Kamis, 16 Juli 2009

Kompilasi Panum Keenam-Kedelapan: Dedikasi Seorang Dokter

Ya memenuhi janji kemarin yang mengantuk dan menunda untuk bercerita...

Hari Keenam...

Hari keenam panum pada 13 Juli 2009, masih dengan kuliah dari dosen-dosen. Saya mendapat kuliah manajemen luka oleh dr. Iwan Irawan Karman, SpB. Kemudian pemeriksaan anorektal dari dr. Petrus Wirantono, SpB, pemeriksaan mata oleh Prof DR. dr. Harry Mailangkay, SpM(K). Kuliah sterilisasi dan sarung tangan oleh dr. Alex Kusanto masih ditunda.

Hari ini dilewati dengan rasa cemas menjelang esok hari yang merupakan hari jaga malam pertama. Mulai bersiap-siap dengan baju, peralatan higiene, dan lainnya. Apakah besoknya akan lancar?, demikian tanya saya. Bagaimana ya?

Hari Ketujuh, The D-day

14 Juli 2009, hari jaga malam pertama saya. Dimulai dengan kuliah dari interna, pemeriksaan abdomen oleh dr. Swa Kurniati W, DTMH. Kemudian anamnesa ob-gyn dan pemeriksaan leopold oleh dr. Edihan, SpOG dan dr. Arman Djajakusli SpOG. Kuliah hari ini diawali dan tetap adanya cemas. Entah mungkin pikiran saya yang berlebihan. Selepas kuliah, tim orientasi bangsal untuk jaga malam sudah berkumpul, saya, Frusya, Virgi, Christie, dan Indah.

Jam 14an saya sudah mengambil absen dan kami segera bersiap di kelas akuarium kampus. Siap untuk ke bangsal Melati, bangsal dimana pasien interna dan neurologi berada. Kami datang dan mulai melapor ke dokter jaga bangsal, koas, perawat, dan asisten dosen yang ada. Kami diajak berkeliling bangsal untuk mengetahui ruangan yang ada oleh salah satu koas. Dan mulai jam 15:30 kami mulai bingung dan seperti jadi kuman yang datang tak diundang dan tidak jelas. Luntang-lantung. Bingung mau mengerjakan apa.

Untungnya datang koas yang mengajak kami untuk membantu pemeriksaan tanda-tanda vital pasien. Semua pasien yang ada di Melati harus diperiksa tanda-tanda vital pada jam 16:00, 23:00, dan 04:00 subuh. Tanda vital ini meliputi tekanan darah, denyut nadi, frekuensi napas, dan suhu tubuh. Dalam pikrian saya berkecamuk. Saya bisa saja mengukurnya, tapi ada rasa yang tidak meyakinkan dalam diri saya. Apakah nantinya hasil ukur saya valid atau tidak. Setelah ditunjukkan salah satu koas caranya -yang saya pun seharusnya sudah mahfum-, saya dipersilahkan mengerjakannya. Awalnya saya masih tidak percaya. Sedikit grogi. Alat yang ada pada saya berantakan dan tampak tidak profesional, menurut saya. Tapi untungnya keluarga pasien tidak melihat atau tidak berkomentar hal ini. Untungnya pada pasien berikutnya saya berusaha meningkatkan percaya diri saya. Saya jadi teringat apa kata dr. Arman, selain percaya diri harus juga paksa diri. Berani dalam membuat tindakan.

Kami melihat beberapa tindakan medik seperti pemasangan infus, pemasukan obat intravena, dan lainnya. Selain itu juga pada malam itu terdapat 7 pasien baru, bahkan hingga pukul 02:00 pagi. Koas yang ada harus tetap bersemangat dalam melayani pasien, walau mungkin badan lelah. Dedikasi yang besar.

Selain itu pada bangsal interna juga setiap pasien harus dilakukan pengerjaan lab oleh koas. Aduh ilmu patologi klinik saya harus ditarik lagi. Harus baca lagi buku Gandasoebrata....

Menjadi koas memang tidak ringan. Yang saya dapat adalah bahwa menjadi koas juga harus berdedikasi yang tinggi. Memegang amanah yang tinggi. Melayani pasien dengan sepenuh hati. Mungkin pikiran mengkerut di malam hari tetapi sungging senyuman tetap harus ada.

Selain itu juga harus mampu untuk membangun relasi yang baik dengan pasien. Membangun relasi dengan orang yang asing bagi kita, sangat sulit. Namun dengan profesi dokter, membangun relasi yang baik dengan siapapun dia.

Saya juga mendapat sesuatu yang sederhana namun berharga bagi saya. Saya harus membangunkan pasien untuk mengukur tanda vital pada 23:00 wib. Saya membangunkan dengan pelan. Tidak tega sebenarnya, membangunkan pasien yang tengah istirahat. Namun mereka tetap tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada saya. Pekerjaan kita dihargai, begitu dalam rasanya.

Saya mulai tidur pada 02:45 hingga terbangun pada 05:00.

Hari Kedelapan

Hari dimulai dengan rasa kantuk. Untungnya makan pagi sudah dibawa oleh Patsy. Jadi kepala tidak lagi dipusingkan dengan masalah makan pagi. Dimulai dengan kuliah pemeriksaan ginekologi oleh dr. Ari Polim, SpOG, kuliah radiologi oleh dr. Yanto Budiman, SpR, MKes. Dilanjutkan dengan dua kuliah ob-gyn yaitu partus normal dan partogram oleh dr. Yuma Sukadarma, SpOG dan dr. Gahrani, SpOG.

Kulih ini memacu saya lagi untuk membuka lagi buku-buku kuliah ob-gyn. PR semakin banyak, tetapi ini adalah kewajiban sebagai mahasiswa juga. Bahkan seorang dokter adalah pembelajar sepanjang masa. Yang harus dipupuk semenjak mahasiswa.

Malamnya, masih mengerjakan beberapa tugas buku angkatan dan pesanan video dari teman. Alhasil dengan rasa kantuk, saya terlelap pada pukul 20:00 dengan buku EKG di tangan... Ngantuknya >.<

0 buah diagnosa diferensial telah diberikan:

Posting Komentar

Para konsulen dipersilahkan menuliskan diagnosa diferensial untuk kasus ini: