Pagi2 kita sudah harus buka mata, pergi mandi, sikat gigi, mana masih ngantuk
Tapi yang namanya koas mana pernah bisa tidur puas
Tanpa sarapan pagi, ku tetap langkahkan kaki menuju Rumah Sakit tempatku berbakti
Tempat kerja mana tidak pernah digaji
Okodong..
Padahal eyk sarjana kedokteran Tapi cuman dihargai dengan nasi rantangan
Eyk bertugas dalam bangsal berbau tengik
Dimana pasien yang masuk akut jadi kronik
Kumulai follow up hitung nadi dan napas, auskultasi pake stetoskop
Selanjutnya nulis resep lanjut terapi
Sambil nunggu visite dokter dikamar ini
Tiba2 perawat mengetuk pintu, itu tandanya ada pasien baru
-Kutipan dari Eppink-Laporan Jaga Malam
Lagu ini adalah lagu lawas yang sudah berkibar di dunia lagu indie 2 tahun silam. Konon, pengarang yang adalah seorang koas yang menjalankan pendidikannya di FK UNHAS Makassar. Yup saat saya pertama mendengar lagu ini di pre-klinik sepertinya hanya sebuah guyonan. Namun dua tahun kemudian, ketika saya menjalani minggu ke-10 pada pendidikan klinik saya, inilah kehidupan baru, demikian pikir saya.
Lagi-lagi, menjadi seorang koas bukanlah hal yang mudah. Penuh pergolakan hati -terus terang saja-. Ketika seorang sarjana kedokteran baru dihadapkan dunia yang 180 derajat berbeda dengan apa yang dialami selama 4 tahun belakangan. Persoalan mungkin tak hanya berkisar mengenai adaptasi yang dangkal. Adaptasi sedalam-dalamnya diperlukan. Terkaget-kaget? Mungkin saja.
Banyak hal yang saya alami yang jauh dari saya yang alami sebelumnya. Berbagai neohabitus (kebiasaan baru) timbul dalam diri saya.
Keseharian
Keseharian jelas berbeda dengan anak preklinik yang datang untuk mendengarkan kuliah, dan terpaksa kalau mengantuk bisa mengambil baris belakang untuk sekadar menutup palpebra (tidur). Namun koas? Datang sudah harus lebih pagi, bukan, lebih subuh. Dan seketika tiba di rumah sakit, sudah harus SOAP pasien dan kemudian menunggu untuk konsulen datang. Sementara itu, di kepala sudah melayang-layang kira-kira pertanyaan apa yang akan muncul saat visite.
Biasanya setelah visite dilanjutkan dengan kegiatan rutin, entah itu menjaga poli atau bangsal, hingga pukul 14:00 (yang tertulis). Dan pulang ke rumah, mulai mencari jawaban PR yang diberikan dosen dan... tanpa terasa sudah menginjak malam dan mata dengan spontan tertidur. Dan... sebelum ayam berkokok, orang lain di rumah bangun, alarm sudah berbunyi.
Berbeda keseharian dulu yang masih bisa membaca headline koran yang dilempar oleh tukang koran pada (05:30 pagi). Atau menonton berita malam di teve saat rehat malam (bahkan saat Gempa Padang dulu saya mengetahui 1-2 hari setelah kejadian!). Membaca buku-buku non-medis. Atau menyentuh PSP? Semua sudah amat sangat jarang terjadi lagi. Dan waktu luang sisa di hari sabtu minggu (dengan catatan kalau tidak ada jaga malam atau kerjaan cito -mendadak), badan ini meminta tidur, tidur, dan tidur. Bahkan tidur menjadi sarana relaksasi tertinggi.
Neohabitus, jalani saja ya?
Selasa, 17 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 buah diagnosa diferensial telah diberikan:
Posting Komentar
Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: