Senin, 16 Desember 2013

Ini Mengapa Ahok (Kembali) Semprot TVOne


Pagi ini, ketika saya menyusuri linimasa twitter, saya kembali menemukan kicauan yang berbunyi “Ahok Kembali Semprot Wartawan TV One”. Wow, sungguh menarik. Bukan hanya karena saya sungguh salut dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini, namun ini adalah kejadian kedua kalinya setelah wawancara Ahok dengan wartawan TV One Andromeda saat Satu Tahun Jokowi-Basuki yang juga disiarkan secara langsung alias live.

Saya yakin, pasti Ahok memiliki alasan tersendiri mengapa ia berani melakukan hal ini. Bagi saya yang kerap mengikuti rekaman video-videonya di kanal Pemprov DKI di youtube, beberapa hal ini mungkin menjadi alasannya:

Pertama, Ahok memang memiliki sifat yang blak-blakan dan sesuai dengan konsep pemikirannya. Ia akan mengatakan apa yang harus dikatakan olehnya dan tidak ada yang disembunyikan. Walau demikian, apa yang dikatakannya bukan “asal cablak”. Saya dapat memastikannya dengan mengamati semua perkataannya dalam video rekaman tersebut. Apa yang dikatakannya tetap sejalan seirama di setiap kesempatan. Tidak ada perubahan makna atau pembelokkan konsep demi menyenangkan pihak atau sponsor tertentu.

Kedua, sebenarnya ia (dan termasuk saya) juga gerah dengan kualitas pertanyaan yang disampaikan oleh wartawan TV One di kedua kesempatan tersebut. Pada yang teranyar ini misalnya, wartawan ini tampaknya membuat pertanyaan yang tidak terkonsep dengan baik padahal topik yang tertera adalah tentang “Pencabutan BBM Bersubsidi”. Mungkin menit-menit sebelum video dimulai ada disinggung sedikit soal rencana kebijakan ini, namun nyaris 10 menit setelahnya, apa yang ditanyakan jauh melebar dari kepala beritanya, malahan bertanya tentang sistem transportasi secara makro, bahkan larangan masuknya sepeda motor ke rute yang dilalui bus tingkat yang dipancing oleh pewawancara itu sendiri.

Selain itu, apa yang ditanyakan oleh pewawancara sebenarnya pun sudah menjadi rahasia umum, misalnya tentang kapan pembangunan MRT selesai. Hal ini tidak perlu “diulang” lagi sebenarnya bukan?

Yang membuat Ahok kian naik darah adalah pertanyaan ulangan tentang “kapan penambahan bus akan direalisasikan dan berapa targetnya” untuk kedua kalinya. Padahal Ahok telah menjawab pertanyaan yang sama sebelumnya, dan pewawancara sudah membuat statement di awal, “Bis yang akan diperbanyak segera dalam waktu dekat.” yang berarti seharusnya dalam wawancara ini perihal penambahan bus ini dianggap sudah jelas. Lah, kalau sudah dikonsep sudah jelas, mengapa harus diulang lagi tentang hal yang sama, yaitu tentang kapan dan jumlah penambahan bus, pada enam-tujuh menit kemudian? Hal ini tentu tidak baik dilakukan oleh pewawancara, apalagi disiarkan secara langsung, karena dapat dianggap pewawancara tidak menyimak dengan baik, atau konsep wawancara live ini tidak terencana dengan baik.

Kualitas penanya ini memang agak jomplang, misalnya jika kita membandingkan dengan konten pada wawancara bersama Najwa Shihab di beberapa kesempatan, seperti di Mata Najwa. Sangat jauh.

Ketiga, saya pun tidak boleh bersyakwasangka apakah pewawancara telah membuat konsep sebelum wawancara dengan Ahok, namun beberapa tanggapan pewawancara pun tampak tak nyambung. Misalnya ketika Ahok memaparkan tiga hal yakni tentang pengadaan bus, rencana pengadaan sembako, sistem kesehatan dan pendidikan, rencana pasar rakyat. Sang pewawancara malah menanggapi dengan, “Itu tadi tiga di awal sudah dijalankan dan diberlakukan tapi masih dengan banyak kekurangan.” Kalau saya jadi Ahok, tentu saya pun berpikir, “Anda ini menyimak tidak penjelasan saya, bahwa beberapa ini rencana? Tetapi kok langsung didor dengan pernyataan negatif ‘masih banyak kekurangan’?”

Semua ini yang menurut saya akhirnya membuat Ahok menyemprot TV One. “Itu kelemahan TV One kalau nanya orang gitu loh. Saya ngomong jujur. Itu kenapa saya tidak begitu suka menerima TVOne untuk ngomong. Nanyanya itu agak konyol kadang-kadang. Saya ngomong jujur aja. Ini live, saya bilang saya kenapa tidak begitu suka TVOne karena suka cari gara-gara. Saya ditanya kapan, sudah saya jawab. Jadi nggak usah dipesan-pesan sponsor untuk dijawab sesuatu. Saya ngomong tegas di situ. Saya sudah jawab, kapan bus terus tambah. [...] Kenapa TVOne suka mengulang-ulang pertanyaan yang sama?” Kesempatan disiarkan langsung dan tak akan diedit inilah yang akhirnya digunakan oleh Ahok untuk mengungkapkan pendapatnya selama ini, mungkin tak hanya selama wawancara ini saja, tetapi sudah sejak lalu-lalu (misalnya konsep acara Debat yang pernah disinggung oleh Ahok saat semprotan pertamanya dengan wartawan Andromeda). Pernyataan ini seharusnya memberi terapi syok bagi TVOne untuk berbenah dan memperbaiki kualitas pemberitaannya.

Jokowi-Basuki bukan antikritik atau setengah dewa, tetapi jika ingin mengkritik, lakukanlah dengan baik, bukan asal menggempur tetapi tidak mendasar dan asal bicara.
Bagaimana dengan komentar masyarakat? Sejauh linimasa twitter yang saya cari dengan kata kunci “ahok tv one”, hampir sebagian besar akun twitter mendukung semprotan Ahok ini.

Tetapi saya yakin, Ahok tidak membenci sang pewawancara. Buktinya stafnya sendiri saja tidak segan ia tegur di depan publik (masih ingat ketika Ahok marah-marah saat rapat buruh di mana stafnya mencatat dengan tulisan tangan saat diminta print-out hasil rapat?). Jadi, jangan kecil hati ya Mbak Ventin Oktavi. :)

Dituliskan juga di Media Kompasiana.com

0 buah diagnosa diferensial telah diberikan:

Posting Komentar

Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: