Senin, 27 November 2006

Menjadi Dokter, Tulisan Seperti Ini??

Saya ingin menuangkan unek-unek di tengah sepinya malam >.<


Saya baru selesai merapikan tugas IMD! Giling.... dari jam 19:00 tadi. Tiga jam hanya untuk mengedit dan meringkas. Sebenarnya banyak yang saya mau komentarkan di sini...


Saya sempat down saat mengedit salah kerjaan rekan saya... saya tidak tahu apakah saya yang salah atau bagaimana. Mengenai tata bahasa, terutama penggunaan tanda baca. Tanda baca dipasangkan dimanapun bisa dipasangkan dan malahan dipasangkan secara ireguler dan untungnya tidak ireversibel. Tanda koma yang seharusnya bersatu dengan kata sbeelumnya menjad kacau balau. Hm, saya agak risih juga... kerjaan dua kali. Tapi kembali dengen mekanisme defensi (patologiskah?), "memang tugas saya sebagai editor". Sebenarnya kalau dikerjakan lebih teliti akan meringankan editor toh? tapi saya berpikir lagi, bagaimana kalau dibalas "editor, masa makan gaji buta?" Dooong....


Kemudian maslah plagiatisme... Saya merasa gimana ya... ketika sudah senang akhirnya bahan terkumpul semua. Kemudian salah satu rekan memberi sumbernya. Apa yang mau dikata, sumber tersebut adalah hasil kerjaan orang lain dari angkatan lama. Lalu saya sempat tak percaya dan bertanya lagi "yakin file itu?", "iya", "salin mentah2?", "terserah loe deh". Dooooooonggggg!!!!! (Sorry yang ini terpaksa harus dituliskan atau dideingungkan sehingga Anda harus menutupkan pinna telinga ke arah anterior). Terserah gw? Hey wake up!!! Saya editor di sini, bukan penulis. Dan melihat plagiatisme, saya memang nggak tahan. Saya pun harus turun tangan untuk memodifikasi tulisan yang mudah-mudahan tidak terlihat plagiat. Suatu hal yang saya perkirakan adalah file tersebut dapat jatuh ke anak lain dan akan menjadi tidak lucu kalau ternyata hasilnya sama. Saya menggelengkan kepala....


Saya sedikit merenungkan kata-kata dr. Sintak mengenai kebiasaan orang Indonesia untuk menulis. Menulis itu... sebegitu sampahnya kanh hingga kita pun harus meniru karya orang lain? Di mana rasa respek terhadap hak cipta? Dimana respek hak intelektual? Inikah kaum intelektual? samakah kaum inteletual dengan kriminil? Hey... hey...


Mungkin berangkat dari saya yang dianugerahi sedikit nafsu untuk menulis (thanks, Jesus). Bukan menyombongkan diri (walau mungkin ada unsur atau tendensi ke arah itu), menulis adalah hal yang menyenangkan. Menulis puisi, prosa, dan bagi saya puncaknya adalah ketika tulisan menghasilkan uang. hampir satu juta (belum mencapai) ketika tulisan fitur saya mengenai Final Fantasy ditampilkan pada satu majalah game Indonesia. Setelah itu saya terus menulis hingga ke volumenya yang ke-4. Sebuah tulisan berangkat dari hobi.


Lupakan tulisan itu, kembali ke jalur intelektual. Tulisan ilmiah... Tugas kuliah adalah tulisan ilmiah. Saya rasa semua setuju. Pengalaman saya memang sangat minor dalam hal ini kecuali saat di kelas 1 SMA bersama rekan saya menulis karya ilmiah "Fermentasi Berbagai Macam Sari Buah Menggunakan Kultur Murni Saccharomyces cereviseae" Apakah benar penulisan binominal nomenclaturnya?


Saya sendiri berharap, suatu saat saya bukanlah menjadi dokter yang hanya bisa menulis resep obat saja....


*Perhatian, bagi yang merasa sosoknya terilustrasikan di blog ini, ini adalah fakta yang terjadi di benak saya selama tiga jam. Jika merasa marah, salahkan benak saya yang semi otonom dan jangan salahkan diri saya. Mempersiapkan truncus sympaticus?

0 buah diagnosa diferensial telah diberikan:

Posting Komentar

Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: