Kamis, 13 Agustus 2009

Saya dan Buku Kedokteran

Di Tahun Pertama

Saya masih ingat dengan jelas, ketika itu saya hanyalah seorang mahasiswa semester pertama yang baru segar-segarnya lulus dari SMA. Baru saja mengecap kegiatan ospek di universitas dan mengenyam kelas pertamanya di fakultas kedokteran.

Kemudian masuklah kakak-kakak kelas yang dengan senyumannya menawarkan menjual buku-buku kedokteran. Ya, buku. Sesuatu yang saya senangi, buku apapun itu. Namun saya agak terheran juga, banyak sekali yang menawarkan buku-buku seperti buku atlas anatomi, buku teks fisiologi, buku embriologi, bahkan ada yang menawarkan buku praktikum anatomi. Konon katanya, buku ini akan terpakai pada "masa-masa awal preklinik". Padahal, kalau dilihat dari sisi rasionalnya, saya adalah mahasiswa yang baru saja akan mengecap biologi, fisika, kimia. Sedangkan ilmu biomedik dasar seperti anatomi baru saya ambil di semester kedua.

Saya masih ingat kata-kata "a must" untuk buku-buku itu. Karena saya pecinta buku, dan konon pengalaman kakak-kakak kelas yang "sudah menggunakan" buku itu. Belilah saya buku, walau saya tidak beli semuanya. Saya masih ingat jelas, kamus kedokteran Dorland yang tebalnya ajudbilah, buku atlas Sobotta yang mahalnya bukan kepalang (1 jutaan!), kemudian buku-buku yang sekarang malah menjadi bahan senyuman saya. Ya ampun, saya tidak mengerti isinya. Pada saat itu saya juga dengan bodohnya (atau pintarnya?) membeli dua buku dengan dua versi yaitu fisiologi Lauralee Sheerwood edisi 2 bahasa Indonesia dan edisi 5 bahasa Inggris. Karena saat itu saya menyadari, istilah yang dialihbahasakan begitu asing. Hingga sampai saat ini saya rasakan, bahwa kebanyakan buku kedokteran yang dialihbahasakan ke Bahasa Indonesia menjadi buku yang sulit ditelaah. Bukannya tidak mencintai bahasa negeri, namun perasaan ini sulit.

Kini?

Namun kebiasaan saya membeli buku kedokteran terus ada hingga kini. Menyadari bahwa belum (belum ya, bukan tidak) semua dibaca. Saya menyimpan paling tidak satu buku untuk satu ilmu. Walaupun belum lengkap. Saya mengoleksi buku mulai dari buku-buku kedokteran bekas yang harganya cukup miring, sampai fotokopi dari perpustakaan. Saya sadar bahwa saya tidak bisa membeli buku dermatologi 1 jutaan, tapi dengan sedikit membajak bolehlah.

Sebelum saya sudah menyebutkan kesadaran saya bahwa "belum" semua buku saya baca dengan dalih bahwa "suatu saat" akan saya baca. Hm, ya apakah akan terjadi?

Untuk Apa?

Membeli buku bukan untuk gengsi-gengsian, walaupun ada pendapat umum bahwa mahasiswa kedokteran adalah mahasiswa yang paling dekat dengan buku. Bahkan dengan jas dokter putih, tampaknya belum pol, seorang mahasiswa kedokteran jika tidak membawa buku -paling tidak sebuah buku tebal.

Selama menjalani orientasi klinik di kepaniteraan umum, ada sesuatu yang saya dapatkan. Bahwa dalam kedokteran, yang kini diarahkan ke dalam kedokteran berdasarkan bukti (KBB, atau EBM dalam bahasa Inggris), dokter dituntut untuk berbicara atas dasar, tidak bisa atas pendapat atau opini dalam rasionalisasi tindakan. Bahkan begitu pula dalam mahasiswa. Ketika menjawab sesuatu, harus ada referensinya. Maka, sepertinya buku-buku ini juga akan membantu saya dalam mencari referensi.

Sebenarnya ada juga satu impian. Bahwa suatu saat ketika koleksi ini sudah cukup mumpuni, saya bisa memiliki perpustakaan pribadi, paling tidak di dalam rumah. Tidak harus hanya buku kedokteran, namun tampaknya bidang inilah yang akan mendominasi. Kini buku yang ada berderet di dua lajur rak buku saya. Dan tampaknya saya masih harus menambah lajur ketiga.

Di perpustakaan FKUAJ ada ruangan khusus koleksi Prof. Sidharta. Kagum dengan koleksi-koleksi beliau.

Saya tampaknya tidak dapat hidup lepas dari buku-buku.

5 buah diagnosa diferensial telah diberikan:

  1. iya, Hau.. blum semua lu baca.. bukan tidak di baca.. ditekankan amat.. jangan jangan... wkwkwkwkwk..

    btw.. merasa kehilangan negh kalian panum dan ko-ass semua.. balik preklinik dong...

    BalasHapus
  2. buku kedokteran itu,,b.inggris semua ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang terupdate jelas bahasa inggris. Yang terjemahan Indonesia biasanya terlambat 1-2 edisi.

      Hapus
  3. Terimakasih atas ceritanya yang sangat menggugah perasaan. Buku-buku kedokteran bisa anda dapatkan sekarang secara lengkap di https://www.belbuk.com/kedokteran-c-1-447-279.html. Trimakasih banyak.

    BalasHapus

Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: