Rabu, 12 Oktober 2011

Nag-aaral ako ba sa Pilipinas?



Kumusta po kayo. Ako si Andreas. Nagtatrabaho ako sa TDA. Doktor ako. Medicine ang major ko. Ikinagagalak ko pong makilala kayo.

Ini adalah sepenggal kata-kata yang keluar dari mulutku. Aku mengulang-ulang kata ini. Layaknya aku sedang berbicara dengan lawan bicara ku. Terkadang lidahku terselip, aku pun salah mengucapkan kata-katanya. Ya, aku sedang belajar bahasa Tagalog, bahasa nasional Filipina.

Aku sebenarnya sudah mulai belajar bahasa ini sejak April lalu, setelah aku menyelesaikan keseluruhan studiku menjadi koas. Di situlah aku mulai resah, bahwa waktu-waktuku di fakultas kedokteran ini tak lama lagi akan berakhir. Jarum jam sudah mulai berdetak berlari. Ke manakah aku akan berlabuh dalam jalan hidupku berikutnya? Ketika inilah aku menentukan arah hidupku menjadi seorang dokter.

Beberapa pilihan melayang-layang di dalam benakku. Apakah aku akan belajar ilmu kedokteran spesialistik? Spesialistik apa? Kalau iya di manakah akan kuambil? Di Indonesiakah? Di Filipinakah? Di luarkah? Banyak tanda tanya dalam pikiranku. Semua hal ini membuatku semakin di dalam gulana.

Aku berpikir dalam segala hal, semua hal memiliki jalan terjalnya masing-masing. Jalan terjal yang amat sungguh curam. Aku harus benar-benar mempersiapkan segala perlengkapanku, dimanapun jalan itu. Walau tak pelak juga aku harus berkelahi dengan impianku. Pertentangan antara cita dan realita. Walau aku pun tak boleh angkuh dengan diriku, bahwa aku harus mencari jalan tengah.

Aku menetapkan diriku. Aku berpikir untuk menjadi kardiolog. Walau tak jarang juga pikiran-pikiran yang menjerumuskan masih terngiang dalam telingaku. "Apakah engkau yakin ini jalanmu? Apakah engkau benar telah siap menanggung semuanya? Segala kesulitan dan kesenangannya?" Memang ini tampak seperti aku akan menikah saja, mengikatkan sebuah janji sehidup semati. Tetapi, inilah penentuan satu lagi batu pijakan dalam hidupku.

Aku pun berpikir lagi, ke manakah akan ku jalani hidupku ini? Apakah di Indonesia? Di Filipina? Di entah negeri dongeng mana yang akan kutempuh? Aku sempat memasukkan Filipina dalam daftarku, namun setelah aku berpikir, sebaiknya aku menempuh dulu jalan terdekat, yaitu di Indonesia. Walau sebenarnya aku tak mengubur penuh impianku untuk menimba ilmu di luar negeri. Tapi apa daya inilahh hukum dan aturan yang berlaku di negeriku. Aku pun masih bermimpi untuk suatu saat ke sana, entah sebagai pencari ilmu atau pelancong.

Namun kini aku tak menyesal bila masih membuka buku Tagalogku. Aku masih menyimpan impianku.

Pupunta ako.

3 buah diagnosa diferensial telah diberikan:

  1. Hi, saya berniat belajar bahasa tagalog. Ada rekomendasi untuk buku pembelajaran bahasa ini?

    BalasHapus
  2. Buku banyak sekali :) Bisa Basic Tagalog for foreigner dari Aspergilla, ada juga Seri teach yourself. Yang buku Aspergilla biasanya eitemukan di Kinokuniya atau Periplus, atau kalau mau search ebooknya juga ada kok :) kalau kesulitan bisa email ke saya. Saya coba bantu dengan linknya

    BalasHapus
  3. Ohya ini daftar buku2nya http://catatankoas.blogspot.com/2012/01/ngapain-kamu-masih-belajar-bahasa.html

    BalasHapus

Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: