Senin, 18 Juni 2012

Pasca Pusling Amawakng: Hargailah Pasien

Hari ini sungguh luar biasa. Saya mendapatkan sesuatu yang berbeda hari ini. Saya tidak hanya menjaga kandang di poliklinik umum, tapi melakukan puskesmas keliling. Hari ini saya diajak Bang Agustinus, seorang perawat di Puskesmas Menjalin bersama Kak Fina, bidan di polindes Re'es. Ya, hari ini saya pergi ke desa Re'es, tepatnya dusun Amawakng.

Desa Re'es adalah salah satu desa di Menjalin yang berada di sebelah barat yang lebih cepat dijangkau kalau melalui jalan dari Gunseng, Toho, dibandingkan harus melalui simpang Raba di Menjalin.

Desa Re'es yang dilingkar di sebelah kiri. Yang dilingkar di tengah adalah Dusun Sungai Bandung, temapat Puskesmas Menjalin.



Saya sudah diberi wanti-wanti bahwa perjalanan mungkin tidak akan seluwes biasa bahkan menuju Baweng, Lamoanak di arah timur. Namun hal ini terus terang malah membuat saya kian penasaran.

Setelah saya bersiap-siap obat dan lainnya. Rasa penasaran saya semakin memuncak. Tiba Bang Agus datang untuk mengambil vaksin dan menjemput saya di Puskesmas. Perjalanan memang lurus-lurus saja dan lancar sampai di suatu simpang di Gunseng.

Kami masuk melalui jalan tanah. Untung saja hari itu kering dan tidak hujan kemarin. Kalau tidak mungkin jalan menjadi becek dan bisa dibayangkan kalau dilalui motor. Pastinya ajubileh. Perjalanan ini melalui medan yang beragam, dari jalan setapak, jalan dimana motor harus meniti kayu, melewati jembatan gantung, melalui jalan kecil yang mana kiri kanan hutan, melalui jalan lebar kebun sawit, jalan tanah dengan tanjakan yang aduhai, dan jalan becek dimana saya harus turun. Sungguh bermacam-macam. Dan baru akhirnya kami tiba di Re'es dan kemudian ke arah Amawakng untuk posyandu dan puskesmas keliling di rumah ibu dusun Amawakng. Saya sangat senang bahwa warga cukup antusias, dokter masuk ke dusun. Saya juga senang berinteraksi dengan mereka.

Tiba di Polindes Re'es. Lanjut lagi ke dusun...

Dan hal ini membuat saya berefleksi sejenak. Jikalau saya sendiri merasa kesulitan melalui jalan ini, bagaimana dengan warga sekitar di sini. Bagaimana dengan warga yang lebih pedalaman lagi? Saya sendiri juga sering mendapat pasien dari Re'es. Bagaimana tidak membayangkan perjuangan mereka ke  Puskesmas Menjalin di tepi jalan raya. Tentu mereka memiliki ekspektasi besar terhadap masalah mereka. Namun kadang-kadang sebagai dokter, kita juga terlena dengan rasa mood dan suasana hati, dan kadang pasien juga "menjadi korban". Mungkin suasana hati tak senang, pasien kita ketuskan. Namun dengan perjalanan ini saya sadar, bahwa dengan keadaan sakit mereka, mereka harus lagi berjalan pulang pergi melalui jalan yang tak hanya bisa dilewati tanpa rasa legowo dan kekuatan ekstra.

Jembatan gantung
Dan kadang kita pun harus berputar otak bagaimana menangani pasien dari pedalaman secara optimal. Kita tidak akan pernah mudah mengatakan, "kontrol lagi ya nanti". Seberapa besar effort yang harus mereka lakukan. Mereka ke Puskesmas bukan dengan kendaraan jalan tol, tetapi dengan motor dengan jalan yang rusak, dan tak jarang juga dengan kaki mereka sendiri.

Memang di satu sisi, terbatas ini terbatas itu. Tetapi dengan keterbatasan kita tidak boleh melalaikan harkat martabat manusia dan juga pelayanan yang optimal.

*Dituliskan di siang hari nan panas. Bokong dan punggung masih terasa sakit setelah berbonceng motor dengan Bang Agus. Namun hati senang. :)

1 buah diagnosa diferensial telah diberikan:

Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: