Minggu, 26 Desember 2010

Setelah Koas, Belajar Bahasa!

Saya dan rekan-rekan saat studi Bahasa Jerman di Goethe Institut Internationes Jakarta, Menteng.
Kalau tidak salah ini tahun 2003-2004!

Saya tiba-tiba ingin sekali menulis tentang ini. Ya, mungkin ini adalah tulisan mengenai hal-hal yang akan segera datang (Yeay!) paling tidak kurang dari 1 tahun mendatang. Artinya? Setelah saya menyelesaikan studi di Kepaniteraan Klinik ini. Mengapa harus setelah koas? Ya, koas ini secara tidak langsung mengubur beberapa impian saya, membuat hal-hal tidak bisa saya lakukan dalam masa ini. Ya, artinya hal-hal ini sudah terkubur selama 1,5 tahun terakhir. Saya sangat tidak sabar menunggu pertengahan 2011, dan artinya saya akan "bebas". Hahaha!

Pertama, saya sangat ingin melanjutkan kembali mempelajari kembali bahasa-bahasa, terutama beberapa bahasa yang saya rasa tanggung. Ya dulu sempat mempelajari beberapa tata bahasa sederhana. Saya ingin sekali melanjutkan lagi belajar bahasa Jerman, bahasa Mandarin, belajar bahasa Tio Ciu (Masak orang Pontianak, Tio Ciunya amburadul?), bahasa Jepang, bahasa Tagalog, dan ada keinginan untuk satu dari bahasa Eropa Selatan (Italia, mungkin?) dan satu bahasa Eropa Timur (Rusia!).

Saya kembali terinspirasi dari salah satu pengguna Youtube, loki2504, yang belajar banyak sekali bahasa dan dia bisa mempraktikkan dengan lancar. Seandainya, saya bisa seperti dia! Ingin sekali bisa seperti dia.

Hingga kini yang lancar saya hanya bisa Bahasa Indonesia (Hiks) baik untuk berbicara, menulis, dan mendengar serta menulis ilmiah. Bahasa Inggris ya kalau membaca buku teks kedokteran masih bisa, tapi berantakan juga kalau disuruh presentasi ilmiah (Jadi ingat presentasi Emergency Case Report ketika di stase Bedah). Kelompok bahasa Mandarin menjadi suatu impian juga untuk dikuasai, ya karena saya keturunan Tionghoa, paling tidak saya harus bisa juga. Bahasa Jepang sedikit-sedikit tahu kana (itu dulu, sekarang lupaa... ) karena kekerapan menonton anime. Bahasa Jerman, karena dulu terlanjur bahasa belajar resmi di Goethe. Bahasa lainnya menjadi keinginan.

Saya memang berusaha mempelajari secara otodidak, mendengar melalui ipod (sekarang ipodnya diwariskan ke adik saya). Koleksi beberapa buku belajar bahasa pun ada. Namun waktu tidak ada... Yang ada pulang ke rumah setelah koas, capai, dan tidur. Atau kalau tidak mengerjakan tugas. Hemmm, impian itu masih ada, dan sempat terkubur dan terlupa. Tetapi sejak melihat video dari loki2504, mimpi itu kembali bangkit.

Mungkin Anda bertanya mengapa susah-susah belajar bahasa? Saya juga sulit menjawabnya. Bagi saya sangat menarik belajar bahasa, dan itu sangat membuka wawasan yang ada di luar ilmu berbahasa lokal. Dan ternyata saya baru menyadari bahwa ini juga berhubungan dengan salah satu impian saya lainnya (setelah koas, tentunya) yaitu menjelajah, berpergian, keliling dunia. Semoga mimpi itu tetap ada!

0 buah diagnosa diferensial telah diberikan:

Posting Komentar

Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: