Selasa, 18 Januari 2011

Lagi-lagi Tentang Masa Depan Para Koas

Entah bagaimana pembicaraan para koas ini bisa bermula. Saat itu saya, dan dua rekan, I dan F tengah duduk membaca di depan kamar bersalin. Tiba-tiba muncul perbincangan tentang sesuatu yang namanya masa depan.

Mungkin rasa cemas ini pernah saya tuliskan di blog ini. Rasa cemas tentang "masa depan" muncul. Dulu ketika beranjak dari putih abu-abu menuju mahasiswa, menentukan pilihan menjadi dokter begitu membingungkan. Kemudian menjadi mahasiswa preklinik nan lugu menuju dunia koas, saya merasakannya kembali (Lihat, Jangan Ragu Lagi). Apakah itu suatu mekanisme transisi yang situasional, ataukah apa? Kini waktu terus berdetak, paling tidak untuk seratusan hari ke depan dimulai tanggal ini, saya pun selesai dari koas. Dan monster itu kembali menghantui. Saya kembali berpikir saya mau seperti apa masa depan ini? Sempat saya berpikir untuk PTT, studi lanjut. Mungkin hal-hal lain menanti seperti pernikahan, kemapanan hidup, dan lainnya.

Rekan saya F berceloteh, "Lu enak kali Hau. Lu cowok. Lu bisa menentukan sebebasnya dengan apa yang lu mau. Gw iri sama cowok." Apa yang saya tarik adalah masih banyak masalah-masalah lain di sana. Entah masalah gender, "umur", pernikahan, membentuk keluarga dan lainnya juga dirasakan oleh orang lain, terutama wanita? Tapi, begitu pula beban pun ada pada laki-laki, terutama bagaimana bisa menjadi kepala keluarga, memberikan nafkah.

Memang masalah begitu banyak. Banyak yang perlu timbang sana timbang sini. Sulit sekali membuat formulasi yang tepat. Saya sendiri memang sudah menyusun beberapa rencana setelah koas, namun lagi-lagi masih belum matang benar. Waktu sudah mulai mengejar.

Dan tak jarang pula saya bermimpi. Seperti rekan saya yang membayangkan, di suatu saat PTT di pulau yang tenang, penduduk yang ramah, dan makhluk koas ini menjelajah bumi. Saya sendiri membayangkan sungguh menyenangkan bila terjadi demikian. Namun sekali lagi ini adalah mimpi dan masih perlu pertimbangan (lagi-lagi) untuk menjadikannya kenyataan.

Masa depan ini masih dirasa buram, dan saya masih mencari di mana sang kacamata itu.
Tabik!

0 buah diagnosa diferensial telah diberikan:

Posting Komentar

Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: