Rabu, 24 Juni 2009

Antara Realita dan Pikirannya




Ketika pikiran ini menerapa mengusik kenyataan hidup seorang anak muda.
Mengganggu langkah-langkah hidupnya.
Menerpa sukma dan raga.
Meliukkan rangkaian kisi-kisi hidup.
Ketika rasa dalam hatinya pedih dirasa.

Ketika dunianya kian diciptakan.
Luapan rasa berontak menghentak begitu keras.
Mengapa dia begitu, pikir anak muda.
Mengapa semua berbuat begitu kepadanya?

Anak muda ini tidur dalam kekacauan khaos tak terkira.
Tinggal dalam hembusan bayu yang kering.
Meretakkan tali asa.
Membunuh akal budinya.

Anak muda ini melihat dunia begitu aneh padanya.
Anak muda ini hanya dapat tersenyum tanpa makna.
Tidak apa-apa, pikirnya.
Ini sudah biasa, harapnya mimpi indah akan tiba.

Sebuah ketidaknyamanan menghampiri kepala anak muda ini.
Sebuah rasa risih dan kerisauan yang mendalam.
Bermimpi dalam menggambarkan suatu keadaaan.
Suatu hal yang sebenarnya hanya dalam pikirannya.
Sebuah hal yang hanya menjadi bayang-bayangnya.

Persetan semua, terlintas di akalnya.
Ada apa dengan diriku?
Ada apa dengan pikiran-pikiranku?
Menyempit, menyusut, membuntu.
Mengapa aku menjadi seperti ini?
Mengapa aku menjadi tumpul terhadap perasaanku?
Aku menjadi perasaan keduaku.
Aku hidup dalam duniaku yang lain.
Pikiran lalim ini menjadi pahat tertohok.
Aku tidak kehilangan kewarasan, bukan?

"Oh Tuhan,"
Aku adalah orang bodoh yang mencariNya hanya di kala aku jatuh.
Kemana aku dikala aku di atas?
Kemana aku dikala aku bergembira?


Anak muda kian tersungkur
Menyesali hingga tiada akhir
Namun hasrat bangkit kian terbakar

Anak muda, kau harus lepas
Buang jauh-jauh segala kekhawatiranmu
Kau tak hanya bisa bermain dalam pikiranmu
Ketika realita belum kau tekuni
Ketika orang-orang belum kau tanyai
Bangkitlah hai anak muda
Engkau tidak boleh terus terpuruk


Oh Tuhan....



*Dituliskan pada 24 Juni 2009
oleh Valentinus Andreas Erick Haurissa

0 buah diagnosa diferensial telah diberikan:

Posting Komentar

Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: