Kamis, 20 Mei 2010

Catatan Kuliner Koas Forensik (2-tamat)

Ternyata oh ternyata! Saya masih memiliki hutang untuk menulis lanjutan Catatan Kuliner Koas Forensik. Yup, memang di minggu kedua hingga keempat di Semarang, saya tak mampu lagi makan segencar di minggu pertama. Mengapa? Soalnya mulai kismin (baca: miskin, uang yang ada jauh berkurang). Tapi beberapa catatan ini, mungkin bisa menjadi pertimbangan bagi Anda, terutama koas yang akan bertandang ke Semarang. Mari mas!

  • Semawis. Semacam festival jajanan di Pecinan Semarang. Hanya buka di Malam Sabtu hingga Malam Senin (Jumat Malam hingga Minggu Malam). Makanannya beragam, dari nasi campur, siomay, hingga mie cool. Mie cool? Ya, itu semacam es sirop dengan jelly berbentuk mie, jadi memakannya pun harus menggunakan sumpit.
  • Dim Sum All You Can Eat di Restoran Mutiara. Lokasinya di Setiabudi, di sebelum Pom Bensin Gombel. Yang asik, pandangan restorannya bisa melihat hamparan kota Semarang yang lebih rendah. Restoran ini berada di atas bukit. Dim Sumnya overall lumayan, hakau-nya lezat. (Saya pecinta hakau). Namun sayang, somai-nya masih kurang enak. Harganya hanya dimsum (tak termasuk bubur) adalah 45.000++ dengan 10 porsi/orang dan order hingga 18:00 WIB.
  • Roti Swiss. Langganan saya yang ada di Jalan Gajahmada. Favoritnya: Kue spons durian. Hmmm...
  • Nasi Ayam Bu Wido. Ada di jalan ke arah Karanganyar Loyola, di sebelah Roti Swiss. Rasanya lumayan (menurut saya lebih enak Nasi Ayam Bu Nyoto di Mataram), Harga 5000.
  • Soto Neon. Saya lupa nama daerahnya, tetapi dekat Loyola. Yang enak ya, nasi sotonya. Dan favorit saya yang kedua adalah tahu gimbalnya (mirip ketoprak (?))! Yummy! Basonya biasa saja menurut saya. Harga soto sekitar 6000, tahu gimbal 9000.
  • Pondok Makan 78. Ini ada di depan Kariadi, sederetan dengan Mie Lampung dan Rumah Ijo. Rasanya lumayan, kalau merasa bosan dengan Mie Lampung atau Rumah Ijo. Entah mengapa, saya cukup senang dengan Nasio Goreng Kornetnya! Tapi kelemahan dari rumah makan ini, masaknya lammaaa....
  • Nasi Goreng Ayam atau Nasi Gongso Bu Pawon, masih di Jalan Kariadi, di dekat toko galon air Biru. Rasanya enak! Beneran. Ayamnya juga banyak. Dan mungkin resep enaknya adalah, ibunya masak porsi per porsi, tidak rombongan. Tapi jeleknya, ya jadinya lama. Harga per porsi nasi goreng ayamnya 7000.
  • Warung Pecel Bu Sumo. Ada di depan kantor Golkar Jateng. Warungnya sih sederhana tapi ramai, tampaknya warung ini memiliki legenda sendiri. Rasanya lumayan, apalagi bila dihidangkan dengan bakwan hangat. Hmmm... Harga pecel sekitar 5000-10000 tergantung dari ragam isi-nya. Bisa ditampah empal, dan lainnya.
  • The Hills. Ada di dekat perumahan Bukit Sari daerah Gombel, tepatnya di Jalan Bukit Bisma. Lingkungannya sih luar biasa, melihat kota Semarang dari atas, dan restoran yang asik untuk berpacaran (sayang sekali saya tidak bisa menikmatinya hahahaha). Namun, makanannya sendiri mahal dan tidak worthed, apalagi untuk kantong mahasiswa. Begitupula dengan cita rasanya, terlalu biasa. Jadi menurut saya, hanya lingkungan dan suasananya saja yang bisa dinikmati.
  • Kampung Laut. Lokasinya di Puri Anjasmoro, Semarang Utara. Lingkungannya bagus, mengingatkan saya pada Bandar Djakarta di Ancol atau Sei Kakap di Pontianak. Tapi harganya mahal dan rasanya tidak begitu luar biasa. Bahkan D'Cost di Jakarta, masih sebanding!
  • Pujasera Manggala. Ya semacam foodcourt di perempatan jalan. Suasananya lumayan untuk berkumpul, diiringi musik hidup. Yang menarik adalah restoran Hiu Segara, ada berbagai macam menu hiu. Favorit saya: Hiu Goreng Tepung!
Mungkin demikian apa yang bisa saya dokumentasikan. Dan... kalau ada yang punya catatan lain, monggo dikomentarin! Matur nuwun!

1 buah diagnosa diferensial telah diberikan:

  1. Haha ini isinya kuliner kayanya...

    Senang ya mengarungi dunia per-koas-an :p
    Penuh tawa, tangis, sampai darah...(pas di PD latian ujian pake darah ndiri >.<' )

    Good luck ya bozz :)

    BalasHapus

Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: