Rabu, 03 Februari 2010

Parodi Kehidupan Koas

Koass? Itulah impian setiap anak-anak preklinik dan juga membuat euforia menuju manik ketika sudah mulai akan mencapai masa ini. Tetapi apa yang jalani masa koas selama hampir 5 bulan ini adalah masa yang tidak dapat terprediksi, perlu panjatan doa-doa mohon perlindungan malaekat, dapat mendapat pengalaman yang mengagumkan (semengagumkannya gw ketika memasang kateter uretra untuk pertama kali di bukan manekin), dapat pengalaman yang menekan, hingga pengalaman yang membuat kita harus hidup dan sadar selama 48 jam.

Tidak terprediksi? Ya, banyak sekali dari teman-temanmu sendiri hingga orang-orang di sekitarmu. Rentangannya besar dari senang sekali hingga mengiris jiwa. Dan akan berputar-putar dalam warna-warni itu. Dan sangat diperlukan kehidupan yang lebih lebur dengan rekan sejawat baik antara koas dan perawat, karena disinilah siklus hidup berputar. Saat sedih, rekan sejawat akan menjadi obat yang lebih ampuh dari ketorolac dan morfina sekalipun. Dan jangan malu untuk menjadi badut penghibur, karena kehidupan koas perlu hiburan juga!

Panjatan doa? Ya, selain bahwa diri kita tetap harus mengingat Tuhan, tapi pertolonganNya kadang-kadang menolong. Apalagi kalau kamu termasuk "Muka Rame" (Di saat kehadiran Anda akan mengundang frekuensi pasien yang lebih tinggi dari rata-rata normal. Ya, standar deviasinya di atas rentangan normal lah.). Carilah rekan yang "Muka Sepi" untuk mengimbangi. Namun kalau dengan frekuensi nisbi yang begitu tepat, maka Anda akan mendapatkan diri Anda yang memang "Muka Rame", berjaga malam dengan rekan Anda yang "Muka Horor", dengan perawat dan dokter jaga yang terkenal "Muka Rame". Nah, jangan sampai itu juga tanggal 13 atau Jumat Kliwon, kalau dalam matematika: seberapa pangkat eksponen yang bisa terjadi?

Pengalaman mengagumkan? Ya, selama ini kamu akan hanya belajar di manekin, pasien bohong-bohongan, atau dalam imajinasi di benakmu. Kali ini kamu akan berhadapan dengan pasien sungguhan (Ya iya, masakan pasien jadi-jadian. Kamu pasti akan kabur...). Saya masih ingat bagaimana bahwa saya harus memasang kateter uretra (beda sekali dengan manekin), bagaimana harus menjahit luka (beda dengan spons yang dijadikan bahan percobaan), bagaimana harus anamnese pasien (urutan di panduan hanya tetap akan menjadi panduan saja). Inilah seni, tidak ada yang pasti. Kata salah satu konsulen: "Kedokteran itu bukan 1+1 selalu 2. It's art." Dan juga pengalamanmu dengan pasien yang sembuh dengan terapimu, tentu akan menjadi pengalaman sangat-sangat berbekas.

Pengalaman ketika kafein pun angkat tangan? Ya, saya pernah harus mengatasi pasien dalam kesadaran somnolen dan trauma karena kecelakaan jam 12 malam. Saat itu juga sedang hektik di UGD. 4 pasien trauma sekaligus! Dan... saya menemukan bahwa pasien tersebut menyebalkan. Saya dan perawat UGD harus selalu mengangkat dia beberapa kali kembali ke brankar setelah dia menggeliat di lantai memaksa pulang (padahal tak disetujui keluarga). Padahal keadaannya masih penuh luka, berdarah-darah. Sampai-sampai keluarga pasien lain mengataka: "Waduh dokternya kok ngga simpatik sih lihat pasien begitu." "Dokternya gimana". Saya dan perawat hanya bisa mengelus dada... Aduh mimpi apa saya tadi malam. Dan itu terjadi hingga sampai jam 5 pagi. Dan paginya di bangsal, pasien itu tetap menggeliat di lantai bangsal. Dan saya dan perawat bangsal pun harus kembali mengelus dada.

Pengalaman saat koas itu tidak dapat kau pikirkan. Kepintaran ilmu eksaknya memang perlu, tetapi yang terpenting sebenarnya adalah seninya. Ya, seninya menjadi koas dan menjadi dokter.

0 buah diagnosa diferensial telah diberikan:

Posting Komentar

Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: