Selasa, 12 Desember 2006

Infotainmenoma Akut

Hari ini gw beristirahat sebentar setelah kurang tidur kemarin akibat belajar Kedokteran Komunitas. Ya sudahlah, praktiumnya berjalan mulus (semulus ekstremitas inferior femina? Wakakak)

Lalu setelah sampai di rumah jam satuan, gw langsung ke tempat tidur yang nyaman dan menyalakan teve. Alhasil gw membuka teve isinya basi semua, dan kebanyakan infotainmen (bahkan sampai program berita!). Isinya semua berbau infotainment yang hangat akhir-akhir ini.

  1. Poligami KH Abdullah Gymnastiar. Sekarang lagi diributkan istri keduanya yang kabur saat AA Gym melakukan ceramah di Istiqlal dan menurun drastisnya pengunjung Daarut Tauhid. Bahkan ada kabar AA Gym mau keluar dari dakwah?
  2. Maria Eva - Yahya Zaini. Sekarang ME diperiksa oleh polisi. Ada kabar terbaru bahwa ME selama ini hanya ingin mencari popularitas. Mana yang benar? Nggak ngurus deh.
  3. Konflik Vita apa-namanya dengan Dhani Dewa 19. Lama-lama gw "eneg" lihat si Dhani. Mulai dari kata-katanya "lelaki muda yang kaya raya" sampai menyebarkan surat pemecatan Vita ke infotainmen. Hoi! Menurut psikiatri yang lagi-gw-belajar-untuk-ujian-esok-pagi-pukul-delapan adalah ego state "kanak-kanak".
  4. Perceraian Pinkan Mambo dan suaminya. (iyalah ya). Kok gw melihat banyak banget artis yang cerai (emang enak ya?). Masih ada Ulfa dan Kiki Fatmala. Rumah tangga itu mainankah?

Setidaknya setiap infotainmen pasti ada berita di atas. Gw mungkin bisa dibilang pemerhati televisi (swt). Infotainmen salah satu yang gw tertarik, soalnya kita bisa melihat perilaku manusia-manusia Indonesia... dari yang senyum lima jari ketika memberi sumbangan, lalu berita mau naik hajinya selebritis, hobi, ulang tahun, menyembunyikan pacar, gebetan, sampai rumah kemalingan pun masuk teve.

Tapi setidaknya infotainmen yang memfungi masih lebih superior kualitasnya daripada sinetron yang makin sampah termasuk sinetron religius yang sorry saja kebanyakan memperlihatkan kekerasan dan azab daripada kedamaian. Tapi sadarkah bahwa sinetron religi itu membuat peyorasi pada bahasa Indonesia. Ada rekan gw yang mengatakan "Hati-hati hau. kena hidayah loe!". Ampun...

Jumat, 08 Desember 2006

Jangan Akhiri Hidupmu

Kematiannya masih belum jelas benar, kecelakaan, atau bunuh diri. Namun yang jelas, mahasiswa Universitas T ini baru saja putus cinta...
(Sumber:detik.com)


Akhir Hidup

Kematian? Suatu hal yang selalu ingin saya cari apa esensinya. Suatu hal yang di mana orang akhiri perjuangan hidup, ketika orang menghembuskan nafasnya terakhir, mengakhiri dunia fana katanya.


Kematian banyak ditakuti, seperti yang terjadi berbagai adegan dalam Say Hello to Black Jack dan Grey's Anatomy. Kematian begitu riskannya, ketika kita berpikir "Aku kanker, umurku tinggal sedikit. Namun bagaimana ku katakan pada anak dan keluargaku?" Setidaknya itu yang saya tangkap, bahwa kematian menimbulkan suatu keresahan baik dalam dirinya sendiri dan orang lain jelas akan menjadi beban.


Hal Paradoksal

Suatu paradoks besar jika ingin disebut demikian, ketika kita melihat orang dengan sadar ingin mati. Ho, kematian begitu menjadi primadona. Dengan taksadar orang yang sakit terminal akan iri padaku, "Lebih baik kauberikan nyawamu padanku saja. Daripada toh sia-sia?". Kalau transplantasi nyawa bisa dilakukan di dunia ini.


Sebuah hal yang paradoks ini memang begitu riuhnya. Setiap hari pasti kita sering melihat sinetron yang bertajuk bunuh diri, bom pun ada bom bunuh diri, bahkan ucapan sumpah serapah pun tak pelak dari frasa ini.


"Eh, mama mati aja. Dari pada melihat kalian bertengkar seperti ini!!"


Kalimat ini pernah saya dengar. Begitu kata diucap, semua diam. Diam sejuta bahasa.


Di sini saya tidak akan membahas maasalah ilmiah dari bunuh diri, karena saya belum mengambil Ilmu Kedokteran Jiwa. Namun saya tertarik melihat sisi filosofisnya saja.


Filosofis Mati

Mati berarti tidak hidup. Tak hidup berarti mati. Suatu yang kehilangan dayanya, kehilangan kekuatan, kehilangan gerakan, hilang semua. Kekakuan, suasana dingin, beku, tiak ada ceria. Inilah gambaran yang sering kita dengar dari mati. Lalu utnuk mencerahkan maka muncullah semangat bahwa Mati adalah Jalan menuju Kehidupan Mendatang. Kehidupan mendatang apa siapa yang tahu?


Mengapa orang mau mati? Jelas bahwa ada orang-yang-akan-mati yang tidak mau mati. Banyak orang takut mati. Ada juga yang ingin mati. Dunia memang miris. Saya berpendapat bahwa orang yang memutuskan ingin mati adalah adalah mereka yang tidak menemukan alasan untuk hidup. Sebuah hal yang rasional bila memiliki alasan. Tetapi segampang itukah alasan itu lenyap dari hidup?


Banyak alasan yang digunakan manusia dalam menyemanagti kematian seperti kesulitan ekonomi, bunuh drii karena absurd, bunuh diri ekstensial, bahkana da yang heroik. Yang belakang ini menurut saya tidak masuk akal. Heroik di kartun atau anime manapun tidak ada yang mau bunuh diri dengan sengaja.


Bunuh diri eksistensial. Bunuh diri agar orang mengetahui tentang dirinya. Ini alasan yang menurut saya juga tidak masuk akal. Ketika pihak itu mati, orang kenal. Lalu? Hanya kenal sebatas nama. Bunuh diri karena patah hati seperti kasus dari detik.com itu, dengan bunuh diri apakah hal akan kembali? Suatu mekanisme defensi yang kemudian dipakai adalah, "keadaan tidak dapat berubah lagi" "semua telah ditetapkan begitu", "dia satu-satunya milikku". Pertanyaannya apakah benar telah diamati seperti itu? Semua pernyataan itu dilakukan dalam ruangan khas fotografi, ruangan gelap.


That's a life!

Ketika hidup diakhiri dengan alasan yang tidak logis alangkah buruknya. Hidup layaknya kertas yang bisa dituliskan baik dan buruk. Hidup yang menempatkan kita dari atas dan bawah. Kita tidak dapat ego agar semua sesuai dengan kehendak kita dan kepuasan kita semata.


Kadang-kadang memang ada yang tidak dapat menerima hal yang terjadi. Saya ingin meminjam dari perilaku Hindu Bali, pasrah (ignorance) atau acuh tak acuh. Masalah itu tidak akan beserta kita lagi dan bukan bagian dari diri kita lagi. Yang ada hanyalah mata baru untuk menatap bukan meratap.


Ketika kita telah gelap mata melihat sesuatu yang buruk, bukalah dunia begitu baiknya. Kita di dunia bukan bekerja untuk satu hal saja, ada ribuan hal yang dapat kita lakukan dan jelas mengembangkan diri kita. Kita harus lentur dalam menghadapi masalah yang ada di dalam hidup kita. Jangan mengedepankan secara supra anterior rasa ego.


Life a Life

So, jangan akhiri hidupmu. Mengakhiri hidup yang begitu indah?


Bantahan Argumen Pro Poligami

Ini bahasan yang gw dapat dari TOPIK MINGGU INI di SCTV Rabu subuh lalu.
Jadi dibuat pembicaraan empat orang dengan posisi:
Anggota Komnas HAM dan Satu tokoh NU (kontra poligami)
Bapak Puspo (yang terkenal isterinya 4 itu) dan Ibu Yoyoh (Wakil Ketua Pansus RUU APP)


Pernyataan dengan tanda (*) adalah komentar gw sendiri.


Banyak kelemahan dalam berargumen dalam pembicaraan tersebut. Disini saya mau membantah semua argumen dari PRO POLIGAMI.
Saya tidak banyak memiliki pengetahuan ttg Islam, tapi inilah yang saya dapat dari dialog itu.


1. Masalah Islam melegalkan Poligami atau tidak?
*Di sini terjadi kesimpangsiuran di pihak pro mengatakan itu "sunnah"
dan Bapak Puspo mencontohi Nabi Muhammad (meneladani). Tapi dibantah
oleh dua yang pro, Islam itu menganut monogami. Nabi Muhammad memiliki
alasan tersendiri untuk poligami (berdasarkan situasi saat itu). Nabi
Muhammad sendiri berpoligami setelah isteri pertakanya meninggal. Jadi
bukan karena atas dasar "sistem patriarkhi".
*Tapi muncul juga perdebatan ketika ditanya apakah Islam menyatakan
kesetaraan gender atau tidak? Ketika patriarkhi dinyatakan oleh pihak
pro, bukannya mereka secara tidak langsung mengiakan bias gender? Namun
hal ini cepat2 dibalas oleh kontra poligami dan menyatakan dengan tegas
bahwa Islam tidak merendahkan salah satu gender dan berpihak pada
monogami. Disini gw lihat interpretasi masih sangat plural.


2. Bapak Puspo melakukan poligami sebagai teladan nabi dan menunjukkan kepemimpinan laki-laki.
*Ini jelas patriarkhi sekali. Sepertinya dia perlu MANAJEMEN SYAHWAT disamping MANAJMEN KALBU.


3. Bapak Puspo mengatakan poligami adalah HAK PEREMPUAN. Sedangkan Ibu Yoyoh mengatakan itu HAK LAKI2.
*Hayo bapak-ibu mana yang benar? Disini argumen pecah.


4. Ibu Yoyoh mengatakan poligami boleh DARIPADA BERZINAH.
*What??? Ini akhirnya dimainkan ala logika oleh Bapak Komnas HAM. Bila
begitu maka Poligami dilakukan atas alasan perzinahan. (Secara etis,
bolehkah kita membuat hal yang dianggap "baik" dari hal "buruk"?) Dan
bila ujungnya sudah salah, apakah seterusnya dapat dibenarkan??


5. Ibu Yoyoh dan Pak Puspo mengatakan bahwa Poligami ada karena jumlah wanita lebih banyak dari pria. Maka pria boleh poligami.
*Bisa ditarik kesimpulan dari itu?


6. Ibu Yoyoh mengatakan banyak Poligami yang bahagia kok dan monogami pun banyak yang sengsara.
*Mekanisme defensi sekali, Ibu. Ini dalam psikiatri disebut mekanisme "Proyeksi". melemparkan keslaahan ke orang lain.


7. Ibu Yoyoh mengatakan bahwa Poligami itu boleh asal syarat-syaratnya dipenuhi.
*Syarat apa? apakah syarat itu termasuk perasaan?


8. Pak Puspo tidak dapat menjawab apa-apa ketika ditanya mengenai salah satu pasangannya yang meminta cerai.
*Katanya bahagia, Pak?


9. Ibu Yoyoh tidak dapat berkomentar banyak ketika ditanya jika pria
boleh poligami, apakah wanita boleh poliandri? Di sini keluar
pertanyaan dari moderator karena statment yang keluar dari Ibu Yoyoh:
Pria memiliki syahwat yang lebih tinggi dari wanita. Nah dibalik kalau
wanita yang lebih tinggi syahwatnya bagaimana? Sampai ia berkomentar,
"Poliandri? boleh, kalau ia keluar dari agama ini."
*Apa??? Saya langsung berpikir, mendingan dia belajar psikologi dan
psikiatri. tahukah dia mengenai hiperseksual? Pria atau pun wanita pun
bisa seperti itu. Yang diperlukan, manajemen syahwat.


10. Poligami untuk menolong wanita, janda, dll.
*Membantu harus dinikahi kah? Suatu perbuatan menolong dengan pamrih.

Jumat, 01 Desember 2006

Pemburu Tikus

Hari ini saat yang saya kenang... Ketika terjadi pembunuhan dan penyiksaan. Ugh.


Hari ini, saya sedang asyiknya mengetik agenda untuk WONDER. Tiba-tiba, sepupu saya teriak


"Ko, di kamar mandi ada tikus!"

"Tikus? Kayaknya tadi tidak ada."

Alhasil, saya turun dan melihat sejuntai ekor tikus di belakang pintu kamar mandi.

"Mati tuh tikus?"

"Nggak tahu...", lalu sepupu saya itu berjalan ke arah tikus (menghampiri -red). Tikus itu bergerak dan berlari. Saya mencoba mencari sapu atau tongkat dan tiba-tiba saya merasa suram...

"Tek"

*Sesuatu yang lembut ada di kaki saya. Lembut sekali...


Tanpa pikir panjang, saya langsung melarikan dari tempat kejadian. Sepupu saya teriak, "Koko, injak tikus itu!"


"Masak?", pikir dalam hati. Lalu saya dekati tikus itu, agak-agaknya separuh nafas dan mulai muntah darah. Muntah darah dua kali. Tikus... Tampaknya saya telah menginjak bagian kaput (kepala) tikus...


Akhirnya tikus itu menghembuskan nafas terakhirnya dan diiringi dengan pengki dan dibuang ke tempat sampah tetangga (maaf om dan tante sebelah...).


Sepupu saya yang heboih langsung mengambil sabun dan alkohol untuk menghindarkan pes terjadi di rumah ini...


Sekarang saya masih merasakan bayang-bayang kepala tikus itu di kaki. *Lembut.... Uek.

Senin, 27 November 2006

Menjadi Dokter, Tulisan Seperti Ini??

Saya ingin menuangkan unek-unek di tengah sepinya malam >.<


Saya baru selesai merapikan tugas IMD! Giling.... dari jam 19:00 tadi. Tiga jam hanya untuk mengedit dan meringkas. Sebenarnya banyak yang saya mau komentarkan di sini...


Saya sempat down saat mengedit salah kerjaan rekan saya... saya tidak tahu apakah saya yang salah atau bagaimana. Mengenai tata bahasa, terutama penggunaan tanda baca. Tanda baca dipasangkan dimanapun bisa dipasangkan dan malahan dipasangkan secara ireguler dan untungnya tidak ireversibel. Tanda koma yang seharusnya bersatu dengan kata sbeelumnya menjad kacau balau. Hm, saya agak risih juga... kerjaan dua kali. Tapi kembali dengen mekanisme defensi (patologiskah?), "memang tugas saya sebagai editor". Sebenarnya kalau dikerjakan lebih teliti akan meringankan editor toh? tapi saya berpikir lagi, bagaimana kalau dibalas "editor, masa makan gaji buta?" Dooong....


Kemudian maslah plagiatisme... Saya merasa gimana ya... ketika sudah senang akhirnya bahan terkumpul semua. Kemudian salah satu rekan memberi sumbernya. Apa yang mau dikata, sumber tersebut adalah hasil kerjaan orang lain dari angkatan lama. Lalu saya sempat tak percaya dan bertanya lagi "yakin file itu?", "iya", "salin mentah2?", "terserah loe deh". Dooooooonggggg!!!!! (Sorry yang ini terpaksa harus dituliskan atau dideingungkan sehingga Anda harus menutupkan pinna telinga ke arah anterior). Terserah gw? Hey wake up!!! Saya editor di sini, bukan penulis. Dan melihat plagiatisme, saya memang nggak tahan. Saya pun harus turun tangan untuk memodifikasi tulisan yang mudah-mudahan tidak terlihat plagiat. Suatu hal yang saya perkirakan adalah file tersebut dapat jatuh ke anak lain dan akan menjadi tidak lucu kalau ternyata hasilnya sama. Saya menggelengkan kepala....


Saya sedikit merenungkan kata-kata dr. Sintak mengenai kebiasaan orang Indonesia untuk menulis. Menulis itu... sebegitu sampahnya kanh hingga kita pun harus meniru karya orang lain? Di mana rasa respek terhadap hak cipta? Dimana respek hak intelektual? Inikah kaum intelektual? samakah kaum inteletual dengan kriminil? Hey... hey...


Mungkin berangkat dari saya yang dianugerahi sedikit nafsu untuk menulis (thanks, Jesus). Bukan menyombongkan diri (walau mungkin ada unsur atau tendensi ke arah itu), menulis adalah hal yang menyenangkan. Menulis puisi, prosa, dan bagi saya puncaknya adalah ketika tulisan menghasilkan uang. hampir satu juta (belum mencapai) ketika tulisan fitur saya mengenai Final Fantasy ditampilkan pada satu majalah game Indonesia. Setelah itu saya terus menulis hingga ke volumenya yang ke-4. Sebuah tulisan berangkat dari hobi.


Lupakan tulisan itu, kembali ke jalur intelektual. Tulisan ilmiah... Tugas kuliah adalah tulisan ilmiah. Saya rasa semua setuju. Pengalaman saya memang sangat minor dalam hal ini kecuali saat di kelas 1 SMA bersama rekan saya menulis karya ilmiah "Fermentasi Berbagai Macam Sari Buah Menggunakan Kultur Murni Saccharomyces cereviseae" Apakah benar penulisan binominal nomenclaturnya?


Saya sendiri berharap, suatu saat saya bukanlah menjadi dokter yang hanya bisa menulis resep obat saja....


*Perhatian, bagi yang merasa sosoknya terilustrasikan di blog ini, ini adalah fakta yang terjadi di benak saya selama tiga jam. Jika merasa marah, salahkan benak saya yang semi otonom dan jangan salahkan diri saya. Mempersiapkan truncus sympaticus?

Minggu, 26 November 2006

As a Speaker in National Event, AMSA: NPPT 2006

Akhirnyaaa! Gelo abis! Akhirnya acara AMSA:NPPT 2006 alias National Paper and Poster Training sudah selesai. Acara yang membuat saya tidak bisa tidur (lagi). Bagaimana tidak, saya dan teman-teman dari AToMA menjadi pembicara di acara nasional ini. Nasional, jack!


Sesi yang diisi oleh AToMA adalah Lecture Adobe Photoshop dan Literature Searching. Yang Literature Searching diadakan di Lab Komputer Kampus Atma Pluit sedangkan Adobe Photoshop di Auditorium Gedung Klara Asisi.


Saya sendiri sempat bingung karena saya hanya diberikan waktu 1 jam untuk membuat kuliah Adobe Photshop. Sulit sekali... Walau hanya untuk pembuatan poster saja, Adobe Photoshop setidaknya dipelajari 2 sampai 3 jam. Mau tidak mau semua harus diringkas sedemikian rupa sampai yang dijelaskan super cepat. Ya, saya harus mengatakan Photoshop harus dipelajari dan diulangsesering mungkin. Memang, walaupun dipelajari 2-3 jam tetapi kalau tidak terus diulang akan tetap nol besar.


Sebuah tantangan buat saya tentunya. Dulu saya sempat membuat workshop Adobe dan hasilnya saya masih super grogi. Kemarin saya merasa cukup relaks dan sesi pertama saya cukup kaku (begitu kata teman2) dan sesi kedua saya usahakan lebih relaks. Relaks...


Alhasil ini pengalaman yang tidak terlupakan, dan memang nggak gampang ngajar loh.


Sekedar refleksi... saya sempat jengkel ketika melihat ada peserta (terdepan lagi) dan tertidur sebentar. Saya yakin mungkin kalau dosen mengajar dan saya tidur, perasaannya juga jengkel. Pengalaman adalah guru yang terbaik.

Senin, 13 November 2006

Aktivitas Setelah INTIMA

Akhirnya INTIMA sudah selesai... Penantian yang panjang sejak penggodokan pada awal tahun... dan telah terlaksana dengan baik tanggal 3 dan 4 November. Acara yang sempat memvertigokan kepala saya termasuk saat Libur Lebaran. >.<


Steelah INTIMA kembali saya harus bekerja keras untuk acara lainnya seperti deBattle. Walau awalnya cukup pesimis, namun acara ini dilaksanakan cukup meriah. Profisiat untuk Heidy!


Setelah ini saya masih harus menangani berbagai kegiatan seperti penyelesaian proyek web, penyelesaian LPJ Intima, penyelesaian LPJ pasar Murah, tindak lanjut kerjasama Puskom dan AToMA, pengarahan masa depan AToMA, Apprentice Training, NPPT AMSA... Hohohoho..... Banyak banget!


Yang penting juga, saya bisa melewati semester III ini dengan mulus.... Amin deh.

Sabtu, 07 Oktober 2006

Detoksifikasi Kaki: Omong Kosong!

ada liburan Tengah Tahun lalu, ibu saya melakukan terapi detoksifikasi (pengeluaran racun atau menghilangkan sifat racun) kaki atau terapi ion. Yup, sebuah hal yang sangat populer di kalangan masyarakat karena merasakan manfaat tersebut. Berbagai kelemahan banyak saya temui, baik dari brosur yang diberikan, dari omongan para penjaga yang sudah seperti dokter (maaf bukan bermaksud merendahkan). Di sana tidak saya temui proses berpikir yang ilmiah.

Detoksifikasi kini menjamur di negara kita. Industri yang cukup menjanjikan, sebuah alat dengan harga berkisar 3 sampai 10 juta dan mudahnya melakukan terapi dengan mencelupkan kaki saja dan menunggu selama setengah jam.


Benarkah, ini adalah alat dewa?


Warna Warni Air
Faktor yang memberi mesan bahwa mesin ini adlah mesin dewa adalah keluarnya zat-zat yang hitam atau coklat pekat dari air yang sebelumnya jernih bersih. Para petugas menjelaskan bahwa ini adalah racun yang keluar dari tubuh melalui pori-pori kaki. Menurt mereka, ion-ion positif dari mesin tersebut menarik ion-ion negatif dari tubuh yang merupakan racun.


Sebenarnya ini adalah hal yang menurut saya ilmiah namun tidak seperti itu. Kita coba mengulang pelajaran Elektrolisa saat di SMA. Dalam suatu alat yang dialiri listrik dan diberi lempeng logam katoda dan anoda. Maka akan terjadi pemecahan zat-zat pada lempeng-lempeng logam. Seperti misalnya eletrolisa air untuk memproduksi hidrogen:


2H2O(aq) → 2H2(g) + O2(g)


Ada beberapa zat yang apabila dielektrolisa akan memberikan warna tertentu seperti Besi (Ferrum) yang menjadi Fe3+ membentuk warna merah atau coklat. Nah salah satu bukti yang dapat membantah zat-zat tersebut berasal dari tubuh atau kakiadalah berubahnya warna air tanpa mencelupkan kaki. Ini berarti zat-zat yang teroksidasi atau tereduksi tersebut berasal dari katoda atau anoda mesin tersebut.


Maka adalah kebohongan publik yang mengatakan itu adalah racun atau lemak tubuh.


Penyusun Tubuh
Suatu hal yang menurut saya tidak masuk akal, apakah tubuh kita sebegitu rentannya terelektrolisa menjadi ion ketika tubuh dailiri muatan yang kecil? Apalagi ada yang mengatakan lemak dan lainnya. Perlu kita ketahui bahwa zat logam dalam tubuh kita sulit untuk terutai kecuali melalui proses reaksi khusus seperti pembaharuan sel darah merah yang melalui rangsangan eritropoesis.


Aku Merasa Sehat
Memang sebuah testimoni adalah senjata yang kuat untuk meyakinkan orang. Di dalam kedokteran adal yang disebut placebo, obat yang bukan obat namun memberikan efek psikologis bagi pasien. Ingatlah bahwa kita memiliki emosi dan perasaan. Ketika kita memakai alat itu kita berharap pada suatu keberhasilan. Maka dari itu kita memiliki emosi yang baik dan harapan yang akan memacu sistem limbik kita (Sistem limbik adlah sistem dalam otak besar atau cerebrum yang dapat mengatur perasaan. Sistem ini terdiri dari hippocampus, hipotalamus, corpus amygdala). Dengan terangsangnya sistem limbik, maka akan memacu pengeluaran beberapa hormon yang dapat memberikan rasa nyaman.


Sertifikasi
Para penjual mengelak dan membentngi dirinya dengan dalih sertifikasi alat dari Eropa atau Amerika atau dari manapun. Secara logika ini adalah hal yang tidak masuk akal. Mengapa? Untuk mendapatkan sertifikasi maka alat tersebut harus lulus dari uji coba laboratorium. Namun alat ini sudah dinyatakan tidak bermanfaat oleh Prof Dr. Suhariningsih dari FMIPA UNAIR Surabaya. Bagaimana bisa alat yang tidak lulus uji dapat memperoleh sertifikasi? Bahkan alat itu sendiri tidak mendapatkan persetujuan dari Depkes RI.


Detoksifikasi Alamiah
Secara medis hanya ada dua cara untuk melakukan detoksidikasi yakni detoksifikasi pada hati (lever) dan dialisa seperti hemodialisa atau dikenal dengan cuci darah. Detoksifikasi alamiah dikeluarkan melalui urin dan keringat. Namun sekali lagi, amatlah tidak mungkin pengeluaran racun melalui ionisasi dan beberapa zat racun yang disampaikan seperti lemak.

Selasa, 29 Agustus 2006

Dia yang Telah Lalu

Akhir-akhir ini saya menghadapi sepasang teman yang mengalami masalah dalam hubungan mereka ketika yang satu tak dapat melepaskan, yang satu asih terus terbayang masa lalu.


Masa lalu. Ya masa lalu. Mengungkit sebuah kenangan yang hedak dikuburkan, terus berteriak menyeruak.


Entah mengapa masa lalu begitu menghambat perjalanan? Tidakkah bisa terlupakan?


Ketika kita menghadapkan cermin? Ia muncul.
Ketika kita termenung? Ia hadir.
Ketika kita mangkir? Ia di hadapan kita.
Ketika kita tak melakukan apapun? Ia di depan pelupuk mata.


Pertanyaan-pertanyaan defensif terus diteriakkan. Tidakkah ada yang lainnya? Apakah aku tak mampu harus hidup tanpanya? Ketika pertanyaan menjadi kemangkiran, bukan reflektif.


Sebenarnya ini bukanlah pda problema hubungan yang sudah terjalin (maslah rekan saya)., ketika ingin membangun saja, dia yang telah lalu hadir kembali bak dari kubur. Apakah itu artinya menduakan? Apa itu artinya gw berdusta? Tapi, sekali lagi, apakah saya akan terus-terusan demikian? Inikah kedewasaan atau kekanakan? atau ini hidup? Ini takdir? Ini kepasrahan? ini tak dapat diubah? Memaradokskan hidup di dalam relung?


Ketika hidup tak lagi dpat ditampar? Benarkah?
Ketika hidup tak dapat bergoyang? Walau gempa?
Tumpuan yang begitu eratkah?
Ketika harapan hanya sebuah harap.

Ketika terus saya pikirkan:
Jika demikian, matilah aku. Jika in adalah takdir, adilkah?

Sebuah hidup, ataukah kita akan terus hidup dalam negativistis?

Senin, 28 Agustus 2006

In Memoriam: Dr. Oen Budi Susanto, MS

Sebuah kabar yang sangat mengagetkan saya tadi sore di kost Andy. Berita ini membuat Dye sampai tidak dapat berkata apa-apa. Semua pesan pendek menyebutkan: dr. Oen telah tiada. Seorang sosok dosen yang akan sulit dicari. Meninggal dalam ketenangan tidur.


dr. Oen Budi Susanto, dosen dari Bagian Biokimia FK Atmajaya. Ya, sebelum saya masuk ke mata kuliah Biokimia II, saya telah mendengar bagian ini cukup menakutkan. Banyak mahasiswa yang tersangkut di mata kuliah ini. Memang, saya akui mata kuliah ini sulit. Di sinilah kelas mulai iajar oleh dosen seperti dr. Jenny, dr. Oen, dr. Sadikin (dosen tamu dari UI), dan dokter-dokter asdos.


Sosok dr. Oen dikenal galak bahkan "killer" oleh angkatan atas. Dan… menurut saya malah jauh dari kesan itu. Konon, katanya ia telah berubah sikapnya sejak operasi transplantasi ginjal. Di balik itu, saya sebenarya tidak begitu mempersoalkan dosen killer. Karena toh tidak demikian adanya, mereka punya metode sendiri dan pada dasarnya mereka baik-baik saja, bukan pembunuh. Kalaupun banyak yang tidak lulus, salah dosenkah?


Sebuah hal yang masih teringat adalah sosoknya yang menerima mahasiswa. Kalau ada persoalan, akan dibantu. Ia sendiri sangat mengenal mahasiswa, siapa yang bermasalah dengan mata kuliah Biokimia, dan lainnya. Bahkan ia sempat bertanya "Apakah bisa ujiannya?" selepas ujian praktikum.


Memang beliau keras dan berpegang pada kejujuran, dan tidak ada kompromi soal ini misalnya menitipkan absen. Suatu hal yang memang salah, dan memang harus ditindak tegas.


Saya sendiri lumayan sering berkomunikasi dengan beliau, karena dulu saya memegang komti (komandan tingkat, seperti ketua kelas) Biokimia I saat semester 2. Yup, mengenal sosok yang religius ini. Beliau selalu menjadi diakon pada misa Rabu di Kapel Rumah Sakit Atmajaya.


Di balik deritanya saat operasi dan mendapatkan keberkahan mukjizat telah dialaminya. Segala kerendahan hati tertunjukkan di dalam doa-doanya sebelum memulai kuliah.


Ini adalah sebuah memoriam.


Selamat jalan dr. Oen. Engkau tetap menjadi guruku.

Minggu, 27 Agustus 2006

Sebuah Tabrakan di Kota

Hari ini anjrit abis... Well, gw tabrak trotoar gara-gara salah perkiraan waktu belok. Damn.

Hari ini gw kembali keliling jakarta pake mobil sodara, gw bawa dari Menteng, ke Kota, Grogol, Tomang, Pluit, Ancol, Sunter. Alhasil lancar-lancar aja, cuma konsen gw lagi ancur banget. Gw sering hampir cium trotoar, hampir nabrak bajaj (abang bajajnya yang goblok). Yang terparah itu pas naik trotoar di persimpangan Kota di dekat Hotel Batavia. Alhasil bagian bawah mobil lumayan hancur. Mampus, mampus!

Argh gw pikir-pikir kayaknya lebih enak punya mobil sendiri yang seken, jadi mau nabrak juga nggak diomelin sama siapa-siapa. Argh, kapan gw punya mobil sendiri ya?

Rabu, 23 Agustus 2006

C'est Une Raison

Sebuah mata mulai mengurai hasrat
Menilik dalam sebuah waktu
Hendak temu dalam kalbu
Ternyata ada sebuah yang tersisa


Ketika itu menisik hati
Memulai rasa yang hadir
Insan-insan jatuh
Memulai sebuah lika liku


Hendak hari berjalan bersama
Kita sombongkan diri di tengah Bima
Menyata alpa segala dunia
Tak mungkin semua akan berubah


Sadar akan segala perbedaan
Tikam diri tikam kata
Menyusut rindu dalam cita
Kita tahu semua


Menumpahkan derita menyuarakan suka
Berbagi dalam seri dan jera
Segalanya telah terjadi
Dua insan tak terpisahkan?


Mala hadir menyeringai kita
Terbawa lara simpan amarah
Kita tak sadar
Kita bersalah


Ketika semua berakhir dalam ketiadaan dirimu
Tak luput dari sebuah akhir jiwa
Aku tak dapat lagi mengenang
Memulai sebuah akhir


Semua yang ada hanya sebuah
Guratan pena guratan hati
Kau tak dapat lagi memandangku
Namun kaulah aku tetap hidup


C'est une raison
Itulah alasan itu

Selasa, 15 Agustus 2006

Masa Depanku Masih Ada

Ketika setiap orang menanyakan: "Kamu mau jadi apa?" atau "Apa sih cita-citamu?" Ada berbagai jawaban yang terlontar. Ada yang mengatakan "Saya akan menjadi pengusaha sukses", "Err, belajar dulu deh", "Belum saya pikirkan", "Masa depan? Hah?".


Sebuah pemikiran yang bisa dikatakan sebagai sebuah futurologi. Mengira dan setidaknya dapat sedikit memastikan apa yang akan saya kerjakan di kemudian hari. Berpikir pada suatu yang ideal, seperti yang diharapkan.


Muncullah suatu pertentangan yang runyam. Ya, ada yang berkomentar "Yakin kamu?", "Berat loh", "Terlalu idelistik". Membangun sesuatu yang idela memang susah, tapi apakah suatu ketidakmungkinan? Membangun apa yang dicita-citakan, sesuatu yang salah? Ketika kita mengatakan "Tidak mungkin" adalah arogan. Arogan dalam arti, kamu memutuskan begitu sepihak dan tanpa berpikir jauh. Berkata tidak mungkin, karena saat ini hal itu tidak mungkin. Secara logika, memang tidak mungkin hal itu lakukakan sekarang, tetapi apakah masih tidak mungkin untuk masa depan?


Menuju sebuah cita-cita bukan sebuah hal yang gampang. Sebuah hal yang perlu diperjuangkan dan mengorbankan daya upaya. Ketika waktu hanya menjadi bekas jejak saja, jejak menuju tujuan. Jejak inilah yang akan mengingatkan kita begitu banyaknya hal yang kita lakukan dalam waktu itu. Tanpa sesuatu yang tidak kita lakukan, apakah jejak itu akan ada?


Jejak adalah keringat, bahkan perlu setets darah. Jejak adalah suatu perjuangan, bukan kesenangan hura-hura. Jejak itu berawal dari tekad, komitmen, dan keyakinan. Akhirlah sebuah tujuan hampiri.


Ketika jejak itu menorehkan setengah rupa. Kita berhenti karena kita telah berkeringat. Ingatlah, bahwa kita perlu keringat lain untuk menyempurnakan jejak. Jejak yang tak selesai tak akan berarti apapun. Bahkan orang lain pun tak tahu bahwa itu adalah jejak. Suatu bekas mungkin. Apakah setengah jejak akan mencerminkan komitmen? Tidak ada komitmen yang setengah rupa, itu saja.


Memahami semua yang telah terjadi dari perjuangan. Melawan anti-idealisme, anti-kerja keras, dan anti-perjuangan. Semua jejak yang kita bangun tidak akan sia-sia, menorehkan sebuah yang baik untuk kita. Ketika sebuah tujuan tiba, kita pun akan dibukakan waktu untuk memberikan jejak berikutnya.


Masa depanku masih ada.


Rabu, 02 Agustus 2006

Dokter Pasti Kaya ya?

Mas, masuk ke Kedokteran. Pasti orang kaya dan nanti ke depannya juga kaya ya.

Itulah potongan yang pernah gw terima dari bapak sopir taksi Blue Bird sudah lama banget. Lupa waktu itu mau kemana. Sebuah kalimat yang perlu di cari artinya.


Dokter itu anak orang kaya
Ketika kita berbicara tentang dokter, pasti ada streotipe dari masyarakat: pasti dia kaya atau anak orang kaya. Sebetulnya kata kaya dalam konteks orang tua dapat dibenarkan untuk beberapa pihak dan untuk beberapa pihak harus dikoreksi dengan kata "mampu" karena hasil tabungan orang tua dan "berjuang" dengan beasiswa. Sebenarnya tidak salah juga anggapan masyarakat. Hitung-hitung uang sekarang, untuk masuk FK Swasta sekaliber Atma harus merogoh kocek lebih dari 100juta. Angka 100juta ini hitungan dari uang pangkal (baru uang pangkal) untuk peringkat 3 (dan emmang kebanyakan siswa peringkat 3 kecuali PMDK). Angka ratusan juta ini katanya sebanding dengan investasi baru KBK Kedokteran yang katanya mencapai 10 miliar. Wuih....


Ratusan juta itu masih ditambah dengan sumbangan sukarela yang "sukarela". Kalau keluarga kaya bisa setengah dari uang pangkal, atau bahkan lebih. Atau angkanya mencapai puluhan juta. Untungnya saya masuk Atma, dengan uang pangkal 60juta dan sukarela 1juta. Tih katanya sukarela kan. Konotasi positif dong.


Itu baru hitungan S1, Sked. SKed adalah titel sarjana yang boleh dibilang mahal tapi nggak tahu arahnya mau kemana karena statusnya "dokter nggak jadi". Lain dengan SE, SKom yang bisa langsung melamar kerja. SKed terasa sulit. SKed harus iteruskan dengan pendidikan profesi Dokter selama 2 tahun. Hitunga-hitungan masih tinggi. Untuk harga sekarang saja sudah mencapai belasan juta per semester. hitung saja untuk empat semester. Belum lagi untuk angkatan baru ini, hitunghitungan tahun 2010 sudah berapa?


Perlu investasi besar bagi orang tua. Kadangkala saya terpikir juga ketika anak kecil dari keluarga yang kurang mampu.


Cita-citaku mau jadi dokter.


Yup, bisakah mereka?


Tapi jangan kita abaikan dari kelompok menengah yang berjuang keras untuk mengumpulkan uang untuk menyekolahkan anaknya di FK. Sebuah perjuangan bagi orang tua. Kadang-kadang saya berpikir seperti ini, kalau sya tidak belajar baik misalna urak-urakan, melenyapkan seketika uang orang tua. Walaupun dalam hati merka, mereka tak mengharap imbalan apa-apa. Tapi, hal itu tetap membuat mreka sedih kan? Berjuang!



Dokter itu orang kaya

Dokter itu orang kaya bisa karena orang tuanya kaya atau memang dari kerjanya sehari-hari ia menarik uang yang besar dan membuatnya kaya. Tapi berpikirlah, semua harus berjalan seiiring waktu. Masih banyak tahapan yang diperlukan dari dokter ke mendapat surat ijin praktik. Lama.


Menjadi dokter yang bersih benar, setelah saya pikir adlah sebuah hal yang agak diimpikan belaka. Misalnya tanpa menarik biaya dari setiap (di sini saya tekankan setiap) dengan idealis menyembuhkan semua orang. Kecuali memang kalau ada yang benar2 membutuhkan, gunakan hati nurani. Tapi kalau orang tajir mubasir? Bertolak belakang dengan idealisme. Nah lo.


Sebenarnya dogma "beranikah kamu menarik uang dari orang yang menderita" hal yang realtif. Dikecualikan kalau memang pasien perlu sekali misalnya pasien tidak mampu. Kalau pasien kaya, dia menderita toh. Sebenarnya secara aksarnya, dokter seperti seorang montir. Kita menarik biaya untuk pembetulan PS dari seorang anak yang tersedu2 karena PSnya jatuh. Menarik uang dari orang yang menderita bukan? Lihatlah keadaan.


Menarik biaya dari pasien. Di sinilah kalau seorang dokter murni mendapatkan pendapatannya. Bukan dari kasak-kusuk dengan salesman obat atau supplier alat. Nah dari pendapatan pasien itu TIDAK BISA KAYA! Kaya diartikan kalau kita punya harta berlebih setelah bisa menutup kembali investasi ratusan juta saat pendidikan. Hal ini patut diperhitungkan.... untuk menghidupi istri dan anak. Nah, dokter juga manusia, dia perlu menghidupi lainnya...


Dokter juga manusiaaaa....


Minggu, 30 Juli 2006

Beginning of Fantasy: DAHSYAT!

Ernest, Memes, Gw

Asli ngga nyeseelllll!

Penantian seorang gamer FF selama bertahun-tahun. Yang hanya bisa mendengar rekaman konser di 20020220 atau mengetik berita konser Dear Friends di FFIO. Akhirnya, gw bisa menonton LANGSUNG LANGSUNG LANGSUNG! Alunan orkestra lagu Final Fantasy di Konser Beginning of Fantasy, Jumat kemaren di Tenning Indoor.

Gw setengah mati bela-belain, karena Sabtu ujian Biokimia II. Brur. Alhashil gw dengan perjuangan naik Busway ke Senayan, dan ketemu temen-temen lama seperti Jeffru (udah sering ketemu kayaknya Jep!), Cecep, Ernest, Indra (baru tahu orangnya, tapi tahu nicknya di forum). Datang dengan sejuta harapan dan dibayar semiliar tuaian. Sip!

Banyak lagu-lagu yang dimainkan.

Bayangkan konser dibuka dengan Liberi Fatali (FF VIII), The Place I'll return Someay disambung Melodies of Life (FF IX) oleh Arina, Terra's Theme (yang ada di World Map FF VI), Eyes on Me FF VIII vokal Arina, The Door Behind (aduh lupa judul lengkapnya FF IX), Tifa'S Theme oleh Jessica G, Suteki da ne oleh Sherina (Sherinaa!), Aerit'h Theme (menyentuh.... FF VII), Tatakau Monotachi dari Advent Children oleh Kevin, Chocobo's Theme (kocak!), Cloud's Smile (FFVII AC), 1000 no Kotoba oleh Sherina, J-E-N-O-V-A oleh Wasabi, Satu lagu dari Gakutoi (Gackt), Tenrai Divinty Advent Children (choirnya keren), FF Theme, dan lagu andalan yang megah.... AdventL One Winged Angle dari AC. Keren kan!

Gw tidak menyesal dan sangat bangga kepada TO!

Kamis, 27 Juli 2006

Menuju Konser 'Beginning of Fantasy'

Konser Beginning of Fantasy akan diadakan besok malam di Tennis Indoor Senayan! Woo! Udah lama banget menantikan dan dulu mengira hanya sekedar impian.


Ya mungkin ini perasaan seorang penggila Final Fantasy? Yup, mungkin aja. Nggak disangkal. Yup, biasanya gw cuma mengedit berita di web tentang konser Uematsu-san di sini di Amerika di Jepang di mana, tapi kapan di Indonesia? Yup, menikmati lagu FF adalah suatu kenikmatan sendiri. Sebenarnya nggak hanya Eyes on Me atau Melodies of Life yang dimana orang hanya tahu itu. Masih ada Aerith's Theme dari FF VII, Tifa Theme, At Zanarkand FF X, May be I'm A Lion (yang jadi judul blogs ini dari FF VIII), The Place I'll return to someday FF IX, Vamo'alla Flamenco, Senno ktoba atau 1000 Words, Theme of Love FF IV, My Home Sweet Home FF V, Kid Run through to the City Corner FF VI.... Semua aseeekk tenan!


Di konser nanti katanya bakal ada Liberi fatali FF VIII, Tatakau monotachi Advent Children, J-E-N-O-V-A FF VIII, lalu ada nyanyian ya... gw harapsih Eyes on Me, Seeno ktoba atau nggak Kiss me goodbye... Sama ada choir (baca: kuayer), mudah-mdauahan bakal ada yang keren kayaknya nggak mungkin Hymne of The Fayth. Jadi misteri gunung merapi.....


Apa mungkin ada lagu konyol seperti Theme of Chocobo? Lalu gw mau lihat cosplay. Siapa tahu ada cici Aerith atau Tifa. ^^v

Rabu, 26 Juli 2006

Persepsi Kegagalan Nadine Chandrawinata

Shrine Auditorium telah menjadi sebuah saksi baru dalam pemahkotaan ratu sejagat yang baru, Zuleyka Rivera dari Puerto Riko. Nadine Chandrawinata pulang tanpa membawa penghargaan dan tidak dapat mengikuti jejak Artika Sari Devi yang sempat merasakan peringkat 15 besar di ajang yang sama tahun lalu. Apakah benar Nadine membawa kehampaan?

Setidak ini yang terus saya lihat sore ini, di TV yang terus merus menayangkan infotainmen. Ya mau bagaimana lagi, daripada suntuk terus membaca diktat Biokimia II. Capek juga kan. Lalu melongok VCD Say Hello to Black Jack yang sudah habis ditonton. Ya buka TV aja semua channel hampir membicarakan Nadine Chandrawinata atau kalau nggak Jihan Fahira yang baru melahirkan (Anjrit, penting nggak sih berita begini? Jangan-jangan nanti istri saya ketika melahirkan juga dikejar wartawan... -_-). Kecuali Metro TV di Public Corner yang terus mencuap-cuap masalah kekeringan di musim kemarau. Biasalah tipikal Indonesia, baru sadar kalau ditampar.


Menyimak Nadine Chandrawinata mengingatkan saya saat Artika Sari Devi tahun lalu. Yang Artika Sari Devi lebih meriah karena ini adalah kali pertama Indonesia mengirimkan wakilnya ke Miss Universe setelah Alya Rohali yang akhirnya cuma sebagai tamu penunjang. Saya harp pengiriman Nadine harusnya adem ayem saja. Toh udah bisa beradaptasi saat pengiriman Artika.


Ternyata itu. SALAH besar! Perhelatan kali ini amat-sangat-supra-super seru. Bagaimana tidak pengiriman ini saat yang nggak tepat, RUU APP seperti diminta teriak-teriak untuk dihapus dan disahkan. RUU APP seharusnya yang gampangnya nggak usah diadakan. Toh tanpa RUU APP sebenarnya kedua gender akan senang, ayah senang, ibu pun riang.


Kemudian, diberitakan lagi Nadine yang kemampuannya dianggap amit-amit di internasional. Menyebutkan: Indonesia is a beautiful city. Kata empat huruf itu kian mencuat sampai masuk ke infotainmen (Saya sendiri aneh dengan infotainmen setiap frame walau kehidupan itu lebih dari 120 fps kehidupan orang dikorek-korek). Ya bagi orang-orang yang nggak mengerti, bacalah buku psikoanalisis Sigmund Freud. Manusia itu ada 3 hal: Id, Ego, dan Superego. Id itulah yang muncul dalam diri Nadine. Mungkin karena sedang depresi karena masyarakat negaranya bikin dia stress, muncullah kata yang nggak diharapkan. It's normal. Analisa yang sama mengenai kata-kata "Wie finden Sie ueber Tika Panggabean?" Ya, daripada: "Wie findest Sie ueber Tika Panggabean?"


Kegagalan Nadine sebenarnya sebelumnya-tidak-diprediksikan alias unpredictable. Bagaimana tidak Nadine selalu menduduki peringkat kelas kakap pada beberapa polling situs internasional seperti missosology, global beauties, dan lainnya. Ya, cukup mengangetkan.


Bahkan ada yang melempar umpatan seperti "Indonesia mengalami kemunduran di Miss Universe". Aneh. Aneh. Aneh. Miss Universe bukan ajang seperti Indonesia Open yang pemenangnya itu-itu-itu terus karena memang yang main dia terus. Bukan juga ajang seperti Indonesian Idol dimana yang buruk belum tentu jatuh. Ini adalah Miss Universe bung! Tahun lalu adalah Artika sekarang adalah Nadine. Artika berbeda dengan Nadine bukan? Bukan seperti Indonesian Open tadi, tahun ini Indonesia, tahun depan Indonesia karena yang main tahun ini Taufik, tahun depan Taufik. Orang yang sama. Miss Universe orangnya lain. Jadi jangan diperbandingkan. Toh sebenarnya sudah bangga kalau Nadine bisa pulang ke Indonesia dengan selamat sentosa.


Ngomong-ngomong soal pulang. Nah, tadi di infotainmen bersangkutan ada kelompok ibu-ibu yang sepertinya tidak suka atas pengiriman Nadine. "Saya senang kalau Nadine kalah dari Miss Universe." Senang? Kayaknya pas jaman P4 nggak belajar: "Menghargai karya orang lain". Jelas walau kata senang selalu dikonotasikan positif, dari intonasinya amat senang pada "kekalahan" bukan pada "subyek" yaitu Nadine. Aneh bin(ti) ajaib. Alasannya merusak moral bangsa. benarkah 220 juta jiwa bangsa ini rusak seketika (seperti hubungan arus pendek) akibat melihat Nadine menggunakan two-piecesnya? Masak hanya seperti itu saja langsung rusak moral? Ya anggaplah berpikir mesum atau imoral (bukan amoral) ketika melihat wanita berpakaian renang berlenggak-lenggok atas sampai "mimisan" (sebenarnya ini adalah mitos belaka dari Jepang). Ini normal. Terutama kalau yang menonton laki-laki (Kalau perempuan, abnormal). Apakah itu merusak moral. Ya anggapnya seperti ini: pasangan suami istri setelah bermesraan dengan fantasi-fantasinya, apakah itu merusak moral kedua pasangan itu? Kalau demikian, habislah moral SEMUA penghuni bumi.


Perlu direnungkan tidak?

Minggu, 23 Juli 2006

Aku dan Ujian Biokimia II

Hari ini U-J-I-A-N!
Pusing euy, mana kemarinnya kepala ga konsen sama sekali gara-gara kepikiran satu hal. Hm, mudah-mudahan ga terjadi lagi hari ini. Soalnya besok ada ujian teori dan praktikum Histologi II.


Mudah-mudahan Biokimia II gw selamat sampai tujuan. Agak harap-harap cemas karena ujian UTS kemaren hanya 66. Apakah benar nilai Biokimia bakal mencerminkan nilai mata kuliah di semester mendatang ya?


Semoga jangan deh.


Huam... mau tidur dulu setelah kemaren tidur dari jam 01.00 dan bangun jam 05.00 WIB. Cia you!!!!! 加油!

Sabtu, 22 Juli 2006

Mencari Filosofi Kedokteran di Blackjack ni Yoroshiku (ブラックジャックによろしく)


Mungkin ada beberapa dari kalian yang belum tahu. Sebuah cerita yang selalu gw refrensikan. Say Hello to Black Jack karangan Syuho Sato. Komik ini gw temukan dengan tak sengaja. Baca di majalah dan ketemu komik dengan slogan : "Apa dokter itu?" Cukup menarikkan dengan bau kata "dokter". Siapa tahu menarik?

Ternyata komik yang luar biasa (untuk gw), mungkin nggak menarik untuk beberapa pihak. Jelas ebagai mahasiswa kedokteran, komik ini udah bagai harta buat gw. Bukan komik biasa layaknya Doraemon, atau lainnya. Ini sudah seperti buku filsafat untuk gw. Beberapa hal memang gw temukan serupa di pelajaran Ilmu Filsafat Kedokteran. (Berharap ada kuliah Filsafat II....).


Lalu baru beberapa hari lalu gw menemukan Blackjack dalam bentuk dorama Jepang. Nggak pikir panjang saya pesan. Nggak ada ruginya kok!


Baru beberapa hari yang lalu film 11 disk ini sampai di tempat gw. Beberapa hal persis di komik, nmun lebih emosional karena diperankan oleh orang.


Dikisahkan Eijiro Saito (diperankan Satoshi Tsubumaki) dan rekannya dr. Dekune Kuniya (Kato Koji) adalah dokter muda yang baru lulus dari masa praklinik di Fakultas Kedokteran Nagahuchi University. Saito adalah seorang yang amat idealis dengan pemikirannya seperti dokter haruslah merawat pasien sebaik-baiknya, dokter adalah pekerjaan yang mulia, dan lainnya. Dia amat kaget ketika menemukan dunia kedokteran adalah dunia yang kotor.


Pertama kali, ia magang di divisi bedah pertama, dimana ia amat kaget menemukan pasien yang rela membayar jutaan Yen agar ayahnya dapat dioperasi oleh profesor yang amat terkenal. Namun ternyata, harapan jutaan Yen hanyalah sia-sia. Suatu operasi yang sebenarnya tidak-berguna dilakukan semua atas instruksi profesor. "Perlukah dunia kedokteran memiliki orang yang berkuasa?"


Ia pun menjalani masa magangnya di bagian lainnya, dari bagian penyakit dalam I (sistem sirkulasi) dimana ia sempat mengalami konflik dengan Professor Fuzzi yang amat terpandang karena perbedaan idealis. Hingga menemukan makna perjuangan hidup sebagai dokter dalam bagian NICU (neonatus intensive care unit - perawatan untuk bayi baru lahir).


Berjuang melawan berbagai hal yang tidak seragam dengan idealisnya.


Eijiro Saito tetap mencari: "Apa sebenarnya dokter itu?"


*Tampaknya karakter Eijiro Saito kok sama seperti gw. Memiliki iealisme yang cukup konservartif dan terus terang banyak hal dari klimik ini yang menampar dan memberi banyak masukan untuk gw. Hingga suatu saat gw bisa seperti Saitp yang berkata: "Saya sangat beruntung menjadi seorang dokter.

Senin, 17 Juli 2006

Aku dan Respek Pasien

Jarang-jarang loh gw rajin ngeblog hehehe....

Sekarang gw mau cerita dan sesuai dengan tema: kisah mahasiswa FK menuju cita-cita.


Hari ini, tanpa rencana, gw bersama beberapa rekan 2003 di FKUAJ, ya berdiskusi tentang sebuah profesi yang penuh riskan dan suka, kedokteran. Suka ketika berhasil membahagiakan pasien. Sedih bila sebuah yang fatal terjadi.


membahagiakan mereka yang membutuhkan


Ketika kata itu ada menjadi komitmen gw menjadi dokter. Entah mungkin di suatu saat komitmen itu akan goyah. Ketika gw semakin menyelami dunia kedokteran, dunia yang serba nggak pasti. Ketika masyarakat menuntut untuk AIDS disembuhkan. Ketika dokter gagal menangani seorang pasien kanker. Ketika dokter disanjung ketika berhasil melakukan operasi transplantasi wajah. Sebenarnya di mana posisi seorang dokter?


Gw sendiri mencari beberapa titik terang jalan. Sebuah pertanyaan yang selalu dipertanyakan oleh dr. Saito di Say Hello to Black Jack: "Apakah dokter itu sebenarnya?"


Entah karena gw mungkin kasih terlalu lugu dan bodoh memasuki dunia ini. Tapi gw percaya inilah proses menuju kehidupan.


Respekpasien semua bergantung pada kita sebagai dokternya. tanpa respek itu, kita hanya menjadi ganjalan bagi mereka. Dan kita tidak "membahagiakan mereka yang membutuhkan" kita malah "mengganggu".


Sebuah kisah yang dapat gw ambil hari ini tentang pasien di Pluit Dalam, Ny S. Penderita dengan keluhan tuberkulosa. Ini bukan kunjungan pertama, namun ini pertama buat gw. Memasuki lorong yang sempit. Saya yang gemuk ini pun harus masuk dengan berjalan miring seperti kepiting. Di dalamnya bukan ruang tamu atau ruang apalah yang pantas. Sebuah kamar mandi. Di dalam diri gw, prihatin. Di dalamnya terbaring Ny S dan suaminya. Kita banyak mendengar kisah-kisahnya, dari kisah penyesalan (namun berusaha tetap tegar) atas kesalahan, kisah 2,5 tahun berpindah terapi, kisah musibah yang terjadi hampir 1 tahun lalu, bahkan hingga bercerita tentang nyawa suaminya yang nyaris lewat dalam suatu kecelakaan. Tidak ada medis yang bekerja. Tidak. Kami tidak memberikan rifampizin ataupun isoniazid. Kami mendengar kisahnya.


Ketika pasien tersenyum melihat kami mau mendengar keluh kesahnya. Ketika kami memberikan nasihat medis sejauh yang kami dapat dari kuliah. Tak ada kami memberi suntikan atau auskultasi dengan stetoskop. Hanya kontrol dengan anamnesa. Ny S yang jauh lebih baik dari sbeelumnya. Melihat kesembuhan pasien adalah sebuah hadiah buat saya sendiri. Dari sbeelumnya tidak mau makan, kini dapat makan dan berjalan sejenak ke depan rumah.


Sebuah tugas dokter yang MENYEMBUHKAN, bukan MENGOBATI.


Hubungan yang terjalin dengan Ny S bukanlah sebuah ilmu kuliah. Bukanlah di dalam matakuliah di mana kamu bisa mendpat nilai A atau IP 4.00. Namun sebuah pengalaman yang berbuah kebahagiaan. Adakah dokter yang tidak bahagia dengan senyum pasiennya? Apakah tidak ada dokter yang bahgia dengan ucapan terima kasih dari pasien. Ketika ucapan terima kasih itu bukan berasal dari uang sejuta yang diterima, namun dari lubuk hati?


Menanami filosofi dalam diri memang bukan barang mudah.

Sabtu, 15 Juli 2006

Aku dan Wikipedia Indonesia

Hahaha... kembali lagi di blog. Sabtu yang.. lumayan. Nggak ada yang spesial, kecuali adek dan nyokap sudah balik ke Pontianak tadi siang. (Nah dut, kalo gitu cepat-cepat sekolahnya, biar bisa SMA di jakarta. Hehehe ^^)


Hari ini cerita-cerita lagi, tentang... Wikipedia!O k, siapa sih hari gini ga tau Wikipedia? Nggak tahu? Wikipedia adalah sebuah situs ensiklopedia gratis yang didirkan Yayasan Wikimedia (bener ga ya namanya?). Alamatnya di www.wikipedia.org. Selain dalam bahasa Inggris, ada banyak bahasa yang ditampilkan termasuk Indonesia (kini urutan ke-25 Artikel terbanyak di seluruh Wikipedia).


Pertamanya gw masuk sebagai pembaca, pencari artikel. Sebuah situs yang ebner berguna kalau diminta menari bahan. Bahannya cukup lengkap dan isinya cukup menjanjikan. Wikipedia yang unik dimana kalian semua bisa menyuntingnya. Smuea, yup semua. kecuali yang IP dibanned sama admin ya... ga bisa deh.


Mulai dari tugas dr. Oen tentang koma hepatikum, wikipedia kerasa pentingnya. Apalagi dengan bahasa yang mudah dimengerti bisa dapat banyak ilmu!


Kini gw sudah mulai masuk menjadi wikipediawan. Yakni kontributor wikipedia Indonesia yang berusaha fokus dan rutin. Gw sendiri berkonsentrasi menyunting artikel Kedokteran dan Anatomi. Awalnya gw menyunting artikel katolik dan artikel Kolese Kanisius, tapi kini beralih.


Beberapa artikel gw buat dengan menerjemahkan dari Wikipedia Inggris. Ya, hitung-hitung belajar Inggris. Dari artikel kedokteran yang seuprit, menjadi artikel yang panjang. Cari aja artikel judulnya "Kedokteran" di wikipedia Indonesia. Lalu merasa agak jenuh dan berhasil mengembangkan artikel Kedokteran itu. Gw beralih ke Anatomi... Ya pikir-pikir Anatomi I udah mulai lupa-lupa. Jadi gw mulai mengembangkan Anatomi lengan Atas dan Bawah. Ya... muskulus coracobrachialis dan "musculus extensor carpi radialis longus yang dipersarafi nervus radialis dari pleksus brachialis" keluar lagi.


Capek juga menyuntingnya, otot segerobak. Otot lengan atas saja belum kelar, pelan-pelan.


Sebenarnya ada satu motivasi yang cukup menggampar gw untuk terus di Wikipedia Indonesia. yaitu perkataand ari Wikipedia tetangga, Wikipedia Malaysia yang tampaknya nggak mau mnerima kekalahan dengan menyebutkan "11.000 artikel kami lebih berkualiti daripada 27.000 artikel Indonesia"


Maka dari itu gw berusaha membuat artikel yang nggak hanya rintisan (stub), tapi artikel penuh. Ya mudah-mudahan Wikipedia Indonesia tetap menjadi satu kebanggan.

Minggu, 09 Juli 2006

Kematian Pasien - Bagian 2

Thanks buat yang sudah komentar di bagian Kematian pasien yang pertama... Sekarang mau saya lanjutin lagi...

Inspirasi ini muncul lagi ketika saya membaca Say Hello to Black Jack volume yang 8.
Halaman pertama sudah trtulis:

Kematian apa itu sebenarnya
Apa kau tidak punya kekuatan?


Untuk yang mengikuti komik ini, ini adlah kisah terakhir dari Edisi Kanker Nyonya Tsujimoto yang terkena Karsinoma Pankreas (Kanker Pankreas). Edisi ini benar-benar memainkan emosi saya. Bagaimana caranya kamu menghadapai kematian pasien?

Sebuah kalimat yang membuat saya cukup berpikir banyak dari dr. Usami (nama salah satu dokter di cerita ini):

Ilmu kedokteran itu...
Bukan cuma memberi obat, melakukan operasi
Menyembuhkan penyakit atau luka
Ilmu kedokteran bukan untuk menghindari kematian
Ilmu kedokteran itu...
Memikirkan bagaimana cara menghadapi kematian.

Hidup dan mati hal yang alami bagi makhluk hidup
Entah sejak kapan dokter hanya bertugas menyembuhkan penyakit
Akhirnya kita harus menyerah pada kematian
Tapi.. apakah kematian berarti kekalahan?

Apakah sebenarnya kematian itu?
apakah mati berarti kalah atau ketidakbahagiaan?
Sehingga kita harus menghindarinya?

...
Taka ada seorangpun yang tertarik menangani pasien yang sudah jelas akan meninggal...
Tugas dokter adalah MENYEMBUHKAN PASIEN
Itu saja yang ada di otak kebanyakan dokter.


Kata-kata yang membuat saya terus berpikir. Hingga saya malah mengucapkan selamat pada diri saya: "Welcome to the life". Sebuah hal yang juga saya pikirkan di blog yang lalu ternyata disampaikan oleh tokoh utamanya, dr. Saito.

Indra saya mungkin makin tumpul ya.
Karena ini rumah sakit
wajar bila ada orang yang meninggal
Waktu Nona Utsumi meninggalpun
Saya bekerja, makan, dan tidur seperti biasa

Jujur saja, sampai sat ini saya belum bisa memosisikan diri saya ke tempat yang tepat untuk menghadapi kematian dalam relasi pasien dan dokter. Apa karena saya masih jauh dari masa klink? tapi saya sendiri berusaha memosisikan diri saya sekaan telah masuk klinik, karena tujuan saya toh bukan preklinik.

Mempelajari ilmu kedokteran seakan masuk ke dalam lembaran penuh tinta hitam. Gelap. Bagaikan berada dalam dua ujung gunting. Yang satu berniat menyembuhkan, yang satu demi kepentingan pribadi. Dan tidak jarang bila kedua mata gunting itu berdekatan dan menyatu, bisa terjadi robekan, bila keduanya memiliki ketajaman berupa dominasi.

jelas, kematian bagi seorang pasien yang tidak terselamatkan, adalah hal yang berat untuknya. ketika ia berusaha membahagaiakan dirinya atau membuat perumpamaan yang sekana dapat emmbuatnya melupakan dunia ini. Seperti mengatakan ini adalah dunia fana, toh akan lenyap dalam diri saya ketika meninggal. Untuk apa saya harus takut? Atau bisa saja menganggap bahwa diri ini sendiri jadi toh tidak apa-apa saya mati.

Saya sadar bahwa itu hanya pelarian dari fakta kematian. Dalam diri mereka masih ada rasa takut "Saya takut mati" dan sadar masih ada masalah di dunia yang harus diselesaikan. Sebab perasaan orang mati tidak dapat diubah oleh orang yang masih hidup...

Salah satu yang terberat adalah mengatakan kepada keluarganya bahwa ia akan mati. Apalagi dalam kasus Ny Tsujimoto ini ia berusaha membahagiakan anaknya sebelum ia tak dapat lagi melihat mereka.

Ibu kena kanker
Ibu bingung sekali ketika pertama kali mendengar penyakit ibu ini
Ibu merasa tidak pernah melakukan hal yang buruk
Ibu juga tak tahu apa penyebabnya
Itu yang membuat ibu kesalI
Ibu mungkin tak bisa bersama kalian sampai besar
Ibu sebentar lagi meninggal


Kematian itu berat.
Berat.

Sabtu, 01 Juli 2006

Kematian Pasien - Bagian 1

Adalah sebuah pengalaman buat saya. Seorang yang akan masuk ke dalam dunia penuh lika-liku pelik, dunia kedokteran.

Dunia kedokteran dibalik intrik-intrik yang tampaknya sudah lama menjalar, harus berkelut dengan manusia dan tak jarang dengan setitik nyawa. Nyawa hanya satu, sesuatu yang kian diperjuangkan, namun apakah hati nurani digunakan? Memperjuangkan nyawa pasien di tengah kritisnya hidup adalah sesuatu yang harus diperjuangkan.

Saya kadang berpikir, ketika kita berjuang dengan nyawa dan kita tidak bisa berbuat apa-apa. Bila nyawa tak tertolong, kita akan membela diri dengan sebutan "Dokter Bukan TUhan". Jadi sebuah kebanggaan bisa menyelamatkan setitik nyawa itu.

Pengalaman nyata bertindak dengan kematian walau tak terjadi di depan saya. Adalah Susan, saya dan kawan-kawan baksos Cilincing (maaf saya jarang baksos lagi) berusaha untuk menyemangatinya, Betapa tidak, ia terkena kanker mammae (kanker payudara) yang sangat parah. Ketika kami menjenguknya, ia telah tidak dapat berpikir lagi, berbicara pun sulit. Sampai pada akhirnya teman saya bersepakat untuk membelikan boneka.

Sebuah boneka luba-lumba lucu berwarna biru, ini diputuskan karena dari abangnya, Susan tidak mempunyai boneka sejak kecil... Mudah-mudahan lumba-lumba kecil bisa membahagiakan dia. Walau tidak dapat terus, paling tidak ia sempat untuk merasakan bahagia.

Jum'at kemarin (30/6), kami bersepakat untuk menjenguknya di Rumah Sakit. Di depan ruang bangsal, kami melihat pemandangan yang sama sekali nggak enak. Tirai Susan tertutup rapat. Rapat. Ibunya terisak. memandang pemandangan yang... jauh.

Tak habis pikir apa yang terjadi? Tanpa ide. Dokter ko-ass menghampiri kami, dan membawa kabar duka. Susan telah tiada. Pulang ke Bapa. Salah satu teman saya, terdiam. Melihat ke kantung boneka yang dibawanya. Merenung. "Kenapa tidak kuberikan kemarin?"....

Diam. Saya terdiam. Suatu suasana gembira dengan tiba-tiba berujung duka. Betapa sesal saya berpikir. "Tuhan, tadi saya tersenyum kepada avbangnya dan ayahnya sebelum sampai di Bangsal" Bodohnya saya. Ayahnya terisak, saya tersenyum?!

Kami masuk ke dalam, menengok jasad tertidur berselimutkan kain putih. Ia telah tidur di samping ibunya yang menangis. Ia pergi. Tak lama kami berdoa, datangnya handai taulannya. Meratapi. Ratap. Ratapi. "Kau akan bertemu Yesus, sayangku" Semoga, Susan.

Ketika Kematian menjadi tantangan bagi gw. Akankah saya tegar di tengah kesedihan? Haruskah saya ikut meratap? Kepura-puraan?

Ah, sebuah tantangan (lagi) dalam jalanku menuju jalan kedokteran yang penuh kerikil....

Senin, 26 Juni 2006

Pacaran?

Topik ini kian panas dalam perbincangan sehari-hari di kampus. Sebuah kejadian unik yang bernama pacaran. Banyak lika-liku di dalamnya, ada yang senangnya jadian, ada yang merundung duka setelah putus, serta pernak-pernik di dalamnya.

Mendengar opini dari banyak orang, pacaran adalah seuatu yang dinamis. Setiap orang punya harapan dan pemikiran sendiri tentang hal ini. Ada yang menanggapi secara eross, ada yang menaganggap sebuah momen, atau bahkan sebuah keisengan.

Semua yang Anda akan baca adalah opini dan penapat dari saya:

Menurut gw... pacaran adalah sesuatu yang nggak bisa main-main. Soalnya kita akan 'bermain 'dengan yang namanya perasaa bukan sekedar acara video game atau tayangan realita di teve.

Pacaran adalah memadu kasih antara dua insan. Memberikan hati masing-masing untuk mencapai tujuan bersama yang telah disepakati, kemudian menikmati tujuan dan merasakan kehangatan bersama. Saling memperhatikan, memperbaiki segala kesalahan.

Ketika saya sendiri tak bisa menerima bahwa pacaran adalah nafsu belaka. Memang, ketika feromon telah tiba, hadir nafsu, namun itu hadir dalam rasa ketertarikan antara insan. Ketika telah berjalan, dan membicarakan segala tentang diri dan menggapai sebuah tujuan bersama serta komitmen.

Memadu kasih bukan berarti sekedar tercetus adanya seks. Mengingat bahwa semua yang lakukan adalah tanggung jawabmu. Mengingat kalau pacaran bukanlah perkawinan. Ketika kebebasan tak berarti suatu kebablasan. Sesuatu tak akan terjadi hingga kita memulainya.

Satu hal yang terpikirkan dalam menarik garis kisah kasih yang gw jalani.. dari SD (cinta monyet atau tidak?) hingga kini. Sebuah hal yang terpikirkan ketika dewasa, kemapanan. Suatu kesiapan melangkah menuju suatu jejak yang baru, tak lagi ada keset kekanak-kanakan. Menapaki langkah dengan siap. Suatu masa ketika tanggung jawab telah dapat diambil.

Menapaki dunia kasih adalah sebuah tantangan ketika semua hal baru akan datang dan tiba begitu saja. Kini tak langi bertanggung jawab atas diri sendiri namun satu diri lagi. Melindungi dan memperhatikan serta menjadi sahabat yang paling setia dari yang ada. Menjadi teman selagi suka dan duka dan mendengarkan segala masalah.

Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk menunjukkan kasih dari diri kita untuk indah. Tak hanya suatu dengan sentuhan atau kedipan. Namun dengan satu ikatan tangan yang akan terus bersama dalam menapaki seluruh jalan hidup yang penuh tantangan...

Senin, 19 Juni 2006

Cita-citaku (bukan) Dokter dan Keinsensitifitas

Dokter itu...
Sebuah musuh yang gw takuti selama waktu gw kecil. Suntiknya, puyernya, obat pahit...
Entah karma, gw malah sekarang mahasiswa kedokteran. *Dooonggg!


Dokter adalah sebuah profesi yang nggak pernah gw pikirkan selama kecil. Dulu gw sangat terinspirasi untuk menjadi seorang insinyur (engineer), ya bukannya pengen ikutin si Doel. Tapi lihatin bokap gw yang notaris, kerjaannya banyak banget, dan males deh. Insinyur lebih santai ya.


Cita-cita insinyur tetap bergema selama gw SD dan SMP. Males sama IPS (paling ok cuma geografi, karena, mungkin loe ga percaya, dulu gw gemar banget sama Atlas dan Peta Buta). Khusus Geografi nih, dulu pas gw kecil, SD, udah bisa sebutin semua negara pecahan USSR. Pulau di Indonesia pun jago.... Gw sendiri malah agak prihatin dengan teman-teman SMA gw yang nggak tahu Pontianak (Kalimantan Timur kan?).


Dan mulai keliatan pas kelas 2 SMP yang biologinya topik sistem organ (jauh lebih berhasil dari biologi kelas 1 yang topiknya membosankan seperti ekologi). Menejlaskansistem organ enak kayaknya tapi kata "dokter" belum muncul sama sekali.


Gw akhirnya beranjak ke kelas 1, mulai bisa menikmati dunia. Dunia yang real di Jakarta. Kota kotor dan di SMA pula gw lebih intens dengan namanya kesehatan. Apalagi mendengar gula darah gw lebh dari 100 mg/dl (shock). Takut Diabetes.


Gw juga mulai mencintai dengan si sayur hijau. (Dulu cuma mau makan Kailan dan Daun Ubi) Dan gw juga melihat banyak yang perlu gw tolong. Mungkin enak kali ya nolong orang?


Kelas 1 mulai ada Education Fair di CC. Cari informasi. Kelas 2 SMA akhirnya mulai terbesit, gw mau masuk FK. Gw masih inget gara2 itu, nilai biologi gw agak jatuh karena menurut guru gw: "Kalian yang mau jadi dokter, nilai bio harus tinggi" gara-gara ini, gw ga bisa PMDK Atma... Hiks. Tapi mulai terpacu dengan bau-bau dokter. Masih terasa kurang mantap.


Kelas 3 udah harus nentuin keputusan. Akhirnya bulat gw mau jadi DOKTER. Masuk FK. Impian gw adalah FKUI, sbeelumnya sempat masuk di Jerman (tapi setelah mendengar regulasi susah nanti di Indo...). Gw toh kerjanya di Indo. FKUI gagal... malah kepilihnya FKUNPAD. Masuk FKUAJ saja deh. Maaf karena gw hilangin satu tempat di FKUNPAD T_T.


Masuk di FKUAJ adalah sebuah lingkungan baru buat gw. Sebuah tempat yang gw harap bisa gw jalani. Paling gw takuti dulu adlah bertemu mayat. (Dulu gw penakutnya....). Tapi sekarang biasa aja ngubrak ngabrik perut Mayat dan mengeluarkan usus... Kenapa ya?


Gw pun terus mau memantapkan jalan gw. Selagi gw belajar, pengen menemukan arti menjadi dokter. (Baca Black Jack yaaaa). Terus terang gw belum mengerti penuh apa inti menjadi dokter. Mengeruk uang? Atau membantu sesama? Sebuah paradoks melihat ketajiran dokter.


Adalagi sebuah nilai minus, tampaknya dokter adalah komunitas eksklusif. Berbicara dengan bahasa sendiri. Loe bisa enak banget menyebut kata-katayang sebnarnya haram jadah seperti "Flatus Lo" (Kentut Lo), "Labia Mayora", "Glandula Mamma", "Kelenjar Sirkumanalis". Yang gw sering salah gunakan.... (Maaf gw, Tuhan). Sebuah kata yang enak aja dikeluarkan di Mal, di Pizza Hut buat becandaan temen2 mahasiswa. Gila tadi gw di Kopami 02, sempat berpikir, apakah gw jadi insensitif ya?


Gw nggak mau jadi insensitif. Kalau begitu mendingan gw usah jadi dokter. Mungkin terdengar bego di telinga orang ide gw ini. Bego nggak mau membisiniskan kedokteran.


Terkadang gw merasa udah menjadi dokter. Ato karena geer ya. Pas gw di Baksos Cilincing. Gw sipanggil Pak Dokter. Padahal... gw cuma anamnesa. Gw sampai sekarang masih terkenang dengan pernyataan orang. Ketika pasien itu keluar gw mengucapkan "Terima kasih bu. Cepat sembuh ya." Pasien itu langsung menyahut "Pak Dokter, terbalik... Saya yang harusnya terima kasih." Ah, gila gw merasa gimana gitu. Merasa udah jadi dokter. Emang kebiasaan jelek gw selalu mengucapklan Terima Kasih dengan kondisi yang salah. Tapi kebiasaan baik kan itu? ^^


Hari ini cukup sekian...
Moga-moga gw bisa mencari makna untuk menjadi dokter....

Kamis, 08 Juni 2006

Aku Mati

Aku terbangun dalam pecahan
Menoleh ke ribaan tanah
Aku melihatku luluh darah
Tubuh tergeletak tanpa nyawa
Aku mati


Tak urung pikiranku tertuju
Kau telah tunggu di ujung
Merasah desah kalbu
Sayang,
Aku mati


Berkas putih lembar lara
Tangan terima pasrah
Aku sungguh tak mau kau berlinang
Aku mati


Pusara lara duka senja
Taburan kemboja lirih
Aku pergi menghadap bapa
Aku mati


Tak tahan aku melihatmu
Aku pun mau bersamamu
Bererita segala dunia
Tapi dunia siapa?


Kerjaku mengasah asa
Melihat jauh pada masa
Aku lihat dirimu!
Dari ujung
Aku hidup, sayang


Sunter - Jakarta
8 Juni 2006, 16:17 WIB


*Inspirasi ini tiba-tiba terbesit ketika gw melihat video opening dari sebuah sinetron. Ah, jadinya ada gunanya sinetron buat gw.

Rabu, 24 Mei 2006

Sahabat

Kala diri ini lemah

Kala diri ini penuh lara

Kala diri ini berakar dera

Kala diri tak lagi cerah

Hanya dapat diri menatap cakrawala

Cakap tanpa menala

Menatap terang sang surya

Tanpa mulut tiada daya

Sapa air laut biru

Tak lain hanya deru

Kepada siapa kini diri

Rusakkah semua alam

Hingga tiada satupun

Mampu memberi kata

Mereka diam tanpa bisik

Ingin diri menelisik

Hai kamu manusia

Kami bukanlah apa yang kau cari

Hidup tak pelik seperti yang kau kira

Kami bukan yang kau cari

Bukan? Siapa?


Hampakah hidup sehingga demikian buruknya?

Inilah ketika diri mendapatkannya

Diri seorang diri hilang

Termakan kekosongan bumi

Hancur!

Namun diri mendapati

Sebuah tangan bukan diri

Akhirnya yang dapat berkata dengan diri

”Kita sahabat bukan?”

Diperuntukkan
khusus untuk teman sejawatku semua. Dyana, Nicky, Andy, Handy, Yulius, Debby,
Erick. You’re great. Thanks for the memory today.

Dituliskan di Jakarta, 24 Mei 2006

Di kala mendungnya Sunter, kota Jakarta 19:24 WIB

Catatan: 25 Januari 2009, dikala memindahkan isi blog ke blogspot ini... Ini menjadi catatan saya atas perjalanan kita selama ini, guys. Entah kenapa saya memiliki hasrat yang tinggi kita bisa tertawa seperti dahulu kala... Saya hanya bisa termenung dan mengingat kejadian dahulu ketika tawa tetaplah tawa.


Kamis, 04 Mei 2006

Makna Hidup

Inilah sebuah kisah hidup


Kisah yang tak pernah tertulis nyata


Namun nyata ada
dalam fakta


Mengiring segala
nyawa dunia


Kisah yang
terjepit antara baik dan buruk


Mengerang dalam
keputusasaan


Menjerit lepas
dalam tanpa duka


Sebuah paradoks
tak terbantahkan

Anehnya manusia


Menghendaki
segala kebahagiaan


Tanpa
mengindahkan sepasir luka


Tanpa menengok
kehampaan

Anehnya manusia


Memaknai
hiperbolis sejumput kemurkaan


Mematahkan jalan
terbelok dan hancur


Menyampahkan
sedikit keriangan

Ya, aneh!


Ketika seberkas suka dimakna serakah


Ketika seberkas
lara dianggap neraka


Ego kita

Kita
sendiri suka


Mereka
sendiri biar


Kita
sendiri duka


Mereka
sendiri... salahkan mereka!

Sebuah tanda
tanya tak terjawabkan


Kapan manusia menjadi
manusia


Manusia yang sejati


Tak berarti abadi

Untuk mereka yang manusia

Dituliskan 4 Mei 2006

Pukul 19.00 WIB

Senin, 06 Maret 2006

Kau, Kenangan Indah Untukku

Inilah sebuah kenangan antara aku dan kamu
Kenangan yang akan terus terkunci dalam hidup
Tidak
Tidak ada yang meluapkan dan membuangnya


Sebuah kenangan yang menyatakan hati, bukan menyatukan
Memperhitam segenap lara, memutihkan sejumput asa
Bukan
Bukan untukmu semua kenangan


Telah lama kau semangati apa yang sering kurasa itu lemah
Menyemangati diriku walau mungkin kau takkan pernah tahu
Semua
Semua yang telah kau berikan sebagai kenangan


Semua yang telah tertulis dan semua yang terbaik untukmu
Biarlah semua untukmu dan tak perlu kau anggap aku
Aku
Aku cukup mendengar sedikit bisikan yang berlimpah


Jangan kau salahkan dirimu atau melihat segalanya salahmu
Tidak, kau telah berarti bagiku dan menjadi yang indah
Biar
Biarlah semua dapat kukisahkan kenangan ini bersama anakku kelak


Kau, tetap menjadi kenangan indahku
Selama jejak hidupku masih dapat menapakkan tanah ini.


Dituliskan di Jakarta, 6 Maret 2006. Di Perpustakaan Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta. 15:27 WIB dalam kekangan awan bermendung.