Sabtu, 20 Desember 2008

Aku, Dua-Satu

Aku kini dalam hamparan pasir
Putih dengan segala limpahannya
Langit terbendung dengan kalahnya mentari
Aku hanya terduduk dan tersungging tawa


Burung laut pun tak menyadari hadirku
Mereka terbang tinggi seakan menembus langit
Ketam kecil pun begitu
Melanglang tanpa berkelit


Aku menatap garisan tanganku
Yang kian tergerus oleh waktu
Segala alirnya melafalkan hidup
Dengan segala terang dan redup


Aku melirih dalam telutan
Bertitikan dalam simpuhan
Aku tak merasa penuh adanya
Aku melihat buaian hampa


Aku sentak terbangun dari duduk
Aku berkecamuk dan berserapah
Gusti, senihil inikah Aku?
Yakinkah aku melangkah tanpa jejak?


Tiada tedeng aling
Bayu megah menghempas ragaku
Aku tersungkur
Aku hanya mampu merintih


Tanpa sadar bagiku
Aku melihat lenganku
Ah, ini sebuah tanda luka
Ketika aku dengan segala kenakalanku
Tampak kakiku
Tergores semasa aku mengasah asaku


Aku terhenyak luluh
Titikan kedua menyurup batin
Sesal bagiku menohok diri
Aku kembali bertelut pada Gusti


Aku tersadar
Aku, diriku dengan segala adanya
Masa masih memberiku pintu
Buku dengan lembarannya


Aku pun bangkit dari hamparan pasir
Aku melihat lintasan kalam
Dengan jiwa perdana
Dan langitpun bercerah
Menyambut aku sang dua satu


Jakarta, 20 Desember 2008

Kamis, 18 Desember 2008

Dissidia Final Fantasy: Download!

Dissidia ~ Dissidia ~ Kyaaa desu!

Kemarin, James menelepon:
James: "Hau, Dissidia dah keluar!!"
Hau: ... ... (tak bisa berkata) ... yakin jam?
James: Di Pspisoz

Bukannya gimana ya, releasenya yang resmi besoknya. 18/12

Ok, akhiirrrnya! Setelah tidak bisa mengecap kedahsyatan konsol generasi baru. Pada akhirnya Dissidia! Walau di PSP. Selain FF:CC, FF XII Agito, game ini menjadi alasan untuk membeli PSP ini. Hehehehe....

Tapi sayang masih Jepang...

Yang paling swt, James pada malam hari SMS. "Hau, hentikan downloadnya!" "Kenapa Jam?" "Di PSPIsoz palsu"

Hau tak bisa berkata.

Melihat semua file unduhan di Pspisoz sudah selesai dan siap dicicipi. Bagaikan Keroro menangisi gundam rakitannya terkena Tamama Impact.

Okey...

Waktunya mengunduh lagi....

Rabu, 17 Desember 2008

Sang Gusti

Inilah kembali takbir menggema
Tertoreh dalam segala hidup
Kalam menjadi malam
Pelita terliputi gulita


Sungguhlah Sang Gusti memahami
Mimpi dan hasrat
Limpah dan galau
Segala sisi tersentuh dengan sentuhanNya


Sang Gusti,
Inilah hambaMu yang mengejar mimpi
Terasuki berbagai lirihan
Masa mengejar dan takkan swasirna


Gusti,
Engkaulah sang patih dalam perjuanganku
Langkahmu menjadi tauladan hidup
Aku ingin bertukar canda bersamaMu....


-Hau yang mengejar mimpi, dalam persimpangan...

Selasa, 09 Desember 2008

Mengeluh, Lagi?

Which one that I should choose?


Ini akan menjadi post yang nggak jelas. Hehehe. Cuma mau menumpahkan isi pikiran saja. Ujian kali ini cukuo banyak sih, dan sepertinya sisi badaniah belum mampu bersiap. Masih terkantuk-kantuk.

Berusaha untuk memberi kesemangatan dan motivasi. Bukan saatnya mengeluhkan apa yang ada di dunia ini. Dengan segala situasi dan kondisi. Apalagi menyesal.

Tidak ada lagi keluhan. Jika tidak langkahpun tidak akan berada. Saya pun tak ingind etik terbuang hanya karena mengeluh dan akhirnya tidak ada makna yang terhasilkan. Detik pun tersampahkan percuma.

Semangat hidup....!!!!!!!

Sabtu, 29 November 2008

Orang tua, berartikah buat kita?

Sebuah hal yang sedikit banyak menohok saya hari ini. Ketika memirsa sebuah tayangan teve, Idola Cilik, di RCTI. Salah satu kontestan yang bernama Debo beserta apa yang dialaminya menjadi perenungan bagi saya.


Perenungan mengenai orang tua merupakan hal yang sungguh klasik. Suatu hal yang sudah ditegaskan oleh Tuhan melalui perintah ke-4 nya. Hormatilah ibu bapamu.


Namun apa yang dirasakan olehnya mungkin dapat dianggap sebagai suatu ketidakadilan. Ketika ia masih kini berusia 9 tahun mungkin, ia mendapati kenyataan bahwa ayahandanya bekerja jauh darinya. Begitu pula dengan ibundanya. Ia tumbuh dan berkembang dengan nenek dan kakeknya. Tanpa menyentuh kasih langsung orang tuanya.


Namun ia tetat tegar, ia tetap ingin mempersembahkan apa yang terbaik dari seorang anak. Anggaplah sebuah bakti kepada orang tua. Ia hanya mendengar suara ayahandanya, namun hal ini cukup membuat ia bercucuran air mata. Ketika ia hanya melihat foto ibunya yang kini berada di Timur Tengah, ia dapat mendapati sosok ibu dalam hatinya. Begitu ia tegarnya.


Air mata memang tercetus pada diri saya. Ketika tertohok, membandingkan apa yang terjadi pada diri saya. Terkadang kita bisa membuat label bahwa orang tua begitu menyebalkan dan cerewet. Atau orang tua adalah sosok yang tidak sayang pada diri kita.


Tetaplah kita berpikir, bahwa kasih orang tua adalah tiada batas. Bagaimana orang tua mampu menyayangi anaknya. Apalagi anak yang ia langsung ia besarkan. Kasihi orang tua, seburuk apapun ia. Tidak ada orang tua yang buruk, bahkan itu terburuk bagimu. Ketahuilah kita tidak akan ada apa-apanya tanpa kehadiran mereka.


Berikanlah yang terbaik bagi mereka, darma baktimu.


Love you, mami dan papi!

Jumat, 28 November 2008

Tuhan, Mengapa Kau Meninggalkan Aku?

One night a man had a dream.


He dreamed he was walking along the beach with the Lord. Across the sky flashed scenes from his life. For each scene he noticed two sets of footprints in the sand; one belonged to him, and the other to the Lord.


When the last scene of his life flashed before him, he looked back at the footprints in the sand. he noticed that many times along the path of his life there was only one set of footprints. He also noticed that it happened at the very lowest and saddest times in his life.


This really bothered him and he questioned the Lord about it. "Lord, you said that once I decided to follow you, you'd walk with me all the way. But I have noticed that at the worst times in my life, there is only one set of footprints. How could you leave me when I needed you the most?"


The Lord replied " My precious, precious child, I love you and would never leave you. During your times of suffering and when you see only one set of footprints, it was then that I carried you."

Makna Persahabatan

Ada satu hal yang menginspirasi saya untuk menulis blog hari ini. Ketika hari menjelang petang dan ditutup dengan suatu hentakan. Hentakan ini bertajuk Persahabatan.


Entah apa saja yang sudah kita lukiskan di pikiran mengenai seorang sahabat. Apakah dia yang memberikan dia uang ketika engkau kekurangan uang? Apakah dia yang memuji luar biasa rambut barumu? Apakah dia yang begitu eratnya menempel pada dirimu? Apakah dia yang memendam kebencian dibaluti senyuman?


Entah apa arti sahabat bagi sesiapapun. Saya hanya bisa berdiri dan diam merenungi apa makna itu untuk saya. Setelah terpapar dengan berbagai inspirasi...


Persahabatan adalah sesuatu yang tidak diisi dengan basa-basi
Persahabatan bukanlah hari-hari yang hanya diisi senyuman dan rasa suka saja
Persahabatan tidak kenal ragu-ragu untuk menegur
Persahabatan sangat mengenal fakta dan kepengertian
Persahabatan bukanlah dusta
Persahabatan tidak bersyarat
Persahabatan adalah yang menyemangati dan menopang
Persahabatan bukanlah komputer otomatik pemberi solusi masalah
Persahabatan adalah yang membuatmu berpikir lebih baik
Persahabatan adalah sesuatu yang membawamu lebih melihat luasnya dunia
Persahabatan bukanlah hasil dari keegoan
Persahabatan adalah hubungan manusia yang berbeda, namun mampu diajak untuk bergandengan
Persahabatan bukanlah meleburkan pribadi
Persahabatan tetap memberikan tempat bagi keunikan pribadi
Persahabatan tidaklah asumtif


Entah apa arti persahabatan bagi Anda semua?

Selasa, 25 November 2008

Jangan Nilai Buku dari Sampulnya

Hari ini adalah hari yang, ya..., cukup biasa walaupun apa yang dilakukan adalah banyak di luar rencana dan situasi dan kondisi menanggapinya demikian. Memang, ketika kita sudah membuat rencana apapun serapi apapun, akan menjadi lain ketika strata lebih superior mengatakan yang berbeda.


Hari ini rencananya ingin membuat manual SPAS. Dan akhirnya tertunda dengan disposisi atas tugas sebagai asisten dosen dalam mengawas ujian. Sebenarnya tidak ada yang salah dalam hal ini. Bahkan situasi pun tidak, karena ia bukanlah pihak yang dapat dipersalahkan. Walaupun demikian, kita dapat mengambil hikmah yang ada. Misalnya membuat relasi dengan dosen, misalnya. Walaupun hati agak kesal juga ketika melihat ada rekan yang ternyata hanya lenggang-lenggok non-ekspresi dan hanya bertanya: Ada apa? Ada ujian? Oh...


Okay...


Tapi tidakkah kau berpikir bahwa misalkan Aku datang pagi dan siapa tahu aku bisa menjaga ujian. Sebenarnya saya sendiri sudah mengetahui bahwa hari itu ada ujian, namun benar dikonfirmasi saat membantu Pram dalam mempersiapkan ruangan ujian. Memang pasca Pram ada PBL, saya bisa saja untuk keluar dan meninggalkan ruangan. Tetapi, apakah ada untungnya? Mungkin masalah akan semakin bermetastase dari masalah kecil, misalnya tidak adanya kabel LAN, atau tidak tahunya fungsi refresh pada piranti penjelajah. Yang ada mahasiswa yang ujian pun dirugikan. Benar, tidak ada untungnya pada akhirnya pun saya melangkah...


Memang, pada saat itu tepat dalam masa pengurusan pendaftaran semester pendek. Namun, untungnya ada rekan lain yang boleh membantu mengurusinya hingga tuntas. Sedikit tugas dapat terkurangi. Hm, saya bisa membantu dosen di stase berikutnya.


Pada akhirnya saya lanjut dengan rapat badan organisasi yang ada. Ada hal yang pada akhirnya saya boleh terima. Bagaikan kiasan lama yang mengatakan: janganlah kamu menilai buku jika hanya melalui sampulnya. Artinya hendaknya tidak mudahlah kamu menghakimi seseorang dari sedikit sisi hidupnya. Ketika kita menilik kembali mengenai pribadi yang berbudi, bahwa seseorang menggunakan akal budinya sekalipun dalam setiap ia melangkah jalan. Ketika orang berpikir matang dalam apa yang ia putuskan, apalagi ia kembali berpikir dan berpikir dalam memutuskan sesuatu yang kritis.


Memang terus terang, apa yang kita lihat sebagai pihak kedua terhadap orang lain akan menjadi proses individual kita dalam menilai orang. Pikiran kita yang ada terlalu subjektif dalam menghakimi. Inilah kita, inilah subjek. Ketika kita harus berpikir orang kedua atau ketiga dalam posisi sebagai objek, di sinilah kita berpikir dari sudut pandangnya, yaitu objektif. Dengan algoritma yang ada kita berpikir.


Tetapi dengan sudut pandang ketiga semua akan menjadi bias bila disesuaikan dengan apa yang kita pikir secara subjektif. Yang mengetahui apa yang menjadi alasan seseorang bertindak adalah seseorang itu. Dalam pikiran kita sebagai pihak yang melihat, kita hanyalah meraba atau dalam bahasa modernisnya sebagai membaca pikiran. Tetapi apa yang kita lakukan tidaklah selalu benar, kita dalam sebuah permainan teka teki di teve.


Kita kadang kala terlalu miris untuk mendengar bagaimana seseorang berpikir. Dan pada akhirnya apa yang kita tangkap menjadi berbeda dan tak seide dengan pikiran orang tersebut. Kita pun membuat penilaian sepihak, menyebar dan menyiarkannya. Dan orang lain pun hanya sependapat dengan pikiran kita tadi. Pikiran asli pada orang tersebut pun sirna dan tertiup angin. Sekiranya memang, don't judge a book by the cover.


Kamis, 20 November 2008

Rase Rindu Same Kampong La....

Ade jak hari ini aku bangon telat tadak seperti biase. Mate tidok ketike bace diktat untok ujian minggu depan. Pagi-pagi abes mandi la, buke aku punye komputer. De lame da, tadak buke aku punye youtube. Eeh, tengok ade pesan, ade lagu baru la dari budak Ponti, lagu base Tio Ciu yang de lama aku tadak pernah dengar. Walau ngomong hanye la sikit-sikit.

Name die punye lagu, Kam Cheng Wa Siang Sin... "Cinta yang Aku Percayai". Ooh, jiwe melankolis aku tibe-tibe terbangonlah. Tampak tu lagu nak persembahkan ke kedue orang tuenya. Tampaknya la.

"Khui Liao Hiao Coi Ni, Wo Nang Peng Se To Cio Pi"....
Setelah bertahun-tahun kite lewati, kite bise sampai di sini...

Kental sekali irama Ponti-nya... Terpikirkanlah aku teman-teman lama dan rumah di kampong (sebenarnya ini dibesak-besakkan jak, kampongnye di kote Ponti.. ^^). Cite rasenye terlekat di otak dan tadak bise dikoyakkan.

Terlintaslah segala pengalaman yang ade, mase-mase kecik, mase-mase budak, mase-mase sekolah di Suster, mase-mase main bersame budak-budak lain. Kenangan akan aek Kapuas. Inilah kampong. Mudah-mudahan ketika aku bise berlayar, aku bise mendarat kembali di kampong tercinte. Suse nak melupakan base Melayu Pontianak, Tio Ciu, dan Hakka. Walau lidah suse nak berucap, namun hasrat kerinduannya tetap tertanam...

"Pontianak, suse nak melupakannye..."

Rabu, 19 November 2008

Tulisan Bagi Sahabat

Sebenarnya, entah ada angin apa, saya tiba-tiba tercetus dengan pikiran ini. Sudah lama saya tidak mengupdate blog yang terlihat kian usang ini dibalik dengan kesibukan saya di dunia nyata. Saya memang bukan orang yang pandai untuk berkata lugas, namun terkadang ketika menulis dapat memuaskan segala reseptor endorfin yang ada.


Banyak yang sudah terjadi, setelah blog terakhir saya tuliskan. Ketika ini menjadi sebuah milestone dalam kehidupan perkampusan ini. Ketika pertemanan memiliki terkena sebuah terpaan yang terhembus. Saya tahu ini tidak mudah bagi kami. Ketika di sinilah kami teruji.


Di balik saya menulis ini, alunan McFly dengan You've Got A Friend mengiringi tulisan. Saya menjadi terpikir dan terimajinasi oleh kata yang ada. Ketika suasana hati kita galau, yang kita perlukan adalah membayangkan sahabat kita datang dan menerangkan kegulitaan hati. Andaikan persahabatan semudah yang digambarkan.


Ketika persahabatan tidak mengenal musim dan masa, sahabat selalu menerima kita pada situasi apapun.


Sahabat memang bukanlah makhluk yang sempurna bagai Sahabat Terbaik kita, Sang Tuhan. Sahabat bukanlah makhluk yang selalu memberi yang terbaik.


Namun ingatkah kita,


bahwa Sahabat-lah yang pernah menemani kita kala duka?

Sahabatlah yang membuat hari kita cerah?

Kita bersenda dengan sahabat.

Siapa lagi yang akan mendengarkan kata-kata garing kita?

Siapa yang akan akan membahanakan tawa kita?

Seyogyanya, sahabat adalah orang yang menyayangi kita?

Sahabatlah yang memberikan buku saat kita ingin membaca, dan ia menemani kita. Ketika kita tak bisa membaca, ia yang akan membahasakan bagi kita, hingga kita pun mampu mengerti hidup.

Ketika kita bingung dengan baju merah atau biru, rambut pendek atau cepak. Sahabat membantu melapangkan pikiran kita.

Ketika orang tua tak ada di samping kita, atau berseberangan, sahabatlah yang ada dalam sisi kita?

Ketika kita tak mampu menangis, di depan sahabatlah kita berurai air mata.

Bahkan Tuhan memberikan sahabat agar hidup kita lebih baik?


Teman,


Janganlah apa yang kita jalin, kemudian menjadi kusut, kita potong begitu saja dengan sebuah gunting. Pada akhirnya sang benang hanya akan menjadi pecahan yang tiada berguna. Namun, ketika kita mampu menguraikannya dengan sabar, benang pun dapat berguna kembali, dan dapat digunakan untuk menjahit perca hati yang perih.


Saya tahu bahwa kita perlu waktu, menyadarkan pikiran kita. Bahwa hidup ini tidak ada mantan-sahabat atau eks-sahabat. Sahabat tetap terpatri dalam diri kita, setidaknya kita tahu ia pernah hadir dalam tawa tangis kita. Namanya tetap terpahat emas dalam hati kita.


"Hey, aint it good to know that youve got a friend?"

Rabu, 15 Oktober 2008

Jelang Ujian Pediatri: Chincaw Lawra Syndrome

"I don't wanna lose you. Yes I wanna hold you. I don't wanna make you. Make you sad and make you cry..."
Oh Baby - Chincaw Lawra

Oh man, oh man. Menjelang ujian pamungkas besok, ujian pediatri II. Melihat bahan, baru bahan Batuk yang dibaca. Itu pun sekedar dibaca. Kemarin terpaksa mengakitfkan tidur REM untuk mengistirahatkan kelelahan dan penat.


Kini pagi ini ketika mengantar sepupu ke kuliah. Di GEN FM kembali diputar,


"Katakan-katakan kau sunggu. Hanya aku di dalam hatimu... Katakan-katakan kau cinta aku. Kau selamanya jadi milikku... I don't wanna lose you. Yes I wanna hold you. I don't wanna make you. Make you sad and make you cry.."


It's Chincaw Lawra. Lagunya menurut saya sendiri cukup ear-catching. Catchy banget, walau liriknya rada aneh. Tapi bibir ini terasa secara otonomik mengikuti dan membeo kata-katanya. Ah asalkan bibir saya tidak seperti chincaw lawra saja....


Memang artis yang katanya mau belajar bahasa Indonesia di Australia dan mau menjadi bintang film Hollywood ini sangat fenomenal.


Kamis, 09 Oktober 2008

3rd Day of Exam: Learning through playing

Ini hari ketiga saya ujian, Ujian Obstetri Ginekologi II di L703, Jam 12:00-12:50. Sebelumnya mungkin perlu diundur dulu....


Yak sebelumnya, saya belajar bersama rekan-rekan di Klara Asisi Lantai 4. Suatu lantai dengan kesepian dan kedurjaan. Hingga tidak ada yang menempati lantai itu setelah Patse menginvasi lokasi itu untuk pertama kali.


Saya datang ke lantai 4 dengan keinginan belajar. Baik, saya tegaskan lagi b-e-l-a-j-a-r. Namun apa yang terjadi? Saya makan, bergosip, tidur!!! Yup, sempat-sempatnya saya tidur karena terlena membaca refrat: Tumor ganas ginekologi dengan berbagai tumor yang sepertinya senang melanglang traktus genitalia wanita dari vulva, vagina, uterus, hingga ovarium. Hingga semua pun seragam dengan nama tumor, dibedakan sejenak dengan karakter jinak dan ganas, kemudian lumayan dideferensiasi dengan lokasi anatomis, namun akhirnya jaras saraf di otak saya dipusingkan dengan keterangan penampakan dan histopatologis serta staging dan gradingnya.


Baik, saya pun sempat berkelakar mengenai jenang aneh yang dipanaskan sedemikian rupa sehingga membentuk cairan-super-kental. Mungkin para ahli farmasi menyebutkan gel dengan karboksimetilselulosa, atau seorang patolog menyebutkan musin. Namun Patse pun menyantap musin jenang dengan lahap.


Debby pun kembali membuat Pri kebingungan. Debby menyebutkan dalam pesannya kepada Pri: Belajar di Lantai 4 Lukas. Bukan Klara Asisi yang ada di dalam fakta. Pri pun naik ke Gedung Lukas dan hanya menemukan sederetan ruangan tanpa cahaya, dan bertuliskan Ruangan Simulasi Operasi, Ruangan Sutura. Di manakah Debby, Eric, Andy, Patse, Hau, Dye berada? Pertanyaan yang bagus...


Selain itu kita sempatkan berbincang mengenai penggantian oli yang ternyata memiliki berbagai persepsi. Persepsi manakah yang akan saya terima?


Dan akhirnya keinginan belajar yang tertorehkan berbagai hal, dilanjutkan dengan ujian yang ya... Moga-moga bisa lulus lah. Demikian kata Patse lagi.

Rabu, 08 Oktober 2008

2nd Day of Exam: Let Serotonin Flow Like Water Does

Jadwal hari ini sebenarnya cukup membuat was-was, dua mata kuliah yang sebenarnya sangat penting. Apalagi kesper (Kesehatan Perkotaan), ketidaklulusannya akan memaksa seseorang untuk UK, karena tidak akan sempat mengulangnya di semester kelak.


Hari ini tampaknya bukanlah hari yang cerah baik dalam artian konotatif dan denotatif. Di teve, pangsa pasar panik. IHSG di BEI anjlok 10% lagi setelah Black Monday kemarin. Memang, sesuai perkiraan bahwa Black Monday akan terus menjadi Black Wednesday. Indeks Nikkei pun berduka dengan kinerja terburuk dalam 20 tahun terakhir.


Ya, ketika pikiran pun terbagi dan menyelami situasi yang ada. Ketika bagaikan pohon faktor, semua saling berkali. Tetapi memang terutama, pikiran dipusatkan pada ujian hari ini. Kesehatan Perkotaan berjalan lancar. Ilmu Penyakit Kulit Kelamin pun demikian. Dan pada akhirnya semua pikiran tercapai dalam suatu titik.

Selasa, 07 Oktober 2008

Menjelang Ujian Combo II: Long Way to Go

Melihat jadwal ujian besok menjadikan suatu pemikirian bagi saya. Melihat tanggal 8 Oktober menjadi hari Kesper dan Kulkel. Entah mengapa ketika membaca, semua begitu mengalir dan tidak ada turbulensi dan deviasi di dalamnya. Namun segala respons menjadi buta dan mati, seperti jiwa yang tetap terdahagakan. Saya pun tidak boleh berharap dengan kedaparan UAS. Namun segalanya tetap harus dilewati walau dengan kepala yang sesak dan sebuah hembusan nafas yang panjang.


Saya pun melihat bahan kulit yang sekiranya membungkus pikiran. Semoga ini tidak menjadi kelaraan dan kealpaan diri.


Saya ingin hidup dalam kepercayaan, bukan dalam ketakutan. Sebuah keinginan memang sebuah konvergensi dari apa yang dipikiran. Dan ketika perwujudannya menjadi perjalanan yang memerlukan sebuah langka. Walau itu berat.


Senin, 06 Oktober 2008

1st Day of Exam: Full of Excitement

Hari pertama ujian.


Jadwalnya: Ujian Farmasi jam 07:00-09:45 di D114 dan Oftalmologi 10:00-11:00 di L704.


Hari ini menyelesaikan proses faali tidur dengan baik dan tersadar pada pukul 05:30. Alarm sudah diset dengan lagu: Ramadhan Tiba-nya Opick. Walau sudah selesai hingar-bingar Ramadhan di bulan Syawal, suara Opick cukup lantang untuk membangunkan.


"Ramadhan Tiba, Ramadhan Tiba, Marhaban ya Ramadhan...."


Biasa bangun pagi, mandi, pake baju, berangkat nyetir.
Tapi, entah kenapa ada sensasi yang berbeda saat nyetir, apa karena ngga nyetir seminggu ya -_-! Rasanya keset tangannya.


Okay, masuk kampus, parkir di RS. Kemudian siap sedia di checkpoint, Windy Lukas. Si patse masih ricuh dengan bahannya dan membicarakan segala kegalauan... Saya masih membuka lembaran diktat farmasi untuk memastikan tidak ada yang terlewatkan.


Ok, jam 7 teng. Patse ke perpus, saya ke D114. Masuk dengan sedikit cercah kegalauan jua... Masuk dan melihat soal, hanya 2 lembar dengan 2 lembaran kosong... Jreng jreng....


Serasa mendapat ledakan convetti, teori dan praktikumnya essay....! Soalnya pun memerlukan jawaban yang panjang...


a. Ilmu Farmasi diperlukan oleh seorang dokter jelaskan!
b. Apa itu resep? dan Falsafah Resep?
c. Apa saja yang perlu diperhatikan oleh dokter dalam penulisan resep... (Yang ini saya hanya bisa menbjawab 3/4 saja)
d. Apa tujuan umum dan khusus farmasi?
e. Apa itu dosis obat dan jelaskan (panjang....)
f. Apa jenis obat menurut golongan keamanan?
g. Bagaimana cara penyimpanan obat... (Yang ini cuma teringat setengah...)
h. Lupaaa....

Alhasil 4 halaman doublefolio


Jreng jreng, masuk ke praktikum... Pertanyaan pertama yang bikin pusing. Sebutkan 3 syarat neraca... Ok, dengan percaya diri. Ehm, Peka, Tepat, dan....


Dan....


Dan....


Ergh.... Damn.... LUPA!


Padahal di depan saya yang tentir Debby dengan soal yang mirip!
Tuhan, saya lupa... ya sudah mengarang bebas... Akurat


Setelah cek jawaban, harusnya... KEKAL! Betapa jauhnya antara Akurat dan Kekal.....


Belum soal berikutny yang menceritakan bagaimana pembuatan puleveres sulfa atropin, ekstrak belladona... Betapa panjangnya dari pengukuran sulfa atropin... hingga etiket. Ya, secara umum ini tidak bermasalah, tapi lumayan mialgia tulisnya >.<


Sekian dengan farmasi dan masuk ke ujian mata. Ya secara umum ga masalah sih. Namun ada yang bikin kocak pas akhir ujian ketika otak gatal untuk membahas jawaban.


Hau: Pat, bisa?
Patse: Ada yang lupa, yang hitung-hitungan...
Hau: Bukannya udah diajarin ya kemarin? Tin, lu bisa?
Martin: Bisa, jawabannya begini kan bla-bla-bla
(Patse menatap dengan raut yang terlihat tidak ria)
Patse: Tin, lu kok bisa?
Martin: Ya, iyalah.
(Trus dilanjutkan dengan bahasan lainnya.....)
Hau: Eh, ada yang nayadar nggak dengan soal fungsi air mata?
Patse: Iya, kenapa? Semuanya bener kan? E kan?
Hau: Ergh, yang keempat yang 4 bukannya aneh ya, fungsi air mata masak membasahi otot.
Patse: Ergh.... (Raut muka lebih tidak karuan)
Hau: (Menatap dengan raut swt)
Patse: Ahhhhhh.... gua tertipu! Gua salah.....!!!
(Sekonyong-konyong Debby keluar dari ruangan....)
Hau: Bisa Deb?
Debby: Ya gitu deh.
Hau: Deb,tau soal yang fungsi air mata kan?
Debby: Ya, BENER semua kan! (Dengan semangat 45)
Hau-Eric-Pri: (Menunjukkan raut SWT)
Eric: Itu kan membasahi otot
Debby: (Terdiam Sejenak) APAAAA!!! AAArrhhhhh GUA SALAH! (Heboh, tapi dengan ketawa, walau itu pedih)


Alhasil grup cewe yang setuju fungsi air mata untuk membasahi otot itu saling berpelukan bagai Teletubbies....


Setelah ujian, dilanjutkan bagi jatah Jenang (yang ternyata jamurran riikkk! tapi saya membuang bagian yang dijamuri dan tetap menikmatinya. Padahal Papanya Patse sudah tidak setuju, takut terjadi penjamuran di usus >.<)


Setelah berlalu, dan mendapat ijin dan ridho Pramanta, Patse mewujudkan keinginannya untuk nonton di PJ, I Know Who Killed Me. Yang, ya sebenarnya obsesi psikopatnya rada aneh dan tidak diceriatakn sebab muasalnya, trus munculnya stigmata antar anak kembar. Cukup menarik, walau beberapa latar belakang, terus saya pertanyakan. Hehehehe.... Dan akhirnya hari dilanjutkan dengan Apprentice di AToMA dan pulang makan dan menulis blog. Hehehehehe....


Cukup menarik hari ini.


Ya sudah, mau belajar Kesehatan Perkotaan dan Kulit kelamin. Time to study!

Jumat, 03 Oktober 2008

Converting Cylindrical Lens: Akhirnya! Setelah 1.5 Tahun Berlalu

Topik ini ngga penting buat yang lainnya. Tapi penting buat saya. Seperti mendapatkan revelation alias wahyu.


Sejak semester 4 mengambil Ilmu Penyakit Mata. Saya baru dapat pencerahan hal yang saat itu tidak-dapat-dimengerti-dengan-akal-sehat. Ya, bagaimana bisa. Salah satunya, bagaimana bisa anak semester 4 -yang masing cupu- dan masih berkutat dengan Patologi Anatomi, Patologi Klinik sudah berani-beraninya ambil Ilmu Penyakit Mata yang notabene adalah kuliah semester 8.


Ckckck.... (Patse melafalkannya dengan ce-ka-ce-ka-ce-ka)


Dan akhirnya lulus dengan nilai C. Walau sebenarnya buat saya ini kepahitan, tapi ditimpuk sama orang lain yang saat itu tidak lulus Mata. Wekekkeek


Nama hal yang membuat saya bingung itu adalah:

"Konversi Lensa Silindris pada Penderita Astigmatisme"


Saat itu cuma bermodalkan diktat.

Saat ini juga bermodalkan diktat.


Tulisan diktat.... amburadul (saya rasa tidak perlu mengundang Uthe untuk melafalkannya).
Bongkar buku om Vaughan, General Opthalmology..... NGGA ADA
Bongkar buku Ilmu Penyakit Mata dari PERDAMI.... NGGA ADA juga....


Tanya sama om google... bingung kata kuncinya. Mulai dari "astigmatism lens", "compund astugmatism", "convert cynlindrical lens"... Ngga ketemu. Tapi ujug-ujug ketemu website orang India. Hm! Ada semacam soal untuk ahli optik (optikus?). Tapi.... tidak dijelaskan cara perhitungannya.


Cari lagi ketemu e-book mengenai pemeriksaan mata. Dan...


Ta-Da!

Ada di sana! Dan...
Astagfirullah, ternyata gampang banget >.<


Jadi penyelesainnya begini:
Jika ada hasil pemeriksaan mata -0.50/-0.50x90 (Cara bacanya: lensa sferis -0.5D, lensa silindris -0.5D dengan akses 90 derajat). Maka untuk mengubah lensa silindris ke positif adalah, (dengan perhitungan jembatan keledai):
a. Tambahkan nilai dioptri dari lensa sferis dan silindris. Berarti: -0.5 + -0.5 = -1.00
b. Balik tanda nilai pada lensa silindris. Positif jadi negatif. Negatif jadi positif. Berarti: + 0.5
c. Tambahkan nilai 90 derajat pada aksis lensa silindris. Berarti: 90 + 90 = 180.


Maka (jreng-jreng)
Hasilnya -1.00/+0.50x180 derajat.


Sebenarnya ada perhitungannya dengan diagram salib (cross-diagram) tapi ngga penting kan saya uraikan di sini.....


Gila setelah 1.5 tahun berlalu, baru tahu.... Dosennya pun sepertinya tidak menjelaskan, atau mungkin saya yang tidak perhatikan... Ah, seandainya tahu dari dulu mungkin saya tidak perlu mengulang Mata di semester 7 ini...


Kamis, 02 Oktober 2008

The Pingecuela Day: Ketika Logika Bermain....

Sakit


Badan saya mengalami nyeri yang cukup merangsang otak untuk memberi sinyal: "Jangan BERGERAK!". Oh no!


Mungkin ini adalah akibat dari hidup kebabian (baca: makan-tidur-nonton-main PC, ergh, mana belajarnya?), yang dijalani selama liburan. Orang-orang lain dengan kesibukannya masing-masing, ada yang pergi jauh, ada yang memilih merumah saja, dengan kilahan "mau belajar".


Hari ini pada dasarnya tidak begitu berbeza (begitu kata orang Malaysia) dengan hari lalu. Target membaca farmasi kayaknya ahrus digeser ke hari esok. Tapi berpikir lagi, apakah saya sudah siap -sebenarnya- untuk UTS depan. Tapi kayaknya harus dipikirkan lagi deh, dengan kehidupan-yang-tampaknya-sangat-siap-menghadapi-UTS.


Kring-kring (Suara Handphone maksudnya)


Saya melihat: "Debby xL 05"
Dalam hati: (Tumben Debby nelpon. Hehehehe)


Hau: Halo?
Debby: Halo, hau?
Hau: Kenapa Deb?
Debby: Lu udah baca appendicitis (salah satu topik bahan ujian bedah-red)?
Hau: Er...... belum....
Debby: Yakin lu?
Hau: Iya deb.
Debby: Yakin lu???
Hau: Ya iyalah (Tidak ada kata "ya iya dong" sebagai pengakhir atau penegas dialog-red)
Debby: Lu udah belajar apa?
Hau: Mata, deb.
Debby: Gw baru mau baca mata malam ini, hau.
Hau: (Tak bisa berkata)
Debby: Gw mau tanya deh tentang: "Appendicitis harus dioperasi kecuali pada anak di bawah 12 tahun SEBAB bla-bla-bla"
Hau: -Cengok-
Debby: hau?
Hau: Deb, menurut logika gw sih harusnya bla-bla-bla-bla
Debby: Oh gitu.
Hau: Deb itu analisa logika gw ya (Sok pinter banget ya gw...-red)
Debby: Oooohh....


Er mungkin dengan kata "analisa logika", sepertinya tampak meyakinkan, tapi padahal, selembar kertas diktat bedah aja belum memiliki sidik jari saya.... -Jangan ditiru.


Penjelasan Judul:
Pingecuela adalah tanda-tanda kekuningan dan keabuan pada konjungtiva bulbi okuli, dimana bukan disebabkan oleh proses radang konjungtiva (konjungtivitis). Pingecuela diperkirakan disebabkan oleh paparan kronis pada kontaktan pada mata.
Penulis ingin menggambarkan hari yang tampak semu, hanya bayangan hari lalu. Seperti pingecuela yang sebenarnya bukan radang tapi memberi gambaran seperti itu. (Pasti bingung deh?)

Rabu, 01 Oktober 2008

October 1st, A Urticaria

Hari ini hari ketiga yang ditetapkan menjadi libur lebaran. Hari ini sepi walau tidak begitu suram durja. Medulla spinalis dengan jaras-jarasnya tetap menghantar impuls ke korteks serebri, walau zat protein penduduk reseptor sensorik begitu leganya mencari tempat yang dia inginkan.


Mulai dengan bangun pagi ketika tidur REM (Rapid Eye Movement) telah mencapai titik nadir. Hari ini dimulai dengan niat baik, belajar. Ya, ujian farmasi kedokteran yang-gosipnya-ujiannya-sebagian-essay-hapalan, sebuah mimpi buruk bagi penderita dementia kronika seperti saya.


Dengan kegiatan biasa yang sebenarnya tidak perlu dan tidak penting untuk ditera di blog ini. (Tak perlu saya menuliskan bagaimana sinergi kerja otot fleksor dan ekstensor lengan untuk proses suapan, bukan?).


Di mulai dengan pikiran yang sebenarnya tak cukup jernih. "Mulailah dengan belajar" Ah, apa yang ada di pikiran tidak sesuai dengan apa yang dilihat, mudah-mudahan ini bukan sebuah waham. Akhirnya saya berusaha, dengan sedikit berkilah, membuka teve dan ya, melihat program idul fitri di saluran yang ada, bolak-balik membuka Celestial atau Channel News Asia. Saluran Indonesia hanya diisi laporan kelengangan Jakarta dan hikmatnya shalat Ied. Ya, terlalu universal dan tertebak isinya. Sedangkan CNA masih bercuap-cuap kegelisahan dari insan ekonomi Amerika dengan ditolaknya RUU Bailout oleh majelis senat.


Tutup.


Saya memilih melenggang ke dapur. Melihat mungkin makanan yang dapat memberi rangsangan lebih atas sensor males-banget saya. Masak Indomie goreng 2 bungkus dan Pop mie cukup menggoda bukan?


Setelah makan, mode konsentrasi pun dihidupkan. Buka slide di komputer (yang sebenarnya di dalamnya lebih banyak godaan). Saya memilih slide oftalmologi (ilmu penyakit mata). "Anatomi dan Fisiologi Mata" (Pelajaran anak semester 2-3 seharusnya, memalukan bila anak semester 7 tidak paham). Ya dimulai dengan bulbus okuli, adneksa okuli, rongga orbita... Bukannya saya

tidak paham, tetapi entah mengapa, saya kian merasa mengantuk.


Zzzz....


Dueng Dueng


Er, sebenarnya bukan "Dueng Dueng", tapi saya tidak menemukan onomatope yang tepat untuk melukiskan bunyi nada dering penanda pesan dari telepon seluler ini. Suara cukup -sangat- keras. Ya, sengaja ditetapkan demikian, daripada nanti ada yang manyun orisnya (mulutnya, red). Apalagi dia tampaknya sudah kesal karena smsnya kerap lama -bahkan pernah tak sama sekali- saya balas, karena adanya defek pada saraf vestibulokoklearis saya. Gomen, pat.


Cukup dengan suara nada dering. Saya terbangun, melihat sms dari Pramanta yang saya minta undangan untuk game berbasiskan web, e-republik. Tetapi ketika di cek kotak mail, nihil. Nantilah saya akan beritahu Pram lagi.


Sadar bahwa slide mata belum selesai, maka saya lanjutkan dengan slide "Pemeriksaan Mata", mulai dengan Snellen Chart, Jagger Chart, Tonometri, dan lainnya. Entah kenapa terbesit di otak, untuk mengorek-ngorek FS. Saya langsung terpikir untuk mencoba mengorek teman-teman lama yang jejaknya sudah tak terdengar lagi oleh saya. Mulai dengann mengeset umur 20-22 dan sekolah di "Suster". Haha, ketemu banyak teman-teman lama, yang terus-terang saya lupa namanya. Sial, dementia kronika mulai menjadi fulminan. Ada yang saya tebak-tebak karena yang bersangkutan menggunakan nama yang aneh binti ajaib. Bagaimana bisa, nama asli saja lupa apa lagi nama gaulnya? Oh my... Tapi saya menemukan banyak nama lama, dan mudah-mudahan mereka menyetujui akun saya untuk bergabung dengan akun mereka. Ya, kalau ditolak ya, wallahualam...


Akhirnya hari pun berlanjut dengan menulis blog ini. Ah sudah lama tidak menulis blog. Tapi agak males, sepertinya blog ini kian sepi saja, dan rodent-rodent pun berkeliaran.


Catatan judul:
Urtikaria (hives, biduran, kaligata), adalah sebuah morfologi kelainan kulit dengan penonjolana yang diakibatkan vasodilatasi akibat reaksi hipersensitifitas (biasanya tipe I). Urtikaria biasanya timbul sangat cepat setelah terkena kontaktan dan akan menghilang secara perlahan di bawah 24 jam. Penulis ingin menandakan bahwa hari ini datang begitu cepat dan selesai begitu lama...

Rabu, 17 September 2008

Semester 7... dan Dunia pun Terbalik

Sebuah kemalasan bagi saya untuk mencari lagi tulisan-tulisan lama di dalam blog. Sebuah kerinduan juga untuk menggerakkan jari-jari, merangkai kata. Sebenarnya sudah ada niat untuk menulis, tetapi tampaknya hanya menjadi onggokkan di tengah keramaian jalan.


Untuk menuliskan perihal semester 7 sebenarnya menimbulkan kecemasan bagi saya, apakah masih layak untuk dituliskan, padahal dia sudah berjalan sekian lama.


Semester 7 adalah sebuah langkah yang berbeda dari sebelumnya. Keberanian mengambil 2 mata kuliah di depan yang cukup menguras tenaga, walaupun sebenarnya sudah tergembleng dengan semester palsu pada semester 6. 16 SKS terasa 24 SKS... Haha, tapi perasaan akhirnya hanyalah sebuah rasa.


Diawali dengan kegundahan sebenarnya. Mempertanyakan segala kemampuan dalam diri. Menengadah ke langit menanti jawaban. Hingga kata mampu pun tertera, sesulit menera neraca..


Semester ini terus-terang, saya lebih sering menjelajah dunia. Menginjak tanah Sumatera menjadi sebuah hal yang membahagiakan di tengah derap degup menanti Temu Ilmiah Nasional di FK USU. Dan alhamdullilah, UAJ berhasil meraih peringkat 3 di lomba proposal penelitian. Bertemu dengan rekan se-Indonesia menjadi euforia tersendiri. Sebuah hal yang jarang akan ditemui. Layaknya Munas ISMKI yang lampau.


Kehidupan kampus dengan manis getirnya menjadi warna sendiri di dalam hati. Pada akhirnya semua berpadu dan menjadi kubangan pengalaman yang memperkaya diri. =)


Saya sendiri merasa cukup bahagia dalam tetes peluh yang ada. Menjalani hidup, menapaki langkah, menatapi dunia, merasakan kesepoian. Dan angin pun membawaku, terbang.


*Catatan:
Saya sendiri setelah menulis, dibaca ulang, dan merasa komposisi tulisan ini aneh dan sepertinya tidak cukup bermakna. Hahaha.... Tapi originalitas tetap menjadi yang terutama.

Jumat, 09 Mei 2008

Bikin Film: Orgasmus Maksimus

Tidak dapat diduga sebelumnya, apa yang sudah saya lakukan pada minggu ini. Ya, minggu yang sekiranya cukup membebani budi pikiran. Bagaimana tidak, minggu penuh makna ini dilalui, ya, memang sedikit mengenyampingkan sisi akademik saya (mohon untuk tidak untuk diteladani soal hal ini). Namun, saya bersyukur mendapati pengalaman yang tidak ternilai.


Masa saya memang banyak terambil untuk proyek pembuatan multimedia dari rekan-rekan MEDISAR FKUAJ dalam rangka persiapan mereka menuju gaweannya, Medical First Response (MFR). Multimedia yang digarap ini bertemakan resusitasi jantung paru (RJP) atau cardiopulmonary resucitation (CPR). Saya ditugaskan menjadi seorang editor video. Ya, cukuplah dengan pengalaman beberapa mengedit video sejak dari SMA (Terima kasih Pak Arwanto, seorang guru Bahasa Indonesia yang pasti menugaskan pembuatan video amatir).


Hari yang melelahkan, menyelingi kehidupan sebagai pengurus senat dan penasihat AToMA, bahkan ahrus membagi tugas sebagai mahasiswa, anak dari orang tua, dan berbagai jenis strata yang tertera. Hari Senin mengambil gambar dari sore hingga mentari pun terbenam. Pada hari Selasa, bersyukur ketika ada dokter yang membantu. Rabu, di mana kita bekerja hingga Kamis jam 2 pagi. Pengambilan gambar dari pukul 5 hingga 2 pagi di poli spesialis Rumah Sakit Atma Jaya yang kian menyepi tiap detikan waktu, sungguh menggugah. Belum lagi disembur dengan pengalaman cakram padat yang digunakan mengalami kesalahan fatal. Entah kenapa keesokan harinya, hal ini dapat teratasi, ternyata sang berkas pun tak jadi lenyap.


Suatu keharuan di antara kegembiraan, mungkin seperti itulah yang tergoreskan dalam benak. Hah, kini, sang video pun sudah di tangan dan siap untuk diedit dalam proses penyelesaian. Semoga, dapat memberi hasil yang terbaik.


Pengalaman ini mengingatkan saya pada jerih payah orang-orang dalam rumah produksi film. Video 18 menit dan amatir saja begitu memeras keringat dari pori. Apalaagi sebuah film profesional yang lebih menuntut kemaksimalan dalam senarai aspek. Dan kita pun percaya, kerja keras tidak akan sia-sia belaka. Dan orgasmus maksimus pun hadir dalam pikiran dan menghilangkan dahaga jiwa.

Jumat, 02 Mei 2008

Spesialisiasi: Terlalu dinikah untuk dibicarakan?

Sebuah retorika atau mungkin sebuah prasangka yang masih tak cukup memadai ketika kita (baca: mahasiswa fakultas kedokteran) diberikan pertanyaan:


Ingin menjadi (dokter) spesialis apakah Anda kelak?



Ini bagaikan sebuah simile ketika kita ditanyakan pula saat kita menjejakkan diri sebagai siswa SLTP atau SLTA: Apakah cita-citamu?


Menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran dengan strata 1, sudah jelas, artinya kita akan menjadi Dokter dengan gelar dr. di depan atau setidaknya S.Ked di belakang, yang akhirnya sang S.Ked tergeser tragis ketika dr. menjadi pionir di depan nama.


Kita bercita-cita menjadi dokter umum. Ya, dokter umum. Tetapi entah mengapa kini banyak yang mengatakan, lebih baik spesialisasi saja. Oh ya? Mengapa? Konon, katanya akan lebih terjamin masa depan.


Benarkah demikian? Padahal hendaknya, dokter umum adalah orang yang lebih depan dari dokter spesialis! Dokter umum adalah dokter pertama yang berkomunikasi dengan pasien, sebelum pasien bertemu dengan dokter spesialis dan konsulen.
Bila semua dokter umum menjadi dokter spesialis, akan kemanakah kita?


Yang saya truliskan adalah sebuah keadaan yang selayaknya terjadi. Tetapi lihatlah masyarakat (terutama yang mampu), biasanya langsung bertandang ke dokter spesialis walaupun itu hanya rhinitis akut ringan yang sebenarnya bisa sembuh sendiri dengan sistem immun kita. Sistem rujukan pun menjadi kacau balau.


Ketika ditanya spesialis apakah yang hendak saya ambil, saya pun hanya bisa berkata "belum tahu". Terlalu dinikah? Atau memang belum ada sesuatu yang dapat menarik minat saya? Tidak juga sebenarnya. Interna, neurologi, radiologi sedikit memberi kontribusi dalam kepala saya. Namun obstetri ginekologi kurang memberikan ketertarikan. Bidang yang cukup aneh, Med.Ed alias Pendidikan Kedokteran sedikit memberikan minat juga. Mungkin orang pun hanya terkekeh miris bila mendengarnya. Saya sendiri masih membentangkan lensa objektif dalam diri untuk memandang dunia yang lebih luas, tidak sesempit daun kelor. Dunia tidak brevis (pendek, red) bung!

Senin, 21 Januari 2008

Ikrar Kita, Kawan

Kita bermula dari sebuah impian
Idealisme meraih masa depan
Ketika kita masih berbeda
Hanya dieratkan dengan cita-cita


Apapun argumentasi yang menuntut kita berkumpul
Kita tetap mengetahui siapa rekan kita
Dari mana, kapan, dan di mana
Dan kita pun mengikrarkan satu kawan


Masa awal yang sukar dilewati pedih
Namun senyum haru tetap kita lewati
Tertawa dan canda dalam awal masa
Ketika itu hati kita masih putih


Alangkah pilu masa sulit kita lewati
Sanubari tersakiti dan terkoyak
Ikrar pun hanya menjadi angin
Terbang dan entah apakah akan kembali


Kita pun melewati hari tak sama lagi
Dalam satu naungan kita hanya mendengar
Menatap dan menyapapun
Kita tak sanggup lagi melakukannya


Kini kita telah berbaju putih
Memegang hidup dan nyawa
Dengan hidup masing-masing
Masihkah kita berharap sang angin akan kembali
Membawa kembali ikrar kita


Angin kembalilah



Labkom, 21 Januari 2008
Di tengah ricuhnya STROMA

Puisi ini dipersembahkan khusus bagi rekan-rekan saya di FK Unika Atma Jaya: Handy, Andy, Nicky, Dye, Debby, Eric, Pri