Sabtu, 25 April 2009

Skizofrenia, Bagaimana Kita Harus Bersikap?

Pertama-tama kamu hanya merasakan ada gejala yang tidak beres dari badanmu, namun kelak kamu tersadar akan ada yang tak beres akan sebuah dunia dan lingkungan hidupmu. Dari menit ke menit, kamu adalah pusat dari sebuah konspirasi rahasia dari kekuatan dahsyat dunia. Kamu dikuntit, diawasi oleh agen-agen rahasia yang kamu tak tahu mengapa mereka berbuat demikian. Kamu merasa dirimu harus bisa melawan agen-agen itu dan memiliki misi khusus. Namun yang mana? Kamu diawasi satelit dan otakmu dipindai (scanning) orang. Ada pihak-pihak tertentu yang sengaja ingin membuatmu gila. Program-program televisi tiba-tiba membicarakan dirimu! Kamu berusaha memberontak. Kamu tak makan apa-apa namun merasa kuat. Setelah menenggak obat narkotika, kamu percaya dunia ada di kepala kamu dan keberlangsungan dunia ada di kepala kamu yang berkecamuk. Kamu tahu kamu tak mampu lagi berpikir jernih. Ada ilmuwan yang terus memantau kamu. Kamu merasa dirimu tak tahan dengan apa yang ada. Ini adalah mimpi buruk. Ini memang aneh, tapi ini adalah episode psikotik yang benar saya alami.

dituliskan oleh B. Bodenstein
Inilah skizofrenia. sebuah sindrom (kumpulan gejala) dengan penyebab yang banyak tidak diketahui dan perjalanan penyakit yang rumit, serta dapat juga dipengaruhi oleh genetika, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai adanya penyimpangan dasar dari pikiran dan persepsi , afek pun menjadi datar dan tumpul. Kesadaran dapat saja jernih dan intelektual tetap terpelihara. (PPDGJ III, Rusdi Maslim, 2003) - Bila Anda merasa sulit memahami istilah, saya menyediakan glosarium di akhir tulisan ini.

1 dari 100 manusia menderita skizofrenia dan kebanyakan diderita oleh usia dewasa muda antara 25 tahun walau tidak tertutup orang dewasa. Penyebabnya masih tidak diketahui dan diperkirakan adalah faktor biologis, infeksi virus seperti retrovirus, atau genetika (ada penelitian yang menyebutkan anak dari orang tua yang skizofrenia juga memiliki kemungkinan yang besar). Apakah ada pengaruh neurotransmiter di susunan saraf? Semua masih diraba-raba.

Dalam kebudayaan atau kultur Indonesia kita sebut sebagai orang gila. Ini adalah sebuah stigma (cap buruk) bagi penderita skizofrenia. Ia diolok-olok dan dijauhi dengan cap itu. Ia tidak dapat diterima di masyarakat dan disingkirkan karena cap itu pula. Padahal, kita tidak pernah membuat stigma bagi pasien diabetes atau sakit jantung. Mengapa? Setidaknya ini menjadi refleksi pada kita.

Masyarakat banyak yang menjauhi pasien skizofrenia, karena dia dianggap tidak mampu lagi menjalankan fungsi sosial. Ia dianggap sebagai ancaman karena tindakan-tindakannya dianggap di luar batas. Seperti dalam gambaran tadi, ia merasa dirinya diawasi oleh agen rahasia. Sebuah hal yang bagi masyarakat biasa adalah hal yang diluar logika, mengada-ada, dan sinting. Namun ia memang benar merasakan hal itu! Ia merasakan waham! Sehingga menjadi sebuah jembatan ketidaksepahaman antara masyarakat dan penderita. Padahal, justru penderita ini memerlukan bantuan dari orang-orang di sekitarnya untuk menolongnya untuk mendukungnya dan memberikan dia jalan untuk pengobatan. Memang, suatu ketidakberuntungan, karena adanya pendapat masyarakat, skizofrenia tidak dapat diobati karena adalah sebuah kutukan.

Obat-obat anti-psikotik yang dapat membantu melepaskan dari psikotik sudah ada. Terapi lainnya seperti ECT (terapi dengan listrik) dibuktikan mampu membantu menurunkan gejala. Semakin cepat pasien itu tidak larut dalam penyakitnya, penyembuhan baginya semakin terbuka lebar. Namun apabila dia semakin dilecehkan, dianiaya, disingkirkan, maka ia akan semakin parah. Dan jelas ini tidak baik bagi penderita.

Maka bantulah mereka yang menderita, jangan malah kita mencemooh yang justru akan memperberat penderitaan mereka.

Video ini mungkin dapat membantu Anda dalam memahami mereka:




Glosarium:
  1. Pikiran: alur pikir yang dirangsang dengan adanya sebuah masalah dan menggunakan cara-cara logis dalam membuat kesimpulan atau penyelesaian.
  2. Persepsi: keadaan dimana adanya rangsangan atau impuls dan ditangkap oleh indera serta diolah atau diserap menjadi sisi psikologis dan kesadaran. Misalnya adanya halusinasi.
  3. Afek: suatu keadaan emosi dalam jangka yang pendek.
  4. Afek datar: afek yang monoton dan tanpa ekspresi.
  5. Afek tumpul: penurunan afek yang berat, intensitas ekspresi sangat berkurang.
  6. Kesadaran: kemampuan manusia dalam membuat pembatasan dan penghubungan terhadap keadaan lingkungan di luar. Dengan kesadaran yang baik ia diharapkan mampu membuat penilaian dan pemahaman akan suatu keadaan.
  7. Intelektual: kemampuan untuk mengingat, menggerakkan, menyatukan akan hal-hal yang ia pelajari.
  8. Waham atau delusi: kepercayaan palsu yang tidak sesuai dengan kenyataan, namun kepercayaan ini memang pasien rasakan dan berpengaruh pada tindakan-tindakannya. Ia tidak mampu mengontrol dirinya untuk menjadi sesuai realita yang ada.

0 buah diagnosa diferensial telah diberikan:

Posting Komentar

Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: