Jumat, 02 April 2010

Pikiran akan Waktu


Pernah saya berpikir bahwa menjalani koas bukanlah masa yang membuat keilmuan kedokteran terserap sedemikian rupa. Koas, dalam masa 1,5 tahun adalah masa teramat singkat untuk menghabiskan tiap lembar buku teks kedokteran. Terlihat mustahil? Ya, memang mustahil. Namun saya menyadari bahwa, waktu koas bukan untuk demikian. Namun untuk bagaimana para dokter muda menyelami pengalaman, menggodok dalam otaknya, dan membuat caranya dalam menjalani kehidupan menjadi dokter. Pengalaman di sini adalah pengalaman yang tak tertulis di buku teks apapun atau yang selengkap apapun, yaitu cara berpikir, cara hidup, dan cara bertindak. Salah satu dari cara hidup adalah bagaimana menghabiskan waktu sebagai dokter klinisi.

Cara dokter klinisi menggunakan waktu mereka. Kehidupannya ketat dan tak jarang pulang malam. Bekerja dalam poli, bekerja dalam bangsal, belum lagi sebagai dosen pengajar dokter muda. Waktu berjalan begitu berdempet. Makan pun tak jarang begitu cepat, dan bekerja begitu keras, telepon genggam terus menerus berdering karena panggilan dari bangsal.

Bela saya, mungkin ini kembali lagi kepada tipe orang masing-masing, namun dalam pandangan saya sebagian besar pun demikian. Entah ini adalah patognomik untuk dokter? Saya pun berpikir dulu saya sebagai aktivis mahasiswa pun "dicap" sebagai pecandu-kerja, dan mengundang banyak tanya. Dan saya kembali melihat hal seperti ini dan tidak jauh berbeda seperti saya dulu, menurut saya. Saya pun merenung lagi, bagaimana kehidupan saya kelak? Apalagi saya sendiri pun tak jarang kelimpungan mengatur waktu di koas, hingga kehidupan hanya berkisar antara belajar di rumah sakit dan tidur di rumah. Apakah kehidupan dokter demikian, atau mungkin, secara deduktif, apakah seperti inikah dunia kerja?

Dan saya pun kembali berpikir. Saya akan seperti apa kelak?

0 buah diagnosa diferensial telah diberikan:

Posting Komentar

Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: