Kamis, 31 Oktober 2013

Memaknai Kematian ala Ahok

"Mati adalah Keuntungan" - Basuki T. Purnama (Ahok)

Kematian mungkin menjadi hal yang tabu untuk dikisahkan. Kematian mungkin adalah hal yang sedemikian buruk ketika semua orang ingin menghindarinya. Dan apalagi bila disandingkan dengan keprofesian sebagai dokter, ada yang mengatakan dokter berusaha "melawan" kematian.

Ketika kita berpikir, mengapa kematian itu harus sedemikian ditakutkan? Apakah ia memberikan luka duka yang sedemikian dalamnya? Apakah ia membuat seseorang tak lagi hidup? Apakah ia membuat seseorang tak bisa lagi merasakan hasrat keduniawian?

Dalam agama yang saya percayai, Katolik, bahwa "hidup" di dunia ini adalah hal yang bersifat sementara. Di mana kita mengerjakan dan berkarya, hingga ajal menjemput dan masuk ke dalam kehidupan kekal. Jadi jika menurut Katolik, "hidup" dan kehidupan kekal adalah hal yang setara dan tidak ada yang patut untuk ditakutkan.

Begitu pula yang selalu diutarakan Ahok dalam setiap kesempatannya. Ia selalu mengatakan bahwa ketika ia kelak mati dalam tugas bernegara, tidak ada yang perlu ia maupun keluarga sesalkan. Ketika ia telah hidup, mengerjakan segala tugas dan kewajibannya sesuai dengan aturan negara dan agama, untuk apa kita takut untuk mati? Jika suatu saat Ahok mati, ia ingin dikebumikan di Belitung dan ia mita dituliskan kalimat di atas pusaranya, "Mati adalah Keuntungan."

Begitu beraninya Ahok mengumbar soal kematian? Salah satu hal logis yang ia katakan adalah saat kita hidup inilah kita bisa mengungkapkan apa yag kita pikirkan tentang kematian. Adakah orang yang telah mati dapat mengirimkan pesan-pesan terakhir kepada orang yang hidup? Masuk akal. Jadi, hendaklah berbicara soalnya tidak dianggap tabu. Kematian adalah hal yang alamiah dan akan terjadi kepada segala makhluk di bumi ini, bukan?

Apakah kita perlu takut untuk mati muda, seandainya garis hidup kita demikian? Ahok menjawab dengan perumpamaan yang cerdas. Ia mengatakan lihat saja Bruce Lee dan Marilyn Monroe, ia mati dengan kenangan postur muda yang begitu baik. Orang akan mengenang kita sesuai dengan apa yang kita telah kerjakan, bukan karena panjangnya usia kita.

Pemaknaan kematian ala Ahok ini membuat saya berpikir kembali, bahwa kematian adalah yang biasa di dunia ini. Tinggal bagaimana kita dapat berbuat dan berkarya di dunia ini sebelum kita menghadapi pengadilan terakhir setelah roh ini tak terkandung lagi dalam badan.


Addendum: 
(Bagian ini boleh dilewatkan bagi pembaca yang tidak tertarik tafsiran Alkitab).

Ternyata kutipan "mati adalah keuntungan" ternyata adalah kutipan Alkitabiah (Thanks to Chieka!) Ini diambil dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi (Phillipians 1:21). Dikatakan, "For to me life is Christ, and death is gain." yang terjemahannya, "bagiku (aku di sini berarti Paulus) Kristus adalah hidup dan kematian adalah keuntungan."

Karena saya bukan ahli tafsir Alkitab, saya ambil tafsiran dari Little Rock Catholic Study Bible. Filipi 1:19-25 secara keseluruhan adalah jawaban debat Paulus atas makna kemartiran (pengorbanan) terhadap karya misinya. Ia mengatakan bahwa Kristus berada di segala pusat dirinya, baik dalam hidup dalam nama Kristus, dan kematian berarti menyatu dengan Kristus.

0 buah diagnosa diferensial telah diberikan:

Posting Komentar

Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: