Rabu, 12 Maret 2014

Belajar Bahasa Asing dengan Cepat?

Banyak yang mengatakan bahwa belajar bahasa asing baru itu sulit. Belajar bahasa asing itu akan meledakkan kepala kita. Benarkah?

Bagi saya, saya menganggap belajar bahasa baru adalah pengalaman yang amat menyenangkan. Saya seperti masuk ke dalam dunia "antah-berantah" yang baru dan menjalin relasi di dalamnya. Walau saya sulit menyatakan apa sebenarnya sumber kesenangan itu, saya menemukan sebuah video yang menarik yang juga menyatakan bahwa belajar bahasa baru itu tak sesulit yang diduga.

Video ini merupakan video dari TEDx talk di Universitas Lingnan yang dibawakan oleh Chris Londsale. Ia mengatakan bahwa postulat yang mengatakan bahwa untuk belajar bahasa asing diperlukan talenta adalah hal yang keliru. Menurutnya ada lima hal yang menjadi prinsip untuk memudahkan kita belajar bahasa asing:

Belajar Bahasa yang Relevan dengan Anda
Maksudnya di sini adalah belajarlah bahasa yang memang ada kaitannya dengan diri kita, entah tujuan atau kebutuhan kita, minat kita, atau memang di dalam dunia kita saat ini. Kita tentu akan menganggap sesuatu menjadi lebih kurang serius jika hal itu bukan yang kita inginkan, bukan? Seperti hal yang saya alami bahwa saya dulu memulai belajar hangeul ketika akan berpergian ke Korea Selatan, dan kemudian minat itu stagnan hingga saya diracuni hal-hal yang berbau Korea oleh adik saya (baca: kecanduan Running Man). Hingga saya pun berada dalam lingkungan yang memfasilitasi saya dalam belajar bahasa tersebut. Dan hal ini juga yang akhirnya menjadi sebab, pembelajaran bahasa Tagalog saya jalan di tempat.

Gunakan Bahasa yang Sedang Dipelajari Bahkan pada Hari Pertama Anda Belajar
Mungkin kita masih takut atau malu-malu untuk menggunakan bahasa kita yang kacau. Mungkin kita hanya bisa mengucapkan salam atau kata-kata dasar. Namun kita harus percaya bahwa ketidakmampuan kita pada hari pertama ini akan mulai menyemangati kita untuk terus belajar menutupi kekurangan.

Walaupun Hanya Mengerti Maksud Suatu Kalimat, Berarti Kita Mulai Menguasainya
Ya, kita mungkin hanya mengerti sepatah duapatah kata, mungkin kita buta dengan tata bahasa yang baku, namun kita sudah punya bayangan bahwa kita paham apa maksud suatu kalimat dalam bahasa asing tersebut. Sadarkah kita bahwa kita sebenarnya telah mencetak prestasi dalam penguasaan bahasa? Kunci dari komunikasi adalah pengertian atau pemahaman (komprehensi) walau mungkin dengan standar di luar kebakuan yang masih dapat ditoleransi.

Melatih Sisi Fisiologis Tubuh Kita
Yang menjadi penyebab suatu bahasa asing menjadi sulit adalah karena diri kita menganggap kata dalam bahasa asing tersebut menjadi bunyi tanpa arti yang pada akhirnya ditolak oleh otak kita. Untuk itu kita perlu menerima bunyi asing tersebut dan kita terima ke dalam otak kita, sehingga kita mengetahui dan mengenali bunyi tersebut. Ya, mulut manusia memang akan dapat membuat ribuan bunyi dan nada yang dapat saja menjadi sebuah bunyi dengan arti.

Begitu juga dengan kemampuan berbicara, bahwa kita memiliki kuasa atas diri kita sendiri untuk mengontrol puluhan otot wajah yang akan menghasilkan suatu bahasa.

Psikologis
Jika kita senang, rileks, memiliki rasa ingin tahu akan memudahkan kita untuk belajar bahasa asing. Jika kita terlalu berkutat, kita akan kehilangan hasrat untuk menerima bahasa asing ke dalam diri kita.

Dalam video ini pun dipaparkan 7 aksi dan contoh program belajar yang akan memudahkan kita.




Minggu, 09 Maret 2014

Doraemon, Kenangan Masa Kecil

Mungkin saya sudah tidak ingat lagi kapan terakhir saya menonton film Doraemon di televisi. Pastinya sudah lewan hitungan satu dasawarsa. Jika diingat kembali pada masa kecil, menonton Doraemon dan rentetan kartun di hari minggu adalah hal yang teramat menyenangkan.



Saya adalah penggemar manga dan anime Doraemon. Walau sudah lama tak menonton, namun ada satu bagian dalam diri saya yang mungkin tersembunyi yang rindu menikmati anime atau manga ini.

Saya masih ingat, Doraemon saya dulu yang pertama adalah manga Doraemon Nomor 13 -seingat saya bergambar Doraemon dan UFO atau alien kecil-, lalu saya mengoleksinya sampai nomor 30an (dan tentunya Doraemon seri Petualangan!), kalau tidak salah. Namun koleksi saya ini berceceran entah kemana, dan akhirnya sisa-sisanya saya sumbangkan ke panti asuhan. Sebenarnya, ada keinginan untuk kembali mengoleksinya kembali secara lengkap. Toh, sekarang komik Doraemon masih kerap dicetak ulang oleh Elex Media. Tapi berpikir manfaat dan mudaratnya, kalau dihitung dengan harga komik per eksemplar sekarang, lumayan menguras gaji juga.

Walau tak berkomik, saya kemarin iseng berselancar di Youtube dan menemukan kanal DoraemonEngsub yang rutin mengunggah anime Doraemon. Wah, keren sekali! Tentunya menonton anime ini kembali mengingatkan masa kecil saya dahulu.

Doraemon ini telah banyak memberi saya imajinasi semenjak kecil dan kalau sekarang dikenang saya merasakan betapa lugunya masa kecil dulu. Saya dulu percaya bahwa Nobita bisa lari dari Jakarta sampai ke Surabaya (kalau tidak salah ini saduran yang seharusnya dari Tokyo ke Osaka?-CMIIW). Saya dulu membayangkan senangnya memiliki baling-baling bambu dan pintu ke mana saja. Saya pun membayangkan apa rasanya dorayaki atau bahkan mochi momotaro.

Ah, kalau kerap membayangkan lagi bahwa Nobita masih saja duduk di kelas 4 SD bersama Shizuka, Suneo, dan Jaian. Saya sekarang nyaris 30 tahun! Saya masih tak menyangka…

Namun ada yang saya syukurkan bahwa dulu saya masih mengidolakan Doraemon… dan anak-anak kini justru malah cabe-cabean (terong-terongan?) atau fans berat dari Coboy Junior. Zaman sudah berubah?

Sabtu, 01 Maret 2014

Brand New Day, Brand New Job

1 Maret 2014


Well, saya akan memasuki dunia kerja baru lagi setelah bekerja sebagai dokter PTT dan editor medis. Semoga dalam pekerjaan yang baru di rumah sakit ini dapat berjalan dengan baik. Dan Tuhan dan Bunda Maria selalu membimbing langkahku. Amen!