Kini aku terdampar pada satu hampar pasir dan desir bahar
Ketika kupandang ujungnya tak kentara
Begitupun cakrawala tak bersempadan
Sepi semilir sepoi senja silih menyeka diriku
Aku hanya bersama sebatang kalam dan secarik kertas
Aku pun bergagas mencari cita
Apa yang hendak kutorehkan kini
Dan aku terkenang masamu
Dan terkesan kembali berbagai masa jigrah
Masih teringat pula bila silang selisih
Bahkan semata haru biru
Semua takkan teralpa dalam angan-anganku
Syahdan kita terserak
Awal dan akhir pikir kita tak lagi seukur
Asa ini tak lagi mampu bertembung
Dan tersadar telah jauh terpaut
Terbangunkan dan terjagakan
Kita bertindak atas nama ihsanat
Bahwa bersarak menjadi penyelesaian yang berarti
Dan tak lagi urai duka menjadi rintihan
Kita pun berjabat tangan
Melambaikan tangan
Dan terbelah
Rampuh
Masih teringat pula bila silang selisih
Bahkan semata haru biru
Semua takkan teralpa dalam angan-anganku
Syahdan kita terserak
Awal dan akhir pikir kita tak lagi seukur
Asa ini tak lagi mampu bertembung
Dan tersadar telah jauh terpaut
Terbangunkan dan terjagakan
Kita bertindak atas nama ihsanat
Bahwa bersarak menjadi penyelesaian yang berarti
Dan tak lagi urai duka menjadi rintihan
Kita pun berjabat tangan
Melambaikan tangan
Dan terbelah
Rampuh
Aku memandang secarik kertas tadi
Batang kalam tidak tertuai
Aku masih harus bermufaham dengan diriku
Untuk mengawali sebuah keperdanaan
Namun kertas ini tak boleh lagi hampa
Aku menulis dan akhirnya melipat kertasku
Menghela nafas dan terbangun dari pasir
Aku berjalan menuju ke ujung laut
Dan pasir pun kembali sepi
Hanya berada dengan bekas jejak langkahku
Tinggallah secarik kata itu,
"Pastikan Kau Akan Baik-baik Saja, Teman!"
Surya pun tenggelam
Sunter - Jakarta, 23 Januari 2010
0 buah diagnosa diferensial telah diberikan:
Posting Komentar
Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: