika-liku kedokteran. Ya, fakultas kedokteran semestinya suatu periode yang sangat banyak hal yang bisa diceritakan. FK adalah suatu tantangan kejiwaan.


Dalam pengamatan nyata saya, FK telah terbukti berhasil membuat jiwa seseorang menjadi miring seperti hipotenusa dalam segitiga, alih-alih nilai sinus semakin kecil.


Ohya teman-teman yang memmbaca blog saya, mohon dikomentasri, baik itu pedas atau asin. Toh ternyata semua papil lidah (sirkumvalata ataupun viliformis) memiliki daya yang sama mengecap semua rasa. ^^

Selasa, 23 Januari 2007

Aku Kini Apolar Sajakah?

Ini adalah kisah yang sedikit terpendam dan gw sendiri nggak tahu bagaimana cara mengungkapkannya. Syukur-syukur dibaca dengan yang merasa dan ,paling tidak, tahu mengenai sesuatu yang "sulit diungkapkan" ini. Sengaja tulis di blog, karena blog ini sering sekali ngomong yang "terlalu lugas dan vulgar".


Adalah masalah yang cukup teruk yang terjadi dua bulan belakangan ini. Gw merasa agak terpolarisasi. Ketika gw di dalam suatu keadaan yang sulit bagi gw. Memang gw bukanlah hospesnya. Tapi it was a hard time for me too, dude.


Ketika ada yang bertikai, ketika ini pun bertindak. Namun bagaimana yang bertikai ini adalah rekan-rekan kita. Ketika sesuatu yang terjadi pada rekan terjadi sesuatu, kita mendukungnya dari belakang (Tut Wuri Handayani?). Ketika dua ini saling berinvasi, kemana kita berpihak? Kita tetap berpihak kepada rekan kita. Yang mana rekan kita? Keduanya. Jadi, kita berpihak ke keduanya?


Ketika hal ini bukan cuma membuat hepar (baca: hati) tidak nyaman, ada rekan kita bertikai. Ketika kita mau mendukung, fakta pun menyalahkan. Ketika maksud menjadi jembatan (seperti pedunculus yang menyambungkan cerebellum dengan medula oblongata...), ternyata tidak berjalan lancar, seperti tarik tambang. Jadi, bagaimana harus bertindak? Ketika satu jawaban muncul: Apolar, tidak berkutub. Artinya tidak berpihak pada siapapun. Namun gw berpikir lagi, ini artinya gw menghilangkan dukungan apapun dan menganggap seperti tidak terjadi apa-apa? Gw jadi tidak lebih dari seorang munafik dari fakta, cuci tangan.


Bila akhirnya gw pun menjadi munafik, apakah urusan semakin pelik? Memang sebuah urusan ini adalah mengenai hati. Gw malah membandingkan, ini seperti sakit kronik? Menolak dengan mekanisme defensinya - Mencari solusi alternatif - Tidak menemukan solusi - Pasrah dengan keadaan? Inilah yang terjadi dengan Cloud Strife, karakter dari Final Fantasy VII. Sebuah hal yang cukup membuatnya depresi karena hanya mengetahuinya adalah mantan SOLDIER, padahal ia tidak lebih prajurit rendahan Shinra. Dan ia bisa melewati pikiran itu. Belum lagi ia depresi dengan asumsi bahwa ialah prekursor dari kematian Aerith, yangpada akhirnya ia bisa menerima 1 tahun kemudian di akhior kisah Advent Children. Membandingkan kisah fiktif memang tak berbuah bukti faktual.


BTT, back to topic. Kini akhirnya pun, gw memilih apolar berbatas. Pada dasarnya gw tidak mau ikut campur terlalu dalam dan ini bukan berarti mengenyampingkan perasaaan rekan-rekan. Sesuai prinsip "Let him solve his own problem"?

Minggu, 21 Januari 2007

Haruskah Dokter Berterima Kasih?

Topik ini saya dapatkan ketika membuka milis Dokter Indonesia. Sebuah hal yang ditanggapi, menurut saya, cukup negatif, oleh para dokter di sana. Apakah ini adalah sebuah gengsi yang harus tetap dipertahankan?


Hal ini disampaikan oleh seseorang S, yang mengatakan ia tidak pernah sekalipun menerima ucapan terima kasih dari dokternya. Dengan alasan seperti ketika kita membeli barang di toko, maka penjual akan berterima kasih ketika menerima uang atau menerima kembalian atau memberi barang jualannya dalam kantong plastik ke pembeli. "Terima kasih, pak(bu)."


Di sinilah timbul pertanyaan, apakah dokter yang menerima imbalan dari pasiennya perlu berterima kasih? Di sini juga timbul polemik, di satu sisi apakah dokter yang diuntungkan (dengan menerima imbalan) atau pasien (karena telah menerima diagnosa dan resep), atau dengan sentilan. apa malah perusahaan farmasi yang untung?


Makna Terima Kasih
Apa makna terima kasih sebenarnya? Suatu kata yang harus disebutkan di akhir transaksi? Atau sebuah norma relatif?


Menurut wikipedia Inggris, Terima kasih atau "Thank you" adalah ungkapan rasa bersyukur. Lain lagi menurut Dido, dalam single "Thank you":


I want to thank you

for giving me the best day of my life

Oh just to be with you

is having the best day of my life

Berterima kasih di sini berarti ungkatan setelah kita menerima sesuatu dari seseorang yang pada akhirnya membuat hidup kita lebih baik. Bukan berarti kita menerima sesuatu yang tidak ada makna. Seperti demikian, apakah kita akan berterima kasih setelah kita menerima paket bom atau faeses canis (entah kenapa saya jadi senang menggunakan kata faeses canis, makna ekstrim dengan ungkapan yang cukup sopan?).


Terima kasih bukanlah alasan utama kita agar dapat dipandang oleh orang lain selama badan kita tidak setransparan bakteri sehingg harus diwarna. Terima kasih bukanlah suatu kata tanpa makna baik untuk pengucap dan penerima ucapan.


Buruknya, terima kasih kini hanya sebagai tanda menghormati tanpa diketahui maknanya. akhirnya terima kasih pun seperti kata "Good day".


Apa yang dilakukan dokter, tepatnya?
Ya, sisi ini harus ditelaah. Apa sebenarnya yang dilakukan oleh dokter kepada pasien sedemikian sehingga pasien berterima kasih dan dokter pun akhirnya berterima kasih?


Dokter telah memeriksa pasien, sedikit menyakit dengan injeksi, dan menemukan sesuatu yang menjadi pangkal masalah pasien. Di sini jelas, pasien dalam posisi mengucapkan terima kasih.


Dokter? Dokter menerima imbalan jasanya. Di sini dokter mendapatkan pendapatnya untuk hidup dan keluarganya, membeli perlalatan baru lainnya, ya kecilnya, megepulkan asap dapur. Tanpa pasien, dokter pun tidak bisa apa-apa. Dokter pun dalam posisi berterima kasih kepada pasien.


Jadi, Siapa yang Harus Berterima Kasih?
Kedua-duanya! Siapapun yang pertama menyebutkannya terlebih dahulu. Jika pasien, menyebutkan terima kasih, maka sambutlah dengan "Terima kasih kembali" atau "Sama-sama". Tidak ada alasan apapun dari dokter untuk berdiam diri atau tidak menyebutkan terima kasih.


Memang pada praktiknya, biasanya pasien yang prtama kali menyebutkan terima kasih. Maka dokter menyambutnya dengan ucapan jawaban. It's enough. Ucapan "terima kasih kembali" dari dokter menandakan ia pun berterima kasih pada pasien. Kalau pasien tidak menyebutkan duluan, ucapkan terima kasih. Itu pun tidak ada balasan dari neraka.


Kita pun harus berpegang dalam aturan emas. Lakukan seperti apa yang ingin orang lain lakukan padamu.


Dokter pun Jangan Sombong
Dokter pun jangan memosisikan dirinya sebagai dewa yang patut dipuja dan disyukuri. Hal ini tak jarang membuat dokter besar kepala. Dokter dan pasien, memang ada yang lebih tinggi?