Rabu, 26 Februari 2014

Resensi Lightning Returns: Final Fantasy XIII

Beberapa hari belakangan ini saya kekeuh untuk segera menyelesaikan game ini. Ya, game ini saya baru beli minggu lalu ketika di Jakarta dan segera dimainkan ketika pulang ke kampung halaman. Ya, mau tak mau, PS3 saya di Pontianak :P. Lagipula beberapa hari ke depan saya akan resmi bekerja di rumah sakit. Entah apakah ritme kerja ini tetap dapat menyempatkan saya untuk menyalakan PS3 saya (dan TV HD yang baru demi PS3).



Ya, Lightning Returns: Final Fantasy XIII (LR). Saya memang cukup lama mengenal seri ini, mendarah daging. Saya memainkan hampir semua seri utamanya (kecuali game-game spin-off-nya dan seri online yaitu FF XI dan XIV).

Grafik

Sejauh ini saya puas-puas saja dengan grafik seri kisah Lightning dari awal hingga ketiga ini. Saya sendiri memang tidak banyak memainkan game PS3, maka tanpa membandingkan game lain, saya puas-puas saja. Namun memang art design LR ini lebih detail bila dibandingkan dengan seri sebelumnya. Saya paling suka melihat detail dalam pakaian kebesarannya Vanille :P.

Cerita

Jujur saja, seri FF XIII ini -sebenarnya- memiliki cerita yang cukup kompleks, mulai dari masalah mitologi dewa-dewanya, dunia Mortal World dan Unseen World, kemudian ditambah masalah paradoks waktu di FFXIII-2, dan kemudian detik-detik terakhir dunia di LR. Hal ini baru saya ngeh ketika kembali menyimak kompendium kisah ini di FF Wikia. Namun dari game-nya sendiri, atau dari dialog game, sangat sedikit. Kita harus rajin menyimak di Datalog, Fragmen-fragmen, dan menyimak cerita-cerita lain yang diluncurkan setelah itu seperti FFXIII: Episode Zero, FFXIII: Episode i, dan berbagai tambahan yang hanya ada di Ultimania.

Apalagi di LR, dialog-dialognya amat melodrama. Pacu ceritanya sangat datar. Memang dari berbagai sumber, karakter Lightning di seri ini memang dibuat agak kurang-emosional -mungkin karena tuntutan cerita-. Saya akui bahwa saya sendiri agak lemot memahami cerita LR dan apalagi dikompilasi dengan seluruh 2 seri sebelumnya.

Gameplay

Konon kita perlu punya manajemen waktu yang baik dalam memainkan game ini. Dalam game ini, Lightning berpacu dengan waktu 24 jam yang berputar dan diberi maksimal 13 hari. Setiap pukul 6 pagi, Lightning akan dipanggil lagi untuk menghentikan kegiatannya.

Secara umum, kalau bermain gamenya sekedar memenuhi main quest dan kebanyakan sidequest, waktunya cukup-cukup saja. Namun kalau terobsesi melengkapi semua quest, cukup menantang juga. Tapi konsep ini bagi saya agak menyebalkan, kurang bebas bergerak karena dibatasi hari. Namun quest ini tetap harus dilakukan karena sumber utama untuk menaikkan status Lightning.

Konsep battle di LR cukup menarik karena kita mengostumisasi berbagai ability yang kita punya dengan kostum, seperti yang terjadi pada trio YuRiPa di FF X-2. Namun sulitnya, kita tak jarang mengubah sana-sini hanya untuk satu monster saja, belum lagi kalau melawan boss. Namun hal ini diselamatkan dengan fitur aneh juga yaitu fitur escape alias kabur dari battle agar kita bisa kembali membongkar pasang strategi perang. Namun escape ini bukan tak ada penalti (untuk normal mode dan hard mode).

Musik

Sampai sekarang saya tidak mengerti, kenapa hanya OST FF VII sampai X yang selalu dapat saya kenal hingga saat ini. Namun seri FF XIII ini saya sulit mengenalinya. Walau bagi saya kedengarannya kurang catchy, namun memang OST dari LR ini banyak variasi aliran musiknya. Satu-satunya OST yang saya suka dari LR adalah OST Noel dan Yuel. :D

Kesimpulan

Saya dapat mengatakan bahwa LR ini adalah game yang baik. Namun bukan game yang luar biasa kalau dibandingkan seri Final Fantasy klasik lampau. Tampaknya Square Enix mengusahakan suatu perubahan ciri khas FF yang saya agak dikecewakan di 3 seri FF XIII. Walau demikian, saya masih berharap banyak di FF XV kelak.

Nilai Akhir 3,5 / 5 (not bad!)

2 buah diagnosa diferensial telah diberikan:

  1. Wkwkwkwkwk!
    Sama-sama buat review Lightning Returns. XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya dong, ga mau kalah gw hehehehe… Ini juga buru2 banget mainnya v3 hehehe

      Hapus

Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: