Minggu, 17 Januari 2010

Puskesmas Bagi Orang Elite?

Lagi-lagi saya sudah lama tidak membarui isi blog ini. Bukannya tidak ada kisah yang patut ditulis, atau tidak ada waktu, tetapi belum ada moodnya.

Ya, Jakarta sedang dingin dan sejuk, hingga hujan urung untuk berhenti sejak kemarin. Harap-harap cemas, jangan sampai besok banjir di Puskesmas Kamal Muara.

Oh iya, saya belum berkisah tentang ini. Mulai minggu lalu, saya dan seorang rekan ditugaskan di Puskesmas Kelurahan Kamal Muara. Nah, sebelum meluncur ke Kelurahan, saya dan rekan-rekan dokter muda lain yang disebar di Kecamatan Penjaringan mengikuti penataran dulu di Kecamatan. Sesuatu yang menarik saya adalah sebuah hal yang disampaikan oleh bidan di sana. Ia bertukas bahwa program Puskesmas jatuh karena tidak dapat menggapai orang "elite". Ia mengambil contoh di Kelurahan Pluit, hanya bisa menggapai 4 RW yang merupakan daerah kampung nelayan Muara Angke, dan tidak bisa menggapai orang-orang menengah ke atas, sebut saja orang di Muara Karang. Atau kontrasnya di Kelurahan Kapuk Muara terbagi atas perumahan padat penduduk di Kapuk Raya dengan perumahan luks di Pantai Indah Kapuk.

Saya kemudian berpikir. Mengapa justru tidak dapat menggapai orang elite? Padahal tidak semua program Puskesmas adalah program model Raskin atau Gakin yang ditujukan bagi orang miskin. Program Puskesmas sendiri bukankah justru banyak dan beragam dan tujuannya adalah untuk kesehatan masyarakat. Dan orang elite pun termaktub di dalam "masyarakat".

Kita lihat saja sendiri beberapa program Puskesmas seperti Program Gizi (GAKY -Gangguan Akibat Kekurangan Yodium-, KVA -Kekurangan Vitamin A-, KEP -Kurang Energi Protein-, Anemia). Memang diempat inilah yang besar, namun di dalamnya, seperti yang disebutkan Petugas Gizi di Puskesmas Kecamatan Penjaringan bahwa ada masalah lain lagi yaitu kelebihan nutrisi. Sesuai dengan perubahan pola penyakit di masyarakat, bahwa pola penyakit kian menuju ke penyakit degeneratif terutama sindroma metabolik, seperti CVD -Cardiovascular Disease-, diabetes mellitus. Dan ini perlu untuk disadarkan ke masyarakat elite.

Program lainnya seperti P2P pun perlu. Saya sendiri pernah mengetahui bahwa ada rekan yang termasuk golongan elite pun pernah menderita TBC karena faktor penularan dari pengasuhnya yang menderita TBC. Hal ini jelas menjadi masalah di masyarakat. Program penemuan kasus TBC pun perlu menjangkau orang elite. Dan orang elite tersebut pun harusnya perlu kesadaran untuk mau dijangkau.

Program lainnya, seperti PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) atau program dari P2P lainnya, program KIA (KB, imunisasi), program UKS, program lansia. Semua ini menurut saya, bukanlah program untuk orang miskin, tetapi untuk masyarakat.

Sebenarnya pun, Puskesmas sangat strategis untuk menjadi dasar dari penyusunan sistem rujuk kesehatan. Karena Puskesmas, misalnya Puskesmas Kelurahan memiliki struktur jangkauan atau wilayah kerja yang dapat menurun hingga ke RW dan RT. Puskesmas menjadi pusat pelayanan primer (Bukankah Puskesmas pun tersedia Balai Pengobatan Umum?). Dengan menjadi pelayanan primer ia dapat merujuk ke pelayanan sekunder bila diperlukan. Dan sistem rujukan pun akan lebih tertata. Tetapi memang, sistem manajemen kesehatan tidak sesederhana ini, masih ada faktor lain yang perlu berbenah seperti sistem penjaminan kesehatan dan lain-lainnya.

Menurut saya, yang terpenting adalah pengembangan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan. Peran serta yang perlu ada di masyarakat elite. Bagaimana mereka dapat berpartisipasi aktif mengembangkan kesehatan paling tidak pada wilayah RW mereka sendiri. Mereka perlu diajak dan disadarkan bahwa program Puskesmas adalah terutama untuk pencegahan dan pengobatan awal terhadap masalah kesehatan. Setiap wilayah pasti memiliki masalah kesehatan sendiri.

Dan seharusnya dalam analogi saya, dengan masyarakat elite yang mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi seharusnya memiliki kesadaran yang lebih baik pada masalah kesehatan yang ada. Dan dengan kesadaran itu seharusnya mereka lebih tanggap dan mau ambil andil dalam program. Ya, inilah seharusnya... Tetapi realitanya? Akhirnya semua pihak yang terlibat perlu berbenah.

0 buah diagnosa diferensial telah diberikan:

Posting Komentar

Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: