Kamis, 13 Mei 2010

Nadir

Hai sang kelam
Kini aku terbaring
Menatap langit-langit
Yang tanpa noda, tanpa cercah
Dan aku pun ingin seperti itu

Aku melirik kepadaku yang tiada berada
Ketika ku hening sejenak
Seberkas apa yang kupunya
Gegap gempita harta?
Keelokkan paras?
Seuntungnya itukah diriku?
Sekuat Pangrango-kah?

Sesirna itukah aku
Aku nan lara
Bahkan angin pun tertawa pilu
Aku nan terkulai

Aku kembali melirik kepadaku yang tiada berada
Yang mengais sedikit kesempurnaan
Bahkan rintih menjadi tak berarti
Aku mengasah asa dalam puruk

Oh asa, demikiankah aku?
Demikian sulitkah?
Tak bisakah sejuk semilir hadir?
Tak dapatkah hingga titik nadir?

Aku kembali kepada langit-langit
Aku pun merindukannya
Dan tetaplah hati ini takkan lelayu

Semarang, 13 Mei 2010

0 buah diagnosa diferensial telah diberikan:

Posting Komentar

Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: