Selasa, 12 Desember 2006

Infotainmenoma Akut

Hari ini gw beristirahat sebentar setelah kurang tidur kemarin akibat belajar Kedokteran Komunitas. Ya sudahlah, praktiumnya berjalan mulus (semulus ekstremitas inferior femina? Wakakak)

Lalu setelah sampai di rumah jam satuan, gw langsung ke tempat tidur yang nyaman dan menyalakan teve. Alhasil gw membuka teve isinya basi semua, dan kebanyakan infotainmen (bahkan sampai program berita!). Isinya semua berbau infotainment yang hangat akhir-akhir ini.

  1. Poligami KH Abdullah Gymnastiar. Sekarang lagi diributkan istri keduanya yang kabur saat AA Gym melakukan ceramah di Istiqlal dan menurun drastisnya pengunjung Daarut Tauhid. Bahkan ada kabar AA Gym mau keluar dari dakwah?
  2. Maria Eva - Yahya Zaini. Sekarang ME diperiksa oleh polisi. Ada kabar terbaru bahwa ME selama ini hanya ingin mencari popularitas. Mana yang benar? Nggak ngurus deh.
  3. Konflik Vita apa-namanya dengan Dhani Dewa 19. Lama-lama gw "eneg" lihat si Dhani. Mulai dari kata-katanya "lelaki muda yang kaya raya" sampai menyebarkan surat pemecatan Vita ke infotainmen. Hoi! Menurut psikiatri yang lagi-gw-belajar-untuk-ujian-esok-pagi-pukul-delapan adalah ego state "kanak-kanak".
  4. Perceraian Pinkan Mambo dan suaminya. (iyalah ya). Kok gw melihat banyak banget artis yang cerai (emang enak ya?). Masih ada Ulfa dan Kiki Fatmala. Rumah tangga itu mainankah?

Setidaknya setiap infotainmen pasti ada berita di atas. Gw mungkin bisa dibilang pemerhati televisi (swt). Infotainmen salah satu yang gw tertarik, soalnya kita bisa melihat perilaku manusia-manusia Indonesia... dari yang senyum lima jari ketika memberi sumbangan, lalu berita mau naik hajinya selebritis, hobi, ulang tahun, menyembunyikan pacar, gebetan, sampai rumah kemalingan pun masuk teve.

Tapi setidaknya infotainmen yang memfungi masih lebih superior kualitasnya daripada sinetron yang makin sampah termasuk sinetron religius yang sorry saja kebanyakan memperlihatkan kekerasan dan azab daripada kedamaian. Tapi sadarkah bahwa sinetron religi itu membuat peyorasi pada bahasa Indonesia. Ada rekan gw yang mengatakan "Hati-hati hau. kena hidayah loe!". Ampun...

Jumat, 08 Desember 2006

Jangan Akhiri Hidupmu

Kematiannya masih belum jelas benar, kecelakaan, atau bunuh diri. Namun yang jelas, mahasiswa Universitas T ini baru saja putus cinta...
(Sumber:detik.com)


Akhir Hidup

Kematian? Suatu hal yang selalu ingin saya cari apa esensinya. Suatu hal yang di mana orang akhiri perjuangan hidup, ketika orang menghembuskan nafasnya terakhir, mengakhiri dunia fana katanya.


Kematian banyak ditakuti, seperti yang terjadi berbagai adegan dalam Say Hello to Black Jack dan Grey's Anatomy. Kematian begitu riskannya, ketika kita berpikir "Aku kanker, umurku tinggal sedikit. Namun bagaimana ku katakan pada anak dan keluargaku?" Setidaknya itu yang saya tangkap, bahwa kematian menimbulkan suatu keresahan baik dalam dirinya sendiri dan orang lain jelas akan menjadi beban.


Hal Paradoksal

Suatu paradoks besar jika ingin disebut demikian, ketika kita melihat orang dengan sadar ingin mati. Ho, kematian begitu menjadi primadona. Dengan taksadar orang yang sakit terminal akan iri padaku, "Lebih baik kauberikan nyawamu padanku saja. Daripada toh sia-sia?". Kalau transplantasi nyawa bisa dilakukan di dunia ini.


Sebuah hal yang paradoks ini memang begitu riuhnya. Setiap hari pasti kita sering melihat sinetron yang bertajuk bunuh diri, bom pun ada bom bunuh diri, bahkan ucapan sumpah serapah pun tak pelak dari frasa ini.


"Eh, mama mati aja. Dari pada melihat kalian bertengkar seperti ini!!"


Kalimat ini pernah saya dengar. Begitu kata diucap, semua diam. Diam sejuta bahasa.


Di sini saya tidak akan membahas maasalah ilmiah dari bunuh diri, karena saya belum mengambil Ilmu Kedokteran Jiwa. Namun saya tertarik melihat sisi filosofisnya saja.


Filosofis Mati

Mati berarti tidak hidup. Tak hidup berarti mati. Suatu yang kehilangan dayanya, kehilangan kekuatan, kehilangan gerakan, hilang semua. Kekakuan, suasana dingin, beku, tiak ada ceria. Inilah gambaran yang sering kita dengar dari mati. Lalu utnuk mencerahkan maka muncullah semangat bahwa Mati adalah Jalan menuju Kehidupan Mendatang. Kehidupan mendatang apa siapa yang tahu?


Mengapa orang mau mati? Jelas bahwa ada orang-yang-akan-mati yang tidak mau mati. Banyak orang takut mati. Ada juga yang ingin mati. Dunia memang miris. Saya berpendapat bahwa orang yang memutuskan ingin mati adalah adalah mereka yang tidak menemukan alasan untuk hidup. Sebuah hal yang rasional bila memiliki alasan. Tetapi segampang itukah alasan itu lenyap dari hidup?


Banyak alasan yang digunakan manusia dalam menyemanagti kematian seperti kesulitan ekonomi, bunuh drii karena absurd, bunuh diri ekstensial, bahkana da yang heroik. Yang belakang ini menurut saya tidak masuk akal. Heroik di kartun atau anime manapun tidak ada yang mau bunuh diri dengan sengaja.


Bunuh diri eksistensial. Bunuh diri agar orang mengetahui tentang dirinya. Ini alasan yang menurut saya juga tidak masuk akal. Ketika pihak itu mati, orang kenal. Lalu? Hanya kenal sebatas nama. Bunuh diri karena patah hati seperti kasus dari detik.com itu, dengan bunuh diri apakah hal akan kembali? Suatu mekanisme defensi yang kemudian dipakai adalah, "keadaan tidak dapat berubah lagi" "semua telah ditetapkan begitu", "dia satu-satunya milikku". Pertanyaannya apakah benar telah diamati seperti itu? Semua pernyataan itu dilakukan dalam ruangan khas fotografi, ruangan gelap.


That's a life!

Ketika hidup diakhiri dengan alasan yang tidak logis alangkah buruknya. Hidup layaknya kertas yang bisa dituliskan baik dan buruk. Hidup yang menempatkan kita dari atas dan bawah. Kita tidak dapat ego agar semua sesuai dengan kehendak kita dan kepuasan kita semata.


Kadang-kadang memang ada yang tidak dapat menerima hal yang terjadi. Saya ingin meminjam dari perilaku Hindu Bali, pasrah (ignorance) atau acuh tak acuh. Masalah itu tidak akan beserta kita lagi dan bukan bagian dari diri kita lagi. Yang ada hanyalah mata baru untuk menatap bukan meratap.


Ketika kita telah gelap mata melihat sesuatu yang buruk, bukalah dunia begitu baiknya. Kita di dunia bukan bekerja untuk satu hal saja, ada ribuan hal yang dapat kita lakukan dan jelas mengembangkan diri kita. Kita harus lentur dalam menghadapi masalah yang ada di dalam hidup kita. Jangan mengedepankan secara supra anterior rasa ego.


Life a Life

So, jangan akhiri hidupmu. Mengakhiri hidup yang begitu indah?


Bantahan Argumen Pro Poligami

Ini bahasan yang gw dapat dari TOPIK MINGGU INI di SCTV Rabu subuh lalu.
Jadi dibuat pembicaraan empat orang dengan posisi:
Anggota Komnas HAM dan Satu tokoh NU (kontra poligami)
Bapak Puspo (yang terkenal isterinya 4 itu) dan Ibu Yoyoh (Wakil Ketua Pansus RUU APP)


Pernyataan dengan tanda (*) adalah komentar gw sendiri.


Banyak kelemahan dalam berargumen dalam pembicaraan tersebut. Disini saya mau membantah semua argumen dari PRO POLIGAMI.
Saya tidak banyak memiliki pengetahuan ttg Islam, tapi inilah yang saya dapat dari dialog itu.


1. Masalah Islam melegalkan Poligami atau tidak?
*Di sini terjadi kesimpangsiuran di pihak pro mengatakan itu "sunnah"
dan Bapak Puspo mencontohi Nabi Muhammad (meneladani). Tapi dibantah
oleh dua yang pro, Islam itu menganut monogami. Nabi Muhammad memiliki
alasan tersendiri untuk poligami (berdasarkan situasi saat itu). Nabi
Muhammad sendiri berpoligami setelah isteri pertakanya meninggal. Jadi
bukan karena atas dasar "sistem patriarkhi".
*Tapi muncul juga perdebatan ketika ditanya apakah Islam menyatakan
kesetaraan gender atau tidak? Ketika patriarkhi dinyatakan oleh pihak
pro, bukannya mereka secara tidak langsung mengiakan bias gender? Namun
hal ini cepat2 dibalas oleh kontra poligami dan menyatakan dengan tegas
bahwa Islam tidak merendahkan salah satu gender dan berpihak pada
monogami. Disini gw lihat interpretasi masih sangat plural.


2. Bapak Puspo melakukan poligami sebagai teladan nabi dan menunjukkan kepemimpinan laki-laki.
*Ini jelas patriarkhi sekali. Sepertinya dia perlu MANAJEMEN SYAHWAT disamping MANAJMEN KALBU.


3. Bapak Puspo mengatakan poligami adalah HAK PEREMPUAN. Sedangkan Ibu Yoyoh mengatakan itu HAK LAKI2.
*Hayo bapak-ibu mana yang benar? Disini argumen pecah.


4. Ibu Yoyoh mengatakan poligami boleh DARIPADA BERZINAH.
*What??? Ini akhirnya dimainkan ala logika oleh Bapak Komnas HAM. Bila
begitu maka Poligami dilakukan atas alasan perzinahan. (Secara etis,
bolehkah kita membuat hal yang dianggap "baik" dari hal "buruk"?) Dan
bila ujungnya sudah salah, apakah seterusnya dapat dibenarkan??


5. Ibu Yoyoh dan Pak Puspo mengatakan bahwa Poligami ada karena jumlah wanita lebih banyak dari pria. Maka pria boleh poligami.
*Bisa ditarik kesimpulan dari itu?


6. Ibu Yoyoh mengatakan banyak Poligami yang bahagia kok dan monogami pun banyak yang sengsara.
*Mekanisme defensi sekali, Ibu. Ini dalam psikiatri disebut mekanisme "Proyeksi". melemparkan keslaahan ke orang lain.


7. Ibu Yoyoh mengatakan bahwa Poligami itu boleh asal syarat-syaratnya dipenuhi.
*Syarat apa? apakah syarat itu termasuk perasaan?


8. Pak Puspo tidak dapat menjawab apa-apa ketika ditanya mengenai salah satu pasangannya yang meminta cerai.
*Katanya bahagia, Pak?


9. Ibu Yoyoh tidak dapat berkomentar banyak ketika ditanya jika pria
boleh poligami, apakah wanita boleh poliandri? Di sini keluar
pertanyaan dari moderator karena statment yang keluar dari Ibu Yoyoh:
Pria memiliki syahwat yang lebih tinggi dari wanita. Nah dibalik kalau
wanita yang lebih tinggi syahwatnya bagaimana? Sampai ia berkomentar,
"Poliandri? boleh, kalau ia keluar dari agama ini."
*Apa??? Saya langsung berpikir, mendingan dia belajar psikologi dan
psikiatri. tahukah dia mengenai hiperseksual? Pria atau pun wanita pun
bisa seperti itu. Yang diperlukan, manajemen syahwat.


10. Poligami untuk menolong wanita, janda, dll.
*Membantu harus dinikahi kah? Suatu perbuatan menolong dengan pamrih.

Jumat, 01 Desember 2006

Pemburu Tikus

Hari ini saat yang saya kenang... Ketika terjadi pembunuhan dan penyiksaan. Ugh.


Hari ini, saya sedang asyiknya mengetik agenda untuk WONDER. Tiba-tiba, sepupu saya teriak


"Ko, di kamar mandi ada tikus!"

"Tikus? Kayaknya tadi tidak ada."

Alhasil, saya turun dan melihat sejuntai ekor tikus di belakang pintu kamar mandi.

"Mati tuh tikus?"

"Nggak tahu...", lalu sepupu saya itu berjalan ke arah tikus (menghampiri -red). Tikus itu bergerak dan berlari. Saya mencoba mencari sapu atau tongkat dan tiba-tiba saya merasa suram...

"Tek"

*Sesuatu yang lembut ada di kaki saya. Lembut sekali...


Tanpa pikir panjang, saya langsung melarikan dari tempat kejadian. Sepupu saya teriak, "Koko, injak tikus itu!"


"Masak?", pikir dalam hati. Lalu saya dekati tikus itu, agak-agaknya separuh nafas dan mulai muntah darah. Muntah darah dua kali. Tikus... Tampaknya saya telah menginjak bagian kaput (kepala) tikus...


Akhirnya tikus itu menghembuskan nafas terakhirnya dan diiringi dengan pengki dan dibuang ke tempat sampah tetangga (maaf om dan tante sebelah...).


Sepupu saya yang heboih langsung mengambil sabun dan alkohol untuk menghindarkan pes terjadi di rumah ini...


Sekarang saya masih merasakan bayang-bayang kepala tikus itu di kaki. *Lembut.... Uek.