Saya menyukai bahasa. Mempelajari bahasa adalah mempelajari budaya suatu bangsa. Dan saya tidak pernah menyesal mempelajari bahasa.
Tentunya saya harus bisa menggunakan bahasa Indonesia, karena ini adalah bahasa resmi di negara saya. Saya harus bisa dalam tahap yang "gape", yaitu bahasa bisa digunakan dalam bahasa cakapan hingga bahasa ilmiah. Bahasa Inggris tidak terlalu baik, saya masih menggunakan secara pasif untuk akademik. Bahasa Mandarin pernah saya pelajari sejak kelas 4 SD hingga SMP dan masih bisa saya gunakan sedikit untuk cakapan sehari-hari. Bahasa Jerman pernah dipelajari juga tapi sayangnya tak selesai dalam kelas Zertifikat Deutsch-nya. Bahasa lain saya pelajari secara otodidak.
Saya menyadari bahwa bahasa adalah sesuatu yang teramat penting. Apalagi saya akan bekerja sebagai profesi yang memerlukan komunikasi dan berhadapan langsung antarpersona.
Saya baru mendapatkan tadi seorang pasien asli RRC yang baru saja pulang dari Pontianak dan mengalami demam 1 minggu. Ia saat itu membawa penerjemah, dan pada akhirnya penerjemah itu hilang, saya diminta untuk memberitahunya untuk menampung urine dan fases di botol bukal. Apa daya saya mencoba menggunakan bahasa yang saya tahu: "Xien shen, ru guo ni yao da bian he xiao bian, ni na zai zhe li. Ru guo hao le, ni ge yi gao xu wo men yung zhe ge (sambil nunjuk bel)." Bahasa yang aneh, gado-gado, nggak jelas. Tapi dia bisa mengerti juga.
Dulu juga terdapat pasien rekan yang berasal dari Pontianak, saya mengajaknya berbicara Tio Ciu, bahasa ibu di Pontianak. Memang, seketika suasana langsung berubah. Suasana kian akrab, seakan kami adalah keluarga yang sudah lama tak berjumpa.
Memang bahasa itu penting, itu kata bapak saya. Saya pun mengangkat jempol kepadanya. Ia menunjukkan kemampuannya bergaul dengan orang lain mulai dari bahasa dan komunikasi. Hal ini juga membuat saya berpikir untuk perlu mengembangkan bahasa ketika saya sudah menyelesaikan pendidikan kepaniteraan klinik ini. Mudah-mudahan bisa! =)
Selasa, 20 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 buah diagnosa diferensial telah diberikan:
Posting Komentar
Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: