Sabtu, 24 Maret 2012

Hingar Bingar The Raid

Ok, saya hari ini masih teradiksi dengan hingar bingar The Raid. Sebuah film yang memang saya tunggu-tunggu sejak lama karena mendengar film ini sudah begitu banyak mendapat pujian dari luar negeri dan bahkan banyak penyalur di luar negeri yang akan menyiarkan film ini! Yang paling membanggakan adalah, ini film Indonesia bung! Saya sudah menghitung-hitung dan memperkirakan saya bisa menonton sebelum PTT hehehe....

Hari ini saya begitu banyak membaca review-review positif dari Indonesia dan bahkan video review di Youtube. Yup, film dengan judul asli Serbuan Maut ini, dimainkan serempak di Indonesia bahkan di Amerika Serikat dan Australia.

Begitu bangganya saya sebagai bangsa ini. Mungkin ini juga suatu titik orgasmik juga bahwa selama ini film Indonesia sangat-sangat tidak bermutu, apalagi yang hanya mengangkat horor-erotik. Dan yang saya suka juga adalah sisi aksi brutalnya (gore), seakan memainkan adrenalin saya =P Dan tentunya membuat teman wanita saya yang menonton sering menutup mata hahahaha.

Dan saya tidak sabar menunggu untuk sekuelnya, Berandal, yang akan terbit tahun depan. *Semoga saya sudah selesai PTT ya*




Kamis, 22 Maret 2012

Tak Rela Meninggalkan

Meninggalkan sesuatu yang sudah lama bersama, memang menjadi sesuatu guratan tersendiri dalam pikiran saya. Dan inilah yang timbul tenggelam bersama lamunan dan melayang-layang dalam benak.

Dalam minggu lalu saya diterima sebagai dokter PTT setelah mendaftar di Kabupaten Landak di Kalimantan Barat. Pada saat itu memang saya campur aduk juga antara inilah suatu keinginan saya dan mungkin menjadi langkah saya dalam jenjang karir kedokteran, dan saya sudah berpasrah jika tidak diterima saya mungkin akan mengambil tawaran jalan-jalan ke Manila bersama Sisca dan Ica. (@Sisca dan Ica: Gusto ko sa Maynila pero meron ko ng PTT...). Dan memang saya diterima! Namun di sinilah dimulai 2 minggu penuh lamunan menjelang 2 April 2012, keberangkatan PTT.

Begitu banyak hal yang harus saya lakukan mulai dari berberes kamar (OK, kamar saya tak mungkin bisa dibereskan atau dikosongkan.), saya harus membereskan berbagai administrasi atas nama saya (Hal ini hanya bisa dilakukan jika ada replikasi dari diri saya, berharap jadi amoeba...), bertemu handai taulan yang akan saya tinggalkan (saya mungkin tidak akan bertemu mereka dalam setahun!), dan tentunya mempersiapkan peritilan yang akan dibawa bersama saya di kampung terpencil.

Saya sendiri terus menyemangati diri, mencoba membekali diri dengan semangat pengabdian. Saya merasa ini menjadi kesempatan bagi saya untuk mengaktualisasi diri, paling tidak juga sebagai tindak pertanggungjawaban  dengan apa yang saya tuliskan di Mengabdi di Bawah Sumpah di Intisari Ekstra lalu.

Satu hal sebenarnya yang begitu, entah mungkin bisa dikatakan mengena, bagi diri saya adalah saya berusaha menikmati detik-detik dan hembusan nafas yang ada yang saya bisa lihat sekarang ini. Misalnya ketika saya di malam hari dan memandang sekeliling kamar yang saya tempati di rumah tante. Kamar ini mungkin begitu bau, pengap, berantakan. Namun hidup saya juga banyak saya lewatkan. Kamar ini juga menjadi saksi mati yang hidup. Ketika saya melihat buku-buku saya, rasanya ingin sekali membawa mereka bersama.

Perasaan "tak rela meninggalkan" ini memang bukan sekali. Saya masih ingat dulu ketika saya harus berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan SMA. Saya begitu lama memandang kamar saya di Pontianak yang menurut saya waktu itu begitu nyaman. Saya juga memandang kamar saya di rumah tante saya yang lainnya yang saya tempati selama SMA dan tahun-tahun pertama kuliah.

Saya tahu, bahwa begitu tidak pentingnya hal ini. Walau demikian inilah yang terbesit dan terbisik merasuk sukma. Dan ketika saya melihat jam di dinding, waktu ternyata akan kembali menuju hari baru. Dan waktu keberangkatan itu semakin dekat dan jantungku semakin berdegup kencang.




Kamis, 15 Maret 2012

Galau, Berpuisilah

"Sangkala begitu cepat berlalu
Sekiranya rintih ini sudah tak lagi menitik
Menyisakan gusar yang tiada murka
Namun ihwal apa sebab kau bersoal

Jangan lagi kau kenang
Berjalan dan berlarilah
Biarkan jasadku tersenyum karam terlalaikan
Dan rohku merajut kembali "
-Mukhlis oleh AE Haurissa, 4 Juli 2010

Terkadang saya suka tersenyum-senyum dan merinding sendiri kalau membaca lagi koleksi puisi yang pernah saya buat. Saya sadari bahwa saya memiliki sedikit indera terhadap puisi ini. Ya, memang merangkai kata ini menjadi salah satu pelarian saya ketika hati sedang gundah, atau kata anak muda sekarang, galau.

Tapi galau-galau ini memang menghasilkan begitu banyak ide-ide puisi ini. Rasanya wong tidak ada bensinya kalau menulis puisi tanpa galau. Misalnya saja "Kala Malam di Taman Tribeca" adalah rasa yang saya rasakan ketika menungu hasil yudisium kuliah saya, "Magfirah"  adalah kegalauan hati saya dengan teman saya dulu (Magfirah artinya mengampuni, di mana proses saya berusaha mengampuni diri sendiri), "Aku Dua-Satu" adalah tulisan yang saya berikan untuk ulang tahun teman, "Ikrar Kita Kawan" adalah rintihan saya melihat perpecahan antar kawan, "Kau Kenangan Indah Untukku" di saat masa galau di awal kuliah, dan "Lieben" galau asmara semasa SMA (halah). 

Ya hampir semuanya mengenai kegalauan. Tapi memang, jika tidak ada kegalauan maka tulisan ini pasti juga tidak ada. Jadi, terima kasih rasa galau!

Sebenarnya saya juga ada impian, suatu saat puisi ini dapat dibukukan, namun ada yang mau beli tidak ya? Hahahaha.... Boleh dong bermimpi itu :)

Selasa, 13 Maret 2012

Aku Ingin Keliling Dunia

Sekonyong-konyong saya mendapatkan sebuah ide untuk menulis, dan ini terjadi ketika saya dibawah semburan shower di kos adik (Ya, untuk sementara ini saya nomaden di kos adik karena mobil saya diopname). Hal ini terpikir ketika saya berbicara dengan Stevani tadi mengenai rencana saya untuk kembali ke Korea namun dengan gaya backpacking. Ya, saya cukup kecewa dengan trip Korea kemarin karena apa yang saya inginkan -budaya, sejarah- dibabat habis oleh belanja dan tante-tante yang berbelanja.



Saya pun terpikir bahwa saya masih ingin lagi melancong ke negara-negara lain, saya ingin ke Jepang, saya ingin Kamboja melihat megahnya Angkor Wat, ke India mengagumi Taj Mahal, menikmati birunya laut di Maladewa, menikmati indahnya matahari terbenam di Laut Mediterania. Suatu hal yang terus membuat saya berdebar-debar ketika memimpikannya.

Peta Dunia


Jika ditanya apa buku yang saya suka ketika kecil, adalah Atlas. Saya masih ingat, saya merengek untuk dibelikan atlas oleh Ayah saya ketika di suatu toko buku di Jakarta (sepertinya Gramedia Gajah Mada, Kota). Saya masih berusia mungkin ya lima atau enam tahun. Mungkin ayah bingung pada saat itu, anak kecil baca atlas? Yup, entah kenapa saya menyukai melihat peta dunia, saya menyukai pada saat itu menghapal ibukota propinsi di Indonesia, saya suka mencatat nama laut-laut dunia, saya suka melihat bentangan Eurasia, Afrika, sampai Amerika.

Entah mungkin ada semacam endorfin yang menyelimuti otak saya sehingga saya begitu senang melihatnya. Apalagi ketika saya dibelikan Buku Pintar Junior karangan Iwan Gayo dan berikutnya adalah Buku Pintar Senior. Saya masih ingat saya menggambar atlas lama saya dengan batas-batas baru pecahan USSR alias Uni Sovyet yang pecah tahun 1991 (berarti atlas saya dicetak sebelum 1991).

Saya masih ingat di Jakarta ketika itu Om Gede (abang ibu yang tertua) menanyakan saya apa saja negara dan ibukota pecahan Uni Sovyet. Saya saat itu lihat menyebut Kazakhstan hingga Ukraina, dari Latvia sampai Uzbekistan. Konon saya masih kecil, pada saat itu. Mungkin seharusnya saat itu saya ditanyakannya hasil perkalian ya?

Saya menyadari keunikan ini dan hingga kini. Saya kini suka berselancar di Wikipedia, membaca artikel mengenai lema suatu negara. Mungkin ini juga yang membuat saya tertarik untuk belajar bahasa-bahasa, mungkin suatu saat saya bisa ke sana.

Travelling

Apalagi jika sudah mencapai Wikitravel rasanya ingin sekali ke sana. Saya pun semakin rasanya cemburu ketika membaca tulisan blog Trinity di nakedtraveler.

Saya memang sudah mengunjungi berbagai negara, Malaysia, Singapura, Thailand, Hong Kong, Macau, RRC (Guangzhou), Korea Selatan. Namun saya ingin sekali ke negara yang lebih jauh, yang mana menjadi impian saya.

Jiwa travelling saya memang cukup tersalurkan kemarin ketika saya, Debby, dan Prianto nekad membawa mobil berkeliling sebagian Jawa dari Jakarta ke Jogjakarta. Suatu pengalaman yang menarik, menjelajah kota dan pulau bermodalkan peta dan mata. Sungguh adrenalin terpacu. Walau memang banyak "kerugian" seperti badan lelah dan mobil saya akhirnya masuk bengkel, namun rasanya begitu senang dan orgasmik.

Saya pun berpikir untuk kembali berjalan-jalan, dan saya ingin berkeliling dunia dan tentunya juga Indonesia.

Minggu, 04 Maret 2012

Pagi di Seoul





Menerima semua,
Mencoba menikmati
Dingin panas, sakit sehat, senang susah.
Tangan beku

Pagi ini sebuah hari baru
Hari baru yang disebut tahun baru
Aku duduk di tepi jalan
Mencari angin

Rasa dingin menusuk
Mengancam diri untuk masuk
Aku menampar diri
Untuk tidak mendengarnya

Namun kulihat orang lalu lalang
Berani melawan dingin
Aku pun tercetus
Begitu lemahkah diri ini

Aku jadi teringat dan berpikir

Walau rasa dingin menusuk
Tanganku yang tak berkain
Menusuk dengan perih
Membuat baal diri



Seocho-daero, Seoul.
1 Jan 2012

Kamis, 01 Maret 2012

Artikel Pertamaku di Intisari: Yeay!

Setelah bergalau tadi, saya jadi lupa bercerita tentang suatu hal yang penting. :)
Tenang saja, kali ini tidak tentang galau lagi kok.

Ini adalah tentang artikel saya yang dimuat di Intisari Extra "Sehat" pada Februari 2012.
Sebenarnya tulis menulis ini juga tidak sengaja. Kebetulan saya sedang membaca Intisari Januari 2012 dan ada rasa kepingin menulis lagi, dan saya menantang diri saya untuk mencoba menulis di publikasi nasional. Sudah lama sekali saya tidak menulis di media cetak, terakhir adalah saat di Kompas Kampus Agustus 2010, itu juga bersyukur sekali dan tidak menyangka diterima.

Saya menghubungi salah satu penulisnya dan kemudian dihubungkan kepada redakturnya. Dan ternyata ada lowongan untuk menulis sebuah artikel untuk Februari 2012. Senang tak kepalang. Saya mencoba-coba dan apalagi isinya adalah tentang humaniora.

Dan katanya artikel saya diterima. Saya tak sabar menunggu untuk diterbitkannya majalah itu. Dan... ternyata salah seorang teman, Stevani, mengirimkan BBM gambar dari artikel saya. Jrengg!!! Oh Tuhan, itu artikel saya! "Mengabdi di Bawah Sumpah".

Dan foto saya dipajang hampir setengah (saya hampir pingsan). Dan ada foto saya dan teman yang saya publikasikan juga hehehe, dan sebelumnya tanpa sepengetahuan mereka. Ups. =P

Mudah-mudahan saya dapat terus memegang idealisme saya, seperti yang saya tuliskan... - Amin



Jelang Pendaftaran PTT: Lagi-lagi Galau

Saya sendiri bingung dan agak murka dengan diri, entah apakah hal ini memang pantas saya katakan demikian. Hari ini satu jam lagi pendaftaran PTT online akan dibuka.

Saya sudah bak orang gangguan cemas, saya sering mengecek website ropeg kemenkes, lalu saya membaca lagi pengalaman-pengalaman mereka yang sudah melakukan PTT. Oh Tuhan.... Saya merasa cemas dan rasa tak tentu. Tangan saya mulai terasa basah dan jantung terus berdegup kencang. Pikiran saya tak terfokus dan rasanya ingin pecah saja kepala ini.

Entah apakah ini rasa manusiawi atau suatu hal yang justru patologis. Rasanya memang sungguh luar biasa. Oh saraf simpatikku, mengapa kalian begitu hebatnya dan bertenaga kali ini.

Di pikiranku melayang-layang banyak hal, apakah ini memang jalan yang terbaik bagi saya. Jikalau saya diterima bagaimana dengan saya kelak? Apakah pilihan saya tepat? Apakah saya akan diterima? Apakah saya akan bertahan hidup? Oh tidak pikiran ini mengapa mirip gangguan cemas menyeluruh. Namun saya tak ingin berbohong dan menyangkal dengan perasaan ini.

Dalam pikir hati saya lainnya, bahwa saya harus belajar kerasnya hidup. Saya tidak boleh hidup melulu dengan apa yang saya pikir itu nyaman dan enak. Saya harus yakin bahwa saya bisa dan tak boleh melupakan tangan Tuhan yang bekerja dalam diri saya. Mata dan tangan Tuhan akan hadir pada setiap orang di sekitar saya kelak.

Saya tak boleh lagi merintih dan menggerutu...