Sabtu, 20 Juni 2009

Menjelang 200961

Mungkin masih teringat dulu saya adalah hanya anak SMA, anak baru gede. Anak yang baru diperkenalkan dengan lika-liku dunia dewasa. Anak yang baru membuka mata.

Saya masih ingat betul ketika kami diberikan dua buah jalan yang akan membuka jalan masa depan kami. IPA atau IPS. Dua buah jalan yang kami harus hadapi menjelang naik ke kelas XI SMA. Saya saat itu sudah mantap mengambil IPA, dibandingkan saya harus IPS. Walaupun menurut tes potensi akademik, saya bisa kemanapun. Saya akhirnya masuk IPA dengan berbagai pertimbangan. Dan dengungan masuk fakultas kedokteran pun menjadi bergaung. Saya pun masih ingat bagaimana dulu belajar untuk Ujian Masuk Perguruan Tinggi di Universitas Atma Jaya. Padahal saya sudah diterima di PMDK Universitas Tarumanagara, karena alasan keuangan yang tidak bisa dikembalikan saya melepaskannya. Keuangan menjadi penting karena biaya yang sudah disetorkan akan tidak bisa ditarik kalau diterima di SPMB. (SPMB saya gagal masuk ke Universitas Indonesia, padahal saya diterima di pilihan kedua PTN saya.)

Saya masih menyimpan file pengumuman masuk gelombang I UAJ, 2005-60-0481 diterima masuk ke FKUAJ. Semua anak CC'05 yang mengajukan ke FK, diterima. Kami, anak CC'05 berbondong-bondong, 5 orang menaiki ke Sarinah untuk naik bus ke Semanggi. Masih teringat juga salah satu rekan harus merelakan dirinya sebagai mahasiswa FK karena lemah warna. Sungguh, sebuah perjuangan yang sebenarnya tidak terlalu berat, namun berkesan.

Menyandang mahasiswa FK pun menjadi sebuah predikat yang cukup membanggakan. Belajar ilmu-ilmu yang berat. Saya ingat dulu betapa sulitnya belajar biologi molekuler. Betapa hebohnya belajar dan ujian biokimia.

Saya masih ingat, kepanitiaan pertama saya yang gagal, Charity Night 2006. Namun tidak mengendurkan kepanitiaan dan organisasi. Masuk ke dalam AToMA, Senat Mahasiswa FK-UAJ, dan Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI). Betapa suatu pengalaman, karena di FK-UAJ inilah saya berkesempatan ke Malang dan Medan. Karena ada kesempatan, terjadilah.

Dan kini saya adalah mahasiswa dipersimpangan jalan. Tidak kurang dua minggu saya akan berganti nomor mahasiswa. Saya akan melepaskan kaos dan jins pre-klinik, menjadi snelli dan celana bahan mahasiswa klinik. 2005-60-076 akan segera habis masa jabatannya.

Batu loncatan ini menjadi sebuah pemikiran bagi saya. Apakah benar saya sudah mempersiapkan dengan baik 4 tahun ini untuk masuk ke klinik. Banyak wejangan dari dr. Pangkuwidjaja yang beberapa saya serap. Saya terus membangun fondasi paradigma Non Scholae sed Vitae Discimus. Saya tidak bisa belajar untuk ujian, tetapi belajar bagaimana untuk hidup saya sebagai dokter.

Terkadang rasa rendah diri menyeruak di dalam hati. Saya sudah lupa kuliah Patologi dasar, saya lupa nama obat, bahan neurologi pun saya lupa. Saya mencari cara, bagaimana saya bisa bertahan di dalam masa studi baru ini. Saya tidak ingin masuk klinik dengan "kepala kosong".

Ini pun timbul dalam masa saya selama ujian akhir semester ini... Semoga tidak menganggu ujian semester ini. Mudah-mudahan...

0 buah diagnosa diferensial telah diberikan:

Posting Komentar

Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: